• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

atas kapal. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian ini dengan penggunaan bahan bakar berjenis VLSFO dimana hasil dari emisi gas buang tersebut memenuhi standar aturan MARPOL Annex VI yaitu kandungan Sulphur kurang dari 0.5% dan gas buang/asap yang dikeluarkan berwarna transparan atau tidak berwarna dan ini menunjukkan gas buang tersebut tidak banyak mengandung unsur zat yang berbahaya.

Kata kunci: penerapan, pencegahan, polusi, MARPOL, bahan bakar, gas buang

x

ABSTRACT

KRISNA DWI HANDOKO, 2021. Analysis of the Application of MARPOL Annex VI in Prevention of Air Pollution on Ships. Supervised by Mr. Iie Soewondo, S.SiT., M.Pd. and Mr. Faris Nofandi, S.SiT., M.Sc.

Marine pollution is a problem that requires serious and consistent handling by countries that have a good interest in maintaining the security aspects of their maritime areas. The increase in the need for sea transportation in the national and international scope results in the use of the sea as a shipping traffic route and from that it will not be separated from the source of pollution caused by the ship itself. One of the marine pollution caused by ships is air pollution.

This is to find out whether the application of MARPOL Annex VI is in the prevention of air pollution due to combustion residues on board the MV. MERATUS MANADO has been implemented properly and correctly, so this study aims to determine the application of MARPOL Annex VI to prevent air pollution on board the MV.

MERATUS MANADO.

From the analysis in this study, the conclusion can be drawn is the MV. MERATUS MANADO has implemented MARPOL Annex VI rules on ships. Based on the results of data analysis and discussion of this study with the use of VLSFO type of fuel where the results of the exhaust emissions meet the standards of MARPOL Annex VI regulations, namely the Sulfur content is less than 0.5% and the exhaust gas / smoke emitted is transparent or colorless and this shows The exhaust gas does not contain many harmful substances.

Keywords: application, prevention, pollution, MARPOL, fuel, exhaust gas

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN SEMINAR ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... vii

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA ... 6

B. LANDASAN TEORI ... 9

1. Pengertian penerapan ... 9

2. Mencegah / pencegahan ... 9

3. Polusi udara ... 10

a. Sumber polusi udara... 10

b. Komposisi Emisi Gas Buang yang berbahaya ... 12

4. Pembahasan MARPOL Annex VI... 14

a. Implementasi MARPOL Annex VI di Indonesia ... 17

C. KERANGKA PENELITIAN ... 21

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. JENIS PENELITIAN ... 22

B. LOKASI PENELITIAN ... 23

C. JENIS DAN SUMBER DATA ... 23

D. PEMILIHAN INFORMAN... 25

E. TEKNIK ANALISIS DATA ... 27

1. Reduksi Data ... 28

2. Penyajian Data ... 28

3. Menarik Simpulan ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. GAMBARAN UMUM LOKASI KAPAL... 29

B. HASIL PENELITIAN ... 33

1. PENYAJIAN DATA ... 34

2. ANALISIS DATA ... 41

C. PEMBAHASAN ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 47

A. KESIMPULAN ... 47

B. SARAN ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ... 51

Lampiran 2 : Hasil Wawancara ... 54

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh kapal dengan asap tercemar...…...…08

Gambar 4.1 Kapal MV. MERATUS MANADO full muatan ... 32

Gambar 4.2 Kapal MV. MERATUS MANADO saat berlabuh ... 32

Gambar 4.3 Asap transaparan saat kapal berlayar ... 35

Gambar 4.4 Asap transparan ssat kapal berlabuh ... 36

Gambar 4.5 Data lab. Emisi MFO. ... 37

Gambar 4.6 Data lab. Emisi VLSFO. ... 39

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran1: Pedoman Wawancara ... 51 Lampiran2: Hasil Wawancara ... 54

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Armada perkapalan yang semakin maju dari waktu ke waktu ternyata juga membawa permasalahan baru, sama seperti semua jenis kemajuan teknologi mengakibatkan efek samping, termasuk dengan meningkatnya jumlah armada perkapalan. Setelah pengoperasian kapal-kapal ternyata membawa permasalahan baru, fenomena pencemaran laut mulai muncul.

Maka dibutuhkan peraturan-peraturan yang mengatur pencegahan dan pembatasan hal-hal yang berkaitan dengan pencemaran laut.

Aktifitas perdagangan internasional tidak akan bisa terlepas dari industri pelayaran laut. Kapal dagang diseluruh dunia berperan sangat penting dalam mengangkut produk-produk yang dianggap penting dalam perdanganan intenasional maupun barang-barang kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan angkutan di laut turut menimbulkan permasalahan baik keamanan dan keselamatan maritim maupun penurunan lingkungan laut.

Pencemaran laut atau marine pollution yang diakibatkan oleh kapal bisa bersumber dari aktivitas rutin kapal tersebut dan juga dari kecelakaan kapal.

Polusi laut merupakan permaslahan yang membutuhkan penanganan yang serius dan konsisten oleh negara-negara yang memiliki kepentingan baik dalam menjaga aspek keamanan wilayah maritimnya. Peningkatan kebutuhan angkutan laut dalam lingkup nasional dan internasional berakibat pada

2

pemanfaatan laut sebagai jalur lalu lintas pelayaran. Utamanya dalam angkutan muatan barangbarang yang berpotensi menurunkan penurunan di lingkungan laut. Salah satu pencemaran laut akibat dari kapal yaitu polusi udara. Walaupun tidak berdampak langsung terhadap laut itu sendiri teteapi pencemaran tersebut dapat menimbulkan bencana maupun kerugian.

Meskipun polusi udara dari kapal tidak memiliki sebab dan akibat langsung yang terkait dengan, misalnya, insiden tumpahan minyak, hal itu menyebabkan efek kumulatif yang berkontribusi terhadap masalah kualitas udara keseluruhan yang dihadapi oleh populasi di banyak wilayah, dan juga mempengaruhi lingkungan alami , seperti hujan asam yang kuat.

Melansir CNN Health+, Senin (28/1/2019) ada laporan rahasia soal kualitas udara yang buruk di kapal pesiar. Kapal-kapal pesiar yang sedang beroperasi menghasilkan tingkat polusi udara yang tinggi yang dapat membahayakan kesehatan penumpang, staf dan petugas pelabuhan. Penulis laporan itu ialah Ryan Kennedy, seorang asisten profesor di Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health. Sistem pembuangan mesin kapal pesiar mengandung unsur-unsur berbahaya, termasuk logam dan hidrokarbon aromatik polycyclic yang banyak di antaranya memiliki sifat beracun, kemungkinan penyebab kanker bagi yang terpapar.Begitulah menurut sebuah laporan rahasia. Laporan ini disusun selama dua tahun atas penelitian di geladak empat kapal pesiar Carnival Corp. Konsentrasi partikel udara yang diukur sebanding dengan udara di kota-kota yang tercemar, termasuk Beijing dan Santiago. Sebuah studi pada 2007, namun tidak terkait

hal di atas menemukan bahwa setiap tahun, kapal-kapal di lautan diperkirakan mengeluarkan 1,2-1,6 juta metrik ton (Tg) partikel. Juga menambahkan bahwa industri pelayaran hanya menyumbang sebagian kecil dari masalah ini dan bahwa pengiriman peti kemas, serta jenis pariwisata lainnya, juga berkontribusi terhadap polusi udara laut.

MARPOL 73/78 adalah sebutan dari International Convention For The Prevention of Pollution From Ship and its Protcol 1973/1978 adalah sebuah peraturan internasional yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut. Konvensi ini merupakan konvensi internasional yang mengusulkan perbaikan aturan polusi laut yang berasal dari kapal demi melindungi pencemaran laut yang berlebihan. Setiap sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang, menurut peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas. Isi dalam marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut, tetapi mengatur cara pembuangannya. Konvensi ini menunjukan adanya kesadaran masyarakat internasional bahwa isu lingkungan tidak bisa diabaikan termasuk lingkungan maritime, maka penulis mencoba menuangkan permasalahan tersebut dalam suatu karya ilmiah yang berjudul “ANALISIS PENERAPAN MARPOL ANNEX VI DI ATAS KAPAL MV. MERATUS MANADO GUNA MENCEGAH POLUSI UDARA”.

4

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul yang telah penulis kemukakan, maka pokok permasalahan dalam judul ini adalah :

Bagaiamana penerapan MARPOL Annex VI di atas kapal guna mencegah adanya polusi udara?

C. BATASAN MASALAH

Agar masalah ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang sebenarnya maka peneliti mengambil batasan masalah yaitu terbatas pada penerapan pelaksanaan MARPOL Annex VI terhadap pencegahan maupun mengurangi adanya polusi udara.

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan penerapan MARPOL Annex VI di atas kapal MV. MERATUS MANADO guna mencegah adanya pencemaran udara.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pencegahan polusi udara dimana tertuang pada MARPOL Annex VI, yang bertujuan

supaya kesadaran awak kapal terhadap pencemaran lingkungan yang timbul dari sisa pembakaran diatas kapal.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menambah informasi awak kapal mengenai pentingnya dampak pencemaran udara akibat sisa pembakaran di atas kapal yang tercantum sesuai MARPOL Annex VI .

b. Sebagai usulan dan saran untuk penerapan MARPOL Annex VI supaya meningkatkan kesadaran dampak dari pencemaran udara.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Tingginya mobilisasi barang dengan menggunakan transportasi laut, berdampak pada tingginya emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan ke atmosfir.

Meski kapal mengeluarkan emisi gas buang di tengah laut, seolah-olah tidak mencemari lingkungan, padahal polutan yang keluar dari cerobong seperti SOx, NOX dan CO2 tetap masuk ke atmosfir dan mencemari lingkungan. Selain memacu percepatan pemanasan global, polutan dari kapal di laut juga bisa menimbulkan hujan asam (acid rain). Ketika kapal mendekati pelabuhan, kapal motor mencemari udara di sekitar pelabuhan. Bahkan selama kapal berada di kawasan pelabuhan, kapal motor tetap menyalakan mesin untuk memenuhi beberapa kebutuhan terutama listrik. Selama mesin beroperasi, berarti selama itu pula kapal mengeluarkan polutan ke udara.

Dalam penelitian seoarang profesor Ryan David Kennedy, PhD, MAES Department of Health, Behavior & Society Johns Hopkins University, Bloomberg School of Public Health berhasil mengemukakan bahwa Sistem pembuangan mesin kapal pesiar mengandung unsur-unsur berbahaya, termasuk logam dan hidrocarbon aromatic polycyclic yang banyak di antaranya memiliki sifat beracun, kemungkinan penyebab kanker bagi yang terpapar.

Kapal tempat Kennedy melakukan pengukuran adalah Carnaval Liberty yang berlayar dari Florida ke Bahama, Carnaval Freedom berlayar dari Texas ke

Karibia, Holland America MS Amsterdam berlayar dari Vancouver ke Los Angeles dan Princess Cruises Emerald Princess berlayar dari Los Angeles ke Meksiko. Holland American dan Princess Cruises adalah anak perusahaan dari Carnival Corp.

Kennedy melakukan pengukuran dengan menggunakan P-TRAK Ultrafine Particle Counter ketika kapal-kapal itu bersandar dan berlayar. Secara konsisten, pembacaan rata-rata tertinggi konsentrasi partikel (PM-Particular Matter) ditemukan di balik cerobong asap di bagian belakang kapal.

Dan menurut Arif Fadillah, Jurusan Teknik Perkapalan, Fak. Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada dengan penelitiannya yang berjudul

“KAJIAN EMISI GAS BUANG DARI KAPAL DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK” menghasilkan bahwa kontribusi emisi gas buang dari kegiatan kapal terhadap pencemaran udara perlu dianalisa secara cermat. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk kebijakan pengendalian pencemaran udara melalui strategi penurunan emisi gas buang di pelabuhan, sehingga dampak yang ditimbulkan oleh emisi gas buang terhadap tidak menurunkan kualitas kesehatan manusia di kapal dan pelabuhan serta ekologi lingkungan pelabuhan dapat terjaga dengan baik. Perhitungan emisi yang dilakukan adalah untuk polutan NOx, CO, CO2, VOC, PM dan SOx.. Hasil kajian memperlihatkan kenaikan emisi gas buang dari kapal yang cukup besar sehingga hal ini dapat mengganggu kesehatan manusia dan ekologi lingkungan pelabuhan.

8

Akibat dari semakin berkembangnya Industri dan semakin bertambah banyaknya populasi kapal sebagai sarana moda transportasi hasil industri maka akan semakin banyak pula bahan bakar fosil yang dipakai sehingga makin tinggi pulalah Polusi yang terjadi. Karena efek dari polusi udara yang ditimbulkan semakin hari semakin bertambah buruk dan semakin membahayakan maka perlu dibuatlah barikade-barikade dalam bentuk produk Regulasi seperti MARPOL Annex VI untuk mengurangi efek dari air polution agar kualitas udara menjadi semakin baik untuk kelangsungan hidup manusia.

Gambar 2.1 Contoh kapal dengan asap tercemar

Sumber: http://joe-pencerahan.blogspot.com/2016/04/annexes.html

B. LANDASAN TEORI

1. Pengertian penerapan

Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain (2010:1487) penerapan adalah hal, cara atau hasil. Adapun menurut Lukman Ali (2007:104), penerapan adalah mempraktekkan atau memasangkan. Penerapan dapat juga diartikan sebagai pelaksanaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

2. Mencegah / pencegahan

Definisi kata pencegahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti menangkal sesuatu yang akan terjadi, sedangkan menurut Notosoedirdjo dan Latipun, (2005 : 145) pencegahan merupakan salah satu upaya untuk menghindari kerugian,kerusakan yang terjadi pada seseorang atau masyarakat disekitarnya.

Sedangkan menurut (Oktavia, 2013) pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak

10

diinginkan. Dengan demikian pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum sesuatu terjadi. Hal tersebut dilakukan karena sesuatu tersebut merupakan hal yang dapat merusak ataupun merugikan

3. Polusi udara

Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup NO.02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,zat, energi atau komponen lain ke dalam air/udara atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik,kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.

a. Sumber polusi udara

Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang

dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya.

Nugroho (2005) menyebutkan sumber pencemaran udara dengan istilah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi secara alamiah. Sedangkan faktor eksternal merupakan pencemaran udara yang diakibatkan ulah manusia. Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001):

1) Berdasarkan bentuk

a) Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.

b) Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, maupun padatan dan cairan secara bersama- sama. Contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain.

12

2) Berdasarkan tempat

a) Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah, rumah sakit, dan bangunan lainnya.

Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur tradisional ketika memasak, dan lain-lain.

b) Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut juga udara bebas seperti asap asap dari industri maupun kendaraan bermotor

b. Komposisi Emisi Gas Buang yang berbahaya 1) Senyawa Hidro Carbon (HC)

Bensin adalah senyawa hidro carbon, jadi setiap HC yang didapat di gas buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan terbuang bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidro carbon terbakar sempurna (bereaksi dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah carbon diokside (CO2) dan water (H20).Walaupun desain ruang bakar mesin kendaraan saat ini yang sudah mendekati ideal, tetapi tetap saja sebagian dari bensin seolah-olah tetap dapat

"bersembunyi" dari api saat terjadi proses pembakaran dan menyebabkan emisi HC pada ujung knalpot cukup tinggi.

2) Sulfur Okside (SOx)

Udara yang tercemar Sulfur Okside (SOx) menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.

3) Senyawa Carbon Monokside (CO)

Gas carbon monokside (CO) adalah gas yang relatif tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan unsur lain. Gas carbon monokside (CO) merupakan gas yang sangat sangat sulit dideteksi karena gas CO tidak memiliki bau, rasa dan bentuk.

4) Senyawa NOx

Senyawa NOx adalah ikatan kimia antara unsur nitrogen dan oksigen. Dalam kondisi normal atmosfir, nitrogen adalah gas inert yang amat stabil yang tidak akan berikatan dengan unsur lain. Tetapi dalam kondisi suhu tinggi dan tekanan tinggi dalam ruang bakar, nitrogen akan memecah ikatannya dan berikatan dengan oksigen.

Senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepas ke udara bebas, akan berikatan dengan oksigen untuk membentuk NO2. Inilah yang amat berbahaya karena senyawa ini amat beracun dan bila terkena air akan membentuk asam nitrat. Tingginya konsentrasi

14

senyawa NOx disebabkan karena tingginya konsentrasi oksigen ditambah dengan tingginya suhu ruang bakar.

5) Senyawa Carbon Diokside (CO2)

Zat asam arang sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang saling terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi carbon diokside di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Carbon diokside adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.

4. Pembahasan MARPOL Annex VI

Annex VI of Marpol 73/78 - Regulations for the Prevention of Air Pollution from Ships adalah MARPOL Annex VI, “Peraturan untuk Pencegahan Polusi Udara dari Kapal”, diadopsi pada Konvensi MARPOL 1997. Lampiran ini akan mulai berlaku pada 19 Mei 2005, setelah ratifikasi konvensi oleh Samoa pada 18 Mei 2004, memenuhi persyaratan 15 negara yang mewakili setidaknya 50 persen dari tonase kotor dunia.

MARPOL Annex VI mengatur emisi ke atmosfer dari polutan tertentu dari kapal, termasuk nitrogen okside (NOx), sulfur okside (SOx), senyawa organik volatile (VOC), polychlorinated biphenyls (PCB) dan logam berat, dan klorofluorokarbon (CFC). Zat-zat ini berkontribusi terhadap masalah lingkungan termasuk pengasaman / hujan asam (NOx, SOx), eutrofikasi atau

penipisan oksigen di daratan dan beberapa perairan pesisir (NOx), penciptaan ozon permukaan tanah (VOC dan NOx), penipisan ozon atmosfer (CFC) dan akumulasi PCB dan logam berat dalam rantai makanan yaitu, berbagai masalah lingkungan regional dan global.

Ketika Lampiran VI mulai berlaku, pemilik kapal harus memastikan bahwa semua kapal berkapasitas 400 GT atau lebih, dan semua anjungan dan rig pengeboran yang terlibat dalam pelayaran ke pelabuhan dan perairan tempat konvensi MARPOL berlaku, memiliki Sertifikat Pencegahan Polusi Udara Internasional atau International Air Pollution Prevention Certificate (IAPPC) yang berlaku yang mengonfirmasikan kepatuhan dengan peralatan dan persyaratan operasional Lampiran VI. Sertifikat dikeluarkan atas nama negara bendera. Seperti sertifikat MARPOL lainnya, negara bagian dalam banyak kasus akan mendelegasikan sertifikasi ke masyarakat klasifikasi. Masa tenggang disediakan bagi kapal-kapal yang sedang beroperasi untuk mendapatkan sertifikat yang diperlukan; dalam hal ini survei awal IAPPC harus dilakukan selambat-lambatnya dari jadwal dry-dock setelahnya, meskipun dalam semua kasus dalam waktu tiga tahun sejak tanggal berlakunya.

MARPOL Annex VI, yang pertama kali diadopsi pada tahun 1997, membatasi polutan udara utama yang terkandung dalam gas buang kapal, termasuk sulfur okside (SOx) dan nitro okside (NOx), dan melarang emisi yang disengaja dari bahan perusak ozon (ODS). MARPOL Annex VI juga

16

mengatur pembakaran kapal, dan emisi senyawa organik volatile (VOC) dari kapal tanker.

Setelah diberlakukannya MARPOL Annex VI pada tanggal 19 Mei 2005, Komite Perlindungan Lingkungan Laut atau Marine Environment Protection Committee (MEPC) pada sesi ke - 53 (Juli 2005), sepakat untuk merevisi MARPOL Annex VI dengan tujuan untuk secara signifikan memperkuat batas emisi dengan mempertimbangkan teknologi peningkatan dan pengalaman implementasi. Sebagai hasil dari pemeriksaan tiga tahun, MEPC 58 (Oktober 2008) mengadopsi MARPOL Annex VI yang direvisi dan Kode Teknis NOx 2008 yang terkait, mulai berlaku pada 1 Juli 2010.

Perubahan utama pada MARPOL Annex VI akan melihat pengurangan progresif emisi SOx dari kapal, dengan tutup belerang global pada awalnya berkurang menjadi 3,50% (dari 4,50% saat ini), efektif mulai 1 Januari 2012;

kemudian secara progresif menjadi 0,50%, efektif sejak 1 Januari 2020, tergantung pada tinjauan kelayakan yang harus diselesaikan selambat- lambatnya 2018. Lampiran VI yang direvisi memungkinkan Area Kontrol Emisi atau Emission Control Areas (ECA) ditunjuk untuk SOx dan partikel, atau NOx, atau ketiga jenis emisi dari kapal, tunduk pada proposal dari suatu Pihak atau Pihak pada Lampiran, yang akan dipertimbangkan untuk diadopsi oleh Organisasi, jika didukung oleh kebutuhan yang ditunjukkan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan satu atau ketiga emisi tersebut

kemudian secara progresif menjadi 0,50%, efektif sejak 1 Januari 2020, tergantung pada tinjauan kelayakan yang harus diselesaikan selambat- lambatnya 2018. Lampiran VI yang direvisi memungkinkan Area Kontrol Emisi atau Emission Control Areas (ECA) ditunjuk untuk SOx dan partikel, atau NOx, atau ketiga jenis emisi dari kapal, tunduk pada proposal dari suatu Pihak atau Pihak pada Lampiran, yang akan dipertimbangkan untuk diadopsi oleh Organisasi, jika didukung oleh kebutuhan yang ditunjukkan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan satu atau ketiga emisi tersebut

Dokumen terkait