• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI

1.1 Latar Belakang

Masa anak-anak adalah masa yang diidentikan dengan fase bermain dan belajar. Sebagai orang dewasa, tentulah kita pernah berada pada masa anak-anak. Pada masa inilah mulai tertanamnya pendidikan untuk membentuk karakter anak. Upaya tersebut tentunya diselingi dengan bermain yang merupakan kebutuhan mutlak anak.

Seiring berjalannya waktu, porsi bermain dan belajar disesuaikan dengan usia anak dan beban yang diberikan kepadanya. Pendidikan yang diajarkan tidak hanya secara akademik dan nonakademik, namun juga norma-norma yang berlaku dalam kehidupan ataupun segala macam hal yang berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini mereka tentu memerlukan

bimbingan dari orang dewasa. “Bantuan dan bimbingan yang mereka perlukan

adalah yang didasarkan pada kebutuhan mereka dan dilihat dengan kacamata

mereka pula.” (Sarumpaet, 2010: 4). Oleh karenanya menjadi tugas penting bagi

orang tua untuk dapat memilih yang terbaik bagi anaknya. Agar apa yang diharapkan (hal-hal baik) dapat terealisasikan pada mereka.

Salah satu kajian yang dipusatkan dalam pembahasan ini ialah sastra anak. Sastra dan anak tidak dapat dipisahkan. Secara tidak langsung sastra berperan dalam pembentukan karakter anak melalui proses pembelajaran. Sebab dalam sastra, seorang anak akan diajarkan melihat kehidupan dari berbagai sudut pandang. Selain orang dewasa, anak-anak juga mengambil peran penting dalam

penciptaan karya sastra. Bahkan orang dewasa sekalipun, hampir keseluruhannya

pernah “mencicipi” sastra pada masa kecilnya. Sastra jenis ini tergolong dalam sastra ringan yang mana isinya tidak serumit sastra dewasa.

Awal mula kemunculan sastra anak, banyak pendapat yang masih menganggap kesimpangsiuran lahirnya sastra anak. Sastra anak mulanya hanya berupa sastra dalam bentuk lisan yang diceritakan oleh nenek moyang berdasarkan pengalaman dan petualangannya kepada sanak keluarganya dan diceritakan kembali secara turun-temurun. Hal tersebut masih berlangsung sejak zaman prasejarah hingga abad 15. Seiring waktu proses tersebut akhirnya yang kemudian membuat sastra anak kini dituangkan dalam bentuk tulisan. Tepatnya pada awal abad 19 sastra anak dicetuskan secara formal dan institusional. Hal tersebut dibuktikan melalui karya sastrawan asing seperti Charles Perrault (Perancis), Jacob dan Wilhelm Grimm (Jerman), Peter Christian Asbjörnsen dan Jörgen Moe (Norwegia), Joseph Jacobs dan Andrew Lang (Inggris). Kala itu

Charles melahirkan karyanya yakni “Cinderella”, “Putri Tidur”, dan “ Si Tudung Merah” dalam Tales of Mother Goose. Sedangkan “Putri Salju” karya Grimm

dengan judul Nurseryand Household Tales pada 1812. Pada 1800-an, Hans Christian Andersen (Denmark) menciptakan dongeng modern yang pertama, berjudul Fairy Tales Told for Children. Dengan demikian dapat dikatakan, inilah awal pertama anak-anak di dunia diizinkan membaca dan mendengarkan cerita yang khusus ditulis untuknya. (Sarumpaet, 2010: 8). Sedangkan untuk perkembangannya di Indonesia, melalui penelitian Christantiowati menyatakan bahwa betapa pada tahun 1800-an sudah ada bacaan yang diperuntukkan bagi anak-anak. Kemudian ia menuangkannya dalam “ Bacaan Anak Indonesia Tempo

Doeloe: Kajian Pendahuluan Periode 1908-1945” yang berisi aspek-aspek yang terkandung dalam karya sastra untuk anak-anak.

Hal yang paling penting dari sastra anak ialah fungsinya. Fungsi yang umumnya dapat ditemui adalah fungsi sastra anak sebagai sarana pendidikan dengan memberi infomasi terhadap suatu hal dan sarana hiburan untuk memberi kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan pada diri anak ketika membaca dan menghayati sastra (Santosa dalam Winarni: 2014: 5).

Sastra sangat berperan penting dalam proses belajar seorang anak. Sudah menjadi hal lumrah apabila anak akan dominan mengikuti apa yang disampaikan oleh gurunya, walaupun tidak terbantah apabila anak tersebut ingin berkembang sesuai kemauannya. Oleh karenanya, selain orang tua dan lingkungan sekitarnya, sosok seorang guru tak lepas perannya dalam pembentukan karakter anak melalui ilmu-ilmu yang diajarkannya. Dalam hal ini, yang menonjol dari sastra anak ialah kandungan nilai pendidikan, moral, sosial serta hiburan yang sangat berperan

dalam proses perkembangan anak menuju kedewasaan. “Itulah sebabnya sastra anak, betapa pun maksudnya untuk menghibur, tetap saja ia bersifat mendidik.”

(Sarumpaet, 2010: 12).

Salah satu nilai yang sangat berpengaruh pada proses belajar anak ialah nilai pendidikan karakter.

“Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral,

karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.” (Mulyasa, 2012: 3).

Karakter merupakan sifat alami yang terbagi atas karakter baik dan yang

kurang baik. Karakter umumnya “hanya” dapat dirasakan oleh orang lain. Oleh

karenanya setiap orang pasti ingin berada pada karakter yang baik untuk menciptakan hubungan dan citra yang baik. Penerapan karakter tersebut juga dilandasi berbagai macam alasan, yakni rasa takut berbuat salah terhadap satu hal atau ingin diapresiasi.

Bobo merupakan bacaan favorit kalangan anak. Periode berdirinya Bobo sudah membuktikan bagaimana dedikasi Bobo menyajikan bacaan anak yang berkualitas. Hampir sebagian besar anak Indonesia pernah membaca majalah mingguan ini. Di samping desainnya menarik, isinya juga berbobot. Yang paling menonjol mengenai pendidikan karakter yang diusung pada majalah Bobo itu sendiri untuk anak-anak adalah kreativitas, mandiri, dan berani. Hal tersebut

ditunjukkan pada penyajian halaman “surat pembaca” yang memberikan

kesempatan pada pembaca untuk mengirimkan karya, pesan, komentar, dan lain-lain guna membangun dan mempertahankan dedikasi majalah Bobo untuk anak-anak Indonesia. Oleh karenanya melalui penelitian ini diharapkan kepada seluruh pihak kembali mengingat hakikat seorang anak merupakan insan yang harus dididik dan dibimbing untuk berperilaku baik dan sesuai usianya. Pembahasan ini diobjekan kepada aktifitas tokoh serta kandungan isi cerpennya yang terangkum dalam ranah nilai pendidikan karakter. Walaupun sudah banyak pihak yang mengkaji nilai pendidikan karakter ini, namun belum ditemukan sumber yang sama yakni dari kumpulan cerpen Bobo edisi 39 ini. Oleh karena itu, akan dianalisis kumpulan cerpen Bobo yang fokus penelitiannya adalah nilai-nilai pendidikan karakter anak khususnya anak usia sekolah dasar.

Dokumen terkait