• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

adalah homogeny. Uji anova bertujuan untuk mengetahui apakah data

berbeda secara statistik atau tidak. Bila p value (sig) < 0,05 maka dapat

dikatakan signifikan. Jika hasil uji anova menunjukkan bahwa data

berbeda secara statistik maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji

Duncan atau Duncan Multile Range Test (DMRT) bertujuan untuk menunjukkan data berbeda secara statistik.

Data hasil pengamatan pada penelitian ini meliputi tinggi

tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan berat basah. Data hasil

pengamatang yang diuji normalitas, homogenitas, anova, dan Duncan

diperoleh selama pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. Sedangkan berat

basah tidak diollah dengan ke empat uji tersebut karena data diperoleh

pada waktu panen. Hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji anova,

dan uji Duncan pada data pertumbuhan sawi pakcoy yang meliputi

tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun dijelaskan sebagai

berikut:

a. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanman sawi pakcoy dimulai dari

tumbuhnya kotiledon pertama sampai dengan ujung daun yang

paling tinggi pada tanaman yang diamati, dengan satuan ukur

centimeter (cm). Data yang telah diperoleh terlebih dahulu diuji

normalitas dan homogenitasnya. Bila hasil uji normalitas dan

homogenitas menunjukkan p value (sig) > 0,05 maka H0 ditolak

sehungga dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok

data adalah normal dan homogen. Berikut ini adalah data hasil

pengamatan tinggi tanaman sawi pakcoy pada perlakuan

Tabel 4.2. Data hasil pengamatan tinggi tanaman pada tanaman sawi pakcoy

Dari data hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa

perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin paling unggul,

yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 25.58 cm. Perlakuan

pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin dan giberelin lebih

unggul dari pada perlakuan kontrol. Selisih tinggi tanaman pada

perlakuan kontrol dan perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh

giberelin adalah 0,27 cm. Perlakuan pemberian zat pengatur

tumbuh auksin paling pendek, yaitu dengan rata-rata tinggi

tanaman 22,1 cm. Hasil uji normalitas tinggi tanaman diperoleh p Nomor

Polybag

Pertambahan Tinggi Tanaman Berdasarkan Perlakuan (cm) Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1 21.2 23 23.6 26.3 2 23 26.7 20.3 20.4 3 24.5 28.9 23 9.9 4 25.6 27.1 17.8 24.7 5 18.2 25.3 28.9 25.3 6 21.8 28.5 26.8 23.5 7 24.3 22.3 22.9 22.9 8 20.5 23.3 22.0 26.3 9 19.1 27.4 22.1 25.8 10 22.8 23.3 24.3 23.9 Jumlah 221 255.8 231.7 229 Rata-rata 22.1 25.58 23.17 22.9

disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah

normal (lihat lampiran 3). Hasil uji homogenitas diperoleh p value

(sig) = 0,668 > 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen. Hasil

uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,136 > 0,05 maka

hasil tersebut berbeda tidak signifikan. Jadi pemberian perlakuan

zat pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin tidak

mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Berikut adalah grafik

pertumbuhan tinggi tanaman sawi pakcoy:

Grafik 4.1. Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman sawi pakcoy (Brassica chinensis)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan

pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan

tinggi tanaman sawi pakcoy. Akan tetapi, pada uji anova

0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per tam b ah an Ti n g g i Tan am an (c m ) Pengamatan Ke-

Grafik Pertumbuhan Tinggi

Tanaman pada Sawi Pakcoy

(Brassica chinensis)

Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol

pemberian ZPT sintetik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman sawi

pakcoy hasilnya tidak signifikan.

b. Lebar Daun

Pengukuran lebar daun dimulai dari mengukur tepi sisi kiri

sampai dengan tepi sisi kanan daun, dengan satuan ukur centimeter

(cm). Berikut ini adalah data hasil pengamatan lebar daun tanaman

sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin,

Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol.

Tabel 4.3. Data hasil pengamatan lebar daun pada tanaman sawi pakcoy

Nomor Polybag

Pertambahan Lebar Daun Berdasarkan Perlakuan (cm)

Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1 5.7 9.1 8.6 9.1 2 5.1 10 5.7 9.2 3 8.2 8.4 6 2.1 4 8.6 11.1 6.6 7.7 5 5.7 10.2 8.4 8.3 6 5.4 11.2 7.7 7.4 7 8.8 6.7 7.2 8.9 8 5.9 8.8 7.6 8.4 9 6 8.4 6.9 9.4 10 8.7 8.7 8.2 7.4 Jumlah 68.1 92.6 72.9 77.9 Rata-rata 6.81 9.26 7.29 7.79

Berdasarkan data di atas, daun paling lebar adalah pada

perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin yaitu

dengan lebar daun rata-rata 9,26. Bila dibandingkan dengan

perlakuan kontrol, selisih rata-ratanya adalah 1,47 cm. daun paling

sempit adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh

auksin dengan rata-rata lebar daun 6.81 cm. Hasil uji normalitas

pada lebar daun diperoleh p value (sig) = 0,195 > 0,05 maka H0

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap

kelompok data adalah normal (lihat lampiran 4). Hasil uji

homogenitas diperoleh p value (sig) = 0,512 > 0,05 maka H0

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada seluruh

kelompok data adalah homogen.

Hasil uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,008 <

0,05 maka hasil tersebut signifikan. Jadi pemberian perlakuan zat

pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin

mempengaruhi pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy.

Setelah dilakukan uji lanjutan yaitu uji Duncan, dapat diketahui

bahwa pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin

paling beda terhadap pertumbuhan lebar daun. Pertumbuhan lebar

daun pada tanaman sawi pakcoy yang tidak beda adalah pada

perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik auksin dan

giberelin, serta perlakuan kontrol. Berikut adalah grafik

Grafik 4.2. Hasil pengamatan pertumbuhan lebar daun pada tanaman sawi pakcoy (Brassica chinensis)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan

pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan

lebar daun tanaman sawi pakcoy.

c. Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung

masing-masing helai daun pada setiap tanaman sawi pakcoy.

Berikut ini adalah data hasil pengamatan jumlah daun tanaman

sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin,

Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol.

0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per tam b ah an Leb ar Dau n (c m ) Pengamatan Ke-

Grafik Pertumbuhan Lebar Daun

pada Tanaman Sawi Pakcoy

(Brassica chinensis)

Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol

Tabel 4.4. Data hasil pengamatan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy

Nomor Polybag

Pertambahan Jumlah Daun Berdasarkan Perlakuan (helai)

Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol

1 7 10 9 8 2 6 11 5 8 3 9 8 7 3 4 7 8 6 9 5 7 9 9 8 6 7 10 9 7 7 8 11 10 9 8 7 10 7 7 9 6 9 7 8 10 9 10 7 7 Jumlah 73 96 76 74 Rata-rata 7.3 9.6 7.6 7.4

Berdasarkan data di atas, daun yang paling banyak adalah

perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin, yaitu dengan

jumlah daun 96 helai. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh

sitokinin dan giberelin lebih unggul dari perlakuan kontrol. Selisih

antara perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh giberelin dan

perlakuan kontrol pada jumlah daun tanaman sawi pakcoy adalah 2

helai. Jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan pemberian

zat pengatur tumbuh auksin yaitu 73 helai, dan berselisih satu helai

dengan perlakuan kontrol. Hasil uji normalitas pada jumlah daun

dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah

normal (lihat lampiran 5). Hasil uji homogenitas diperoleh p value

(sig) = 0,521 > 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen.

Hasil uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,002 <

0,05 maka hasil tersebut signifikan. Jadi pemberian perlakuan zat

pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin

mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy.

Setelah dilakukan uji lanjutan yaitu uji Duncan, dapat diketahui

bahwa pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin

paling beda terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi

pakcoy. Pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy

yang tidak beda adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur

tumbuh sintetik auksin dan giberelin, serta perlakuan kontrol.

Berikut adalah grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi

Grafik 4.3. Hasil pengamatan pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy (Brassica chinensis)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan

pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan

jumlah daun tanaman sawi pakcoy.

d. Berat Basah

Pengukuran berat basah tanaman sawi pakcoy dilakukan

pada waktu panen, masing-masing tanaman sawi pakcoy ditimbang

untuk mengetahui berat basahnya dengan satuan gram (gr). Berikut

ini adalah data hasil pengamatan berat basah tanaman sawi pakcoy

pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin, Sitokinin,

Giberelin, dan Kontrol.

0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per tam b ah an J u m lah Dau n ( h e lai ) Pengamatan Ke-

Grafik Pertumbuhan Jumlah

Daun pada Tanaman Sawi

Pakcoy (Brassica chinensis)

Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol

Tabel 4.5. Data hasil pengamatan berat basah pada tanaman sawi pakcoy

Nomor Polybag

Pertambahan Berat Basah Berdasarkan Perlakuan (gram)

Aiksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1 20 45 30 65 2 20 55 15 35 3 40 45 19 50 4 30 60 15 35 5 25 35 25 25 6 25 60 25 40 7 45 35 20 40 8 20 30 20 50 9 30 38 35 60 10 35 50 20 30 Jumlah 290 453 224 430 Rata-rata 2.9 4.53 2.24 4.3

Tanaman sawi pakcoy paling berat adalah dengan

perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin dengan

rata-rata berat basah 4,53 gram. Bila dibandingkan dengan kontrol,

hasilnya tidak jauh berbeda yaitu 4,3 gram, hanya berselisih 0,23

gram. Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik auksin

lebih unggul daripada pemberian zat pengatur tumbuh auksin dan

giberelin, dimana berat kedua perlakuan tersebut setengah dari

berat perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin.

Grafik 4.4. Hasil pengamatan berat basah pada tanaman sawi pakcoy (Brassica chinensis)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan

pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan

berat basah tanaman sawi pakcoy.

0 10 20 30 40 50

Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol

N il ai B e rat B asah ( g ram ) Perlakuan

Grafik Berat Basah pada

Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica

chinensis)

Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol

2. Data Kualitatif

Data kualitatif pada penelitian ini meliputi warna daun,

kesegaran daun, dan serangan hama/penyakit. Data diambil selama

pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. Berikut ini adalah gambar

tanaman sawi pakcoy sebelum dipanen.

Gambar 4.1. Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis) dengan Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Auksin

Gambar 4.2. Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis) dengan Pemberian ZPT Sintetik Sitokinin

Gambar 4.3. Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis) dengan Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Giberelin

Gambar 4.4. Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis) dengan Perlakuan Kontrol

Setiap pengamatan pertumbuhan tanamna sawi pakcoy

dilakukan penncatatan data kualitatif yang meliputi warna daun,

kesegaran daun, dan serangan hama/penyakit. Berikut ini adalah data

a. Warna daun

1) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin

Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin semua

daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-6,

sedangkan pada pengamatan ke-7 salah satu daun pada

tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada

pengamatan ke-12. Hanya ada dua tanaman sawi pakcoy yang

daun keseluruhannya hijau, dan ada satu tanaman yang

daunnya coklat (lihat lampiran 2 – warna daun; auksin). 2) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin

Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin semua

daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-7,

sedangkan pada pengamatan ke-8 salah satu daun pada

tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada

pengamatan ke-12. Sembilan dari sepuluh tanaman sawi

pakcoy daunnya berwarna hijau (lihat lampiran 2 – warna daun; sitokinin).

3) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin

Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin semua

daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-6,

sedangkan pada pengamatan ke-7 salah satu daun pada

tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada

daun keseluruhannya hijau (lihat lampiran 2 – warna daun; giberelin).

4) Pengamatan kontrol

Pada perlakuan kontrol semua daun berwarna hijau

sampai dengan pengamatan ke-9, sedangkan pada pengamatan

ke-10 salah satu daun pada tanaman mulai kuning. Rata-rata

daun menguning pada pengamatan ke-12. Hanya ada dua

tanaman sawi pakcoy yang daun keseluruhannya hijau (lihat

lampiran 2 – warna daun; kontrol). b. Kesegaran daun

1) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin

Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi

pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-8, tetapi

pengamatan ke-9 salah satu daun pada tanaman mulai layu.

Pada pengamatan ke-11 terdapat satu daun yang kering. Rata-

rata keadaan daun pada pengamatan ke-12 segar, hanya saja

ada tiga daun yang kering (lihat lampiran 2 – kesegaran daun; auksin).

2) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin

Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi

pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada

pengamatan ke-12 setengah dari jumlah tanaman layu dan

3) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin

Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi

pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada

pengamatan ke-12 rata-rata keadaan daun segar dan hanya ada

tiga tanaman sawi pakcoy yang daunnya kering (lihat lampiran

2 – kesegaran daun; giberelin). 4) Pengamatan kontrol

Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi

pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada

pengamatan ke-12 hampir semua tanaman sawi pakcoy segar,

hanya ada satu tanaman sawi pakcoy yang daunnya layu (lihat

lampiran 2 – kesegaran daun; kontrol). c. Serangan hama/penyakit

1) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin

Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin, hama

mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2.

Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-12.

Penyerangan hama pada tanaman sawi pakcoy terbanyak

adalah pada pengamatan ke-12, hanya ada satu tanaman yang

sama sekali tidak terkena serangan hama selama penelitian.

Hama yang menyerang adalah ulat grayak (Spodoptera exigua), ulat jengkal (Thysanoplusia orichalcea) dan kutu putih (Bemisia tabaci). Hama terbayak yang menyerang tanaman

sawi pakcoy adalah ulat grayak (Spodoptera exigua) (lihat lampiran 2 – serangan hama/penyakit; auksin).

2) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin

Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin, hama

mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2.

Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-7.

Pada pengamatan ke-8 dan ke-9 tidak terjadi serangan hama,

dan hama mulai menyerang lagi pada pengamatan ke-10

hingga sampai dengan pengamatan ke-12. Pada pengamatan

ke-12 hampir semua tanaman sawi pakcoy terserang hama,

hanya ada satu tanaman yang tidak terserang hama. Hama yang

menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak

(Spodoptera exigua) dan kutu daun (Aphis gossypii). Hama terbanyak yang menyerang tanamna sawi pakcoy adalah ulat

grayak (Spodoptera exigua) (lihat lampiran 2 – serangan hama/penyakit; sitokinin).

3) Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin

Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin, hama

mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2.

Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-8.

Pada pengamatan ke-9 dan ke-10 tidak terjadi serangan hama,

dan hama mulai menyerang lagi pada pengamatan ke-11

ke-12 semua tanaman sawi pakcoy terserang hama. Hama yang

menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak

(Spodoptera exigua) dan kutu daun (Aphis gossypii). Hama terbanyak yang menyerang tanamna sawi pakcoy adalah ulat

grayak (Spodoptera exigua) (lihat lampiran 2 – serangan hama/penyakit; giberelin).

4) Pengamatan kontrol

Pada perlakuan kontrol, hama mulai menyerang tanamn

sawi pakcoy pada pengamatan pertama. Hampir disemua

pengamatan terjadi serangan hama pada tanaman sawi pakcoy,

kecuali pada pengamatan ke-2 dan pengamatan ke-8.

Penyerangan hama pada tanaman sawi pakcoy terbanyak

adalah pada pengamatan ke-12, hanya ada satu tanaman yang

sama sekali tidak terkena serangan hama selama penelitian.

Hama yang menyerang adalah ulat grayak (Spodoptera exigua) dan belalang hijau (Atractomopha crenulata). Hama terbayak yang menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak

(Spodoptera exigua) (lihat lampiran 2 – serangan hama/penyakit; kontrol).

B. Pembahasan

1. Data kuantitatif

Data kualitatif yang diperoleh, kemudian diolah dengan

menggunakan uji One-Way Anova untuk mengetahui apakah data

berbeda secara statistik atau tidak. Sebelum data diolah dengan uji One-

Way Anova, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji

normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan uji

homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua data atau lebih,

kelompok data sampel memiliki variasi yang homogen atau tidak. Bila

hasil data signifikan, maka dilakukan uji lanjutan dengan Metode

Duncan.

Berdasarkan perhitungan data melalui uji One-Way Anova dapat

dilihat bahwa pemberian zat pengatur tumbuh sintetik ada yang

berpengaruh secara signifikan dan ada yang berpengaruh secara tidak

signifikan terhadap keceptan pertumbuhan tanaman sawi pakcoy

(Brassica chinensis). Zat pengatur tumbuh sintetik berpengaruh secara signifikan adalah pada pertumbuhan lebar daun, jumlah daun, dan tinggi

tanaman. Sedangkan zat pengatur tumbuh sintetik berpengaruh secara

tidak signifikan adalah pada pertumbuhan tinggi tanaman. Zat pengatur

tumbuh yang paling berpengaruh dalam mempercepat pertumbuhan

tanaman sawi pakcoy (Brassica chinensis) adalah sitokinin. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil monitoring data observasi yang dilakukan selama

Kuantitatif). Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh menyebabkan

dampak perubahan secara morfologis yang berbeda-beda pada tanaman

sawi pakcoy (Brassica chinensis). a. Tinggi tanaman

Menurut Sitompul (1995), tinggi tanaman merupakan

ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator

pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk

mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan.

Auksin terkenal dengan fungsinya untuk pertumbuhan memanjang

pada tanamnan. Akan tetapi, pada kenyataannya perlakuan

pemberian sitokinin lebih unggul dalam menumbuhkan tanaman

sawi pakcoy daripada perlakuan pemberian auksin. Peristiwa tidak

bekerjana auksin tersebut seperti yang terjadi pada percobaan

Bonner (1949), dimana konsentrasi auksin yang efektif bagi

pertumbuhan ujung batang justru menghambat pertumbuhan ujung

akar. Terhambatnya pertumbuhan ujung akar mempengaruhi

pertumbuhan tanaman sawi pakcoy karena akar berfungsi untuk

mengambil air dan nutrisi di dalam tanah untuk tumbuh, bila

pertumbuhan akar terhambat maka pertumbuhan tanaman sawi

pakcoy juga lambat karena kurangnya suplai air dan nutrisi.

Salah satu faktor tidak unggulnya auksin dalam

menumbuhkan tanaman sawi pakcoy adalah tingkat konsentrasi

tinggi memberi efek dapat menghambat pertumbuhan

pemanjangan sel. Pada percobaan konsentrasi auksin tergolong

tinggi bila diberikan pada tanaman sawi pakcoy. Konsentrasi

auksin yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan seperti teori

yang diungkapkan Meyer (1973), bahwa auksin dapat

meningkatkan dan menghambat pertumbuhan, dimana merupakan

respon dari efek yang diberikan, tergantung pada konsentrasi

auksin. Efektivitas auksin diberikan tidak hanya tergantung pada

konsentrasi, tetapi juga jenis tertentu respon pertumbuhan yang

dipengaruhi. Beberapa efek penghambatan auksin, terutama pada

pemanjangan segmen batang beberapa spesies dan pertumbuhan

tunas pada organ lain.

Selain itu ia juga mengungkapkan banwa auksin

menyebabkan pemanjangan sel. Kisaran konsentrasi optimum

untuk pemanjangan sel bervariasi pada jaringan yang berbeda, dan

pemberian konsentrasi yang relatif tinggi dapat menghambat fase

pertumbuhan. Bila auksin diberikan pada tanaman sawi pakcoy

dengan konsentrasi yang sesuai makan dapat meningkatkan

pertumbuhan pemanjangan, seperti yang diungkapkan Meyer

(1973), bahwa dalam konsentrasi yang sesuai, auksin

menyebabkan peningkatan panjang batang, koleoptil, hipokotil dan

Pada umumnya orang beranggapan bahwa pemberian

giberelin pada tumbuhan akan menyebabkan tinggi tanaman

menjadi 3 sampai 5 kali tingginya yang normal. Hal tersebut

memang benar seperti percobaan yang telah dilakukan pada

tanaman kobis yang diberi perlakuan hormon giberelin, dimana

tanaman kobis jarak antar ruas daun pada batang

pendek/berdekatan dan setelah diberi hormon giberelin jarak antar

ruas daun pada batang panjang/berjauhan. Giberelin yang

digunakan pada percobaan tersebut adalah giberelin dengan

konsentrasi tinggi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan

giberelin dengan konsentrasi sedang.

b. Lebar daun

Berdasarkan data yang diperoleh, daun tanaman sawi

pakcoy yang paling lebar adalah pada perlakuan pemberian zat

pengatur tumbuh sintetik sitokinin, sedangkan perlakuan

pemberian auksin paling lambat untuk pertumbuhan lebar daun

tanaman sawi pakcoy. Hal tersebut berkaitan dengan efek dari

kerja sitokinin yaitu memacu kecepatan pertumbuhan tanaman

karena berperan dalam proses pembelahan dan pembesaran sel.

Seperti teori Meyer (1973), bahwa sitokinin terbukti dapat

mempercepat pembelahan sel pada jaringan bila diberikan pada

c. Jumlah daun

Pada percobaan ini jumlah daun yang paling banyak adalah

pada perlakuan pemberian sitokinin dengan jumlah daun sebanyak

96 helai, sedangkan perlakuan pemberian auksin paling sedikit

yaitu sebanyak 73 helai. Hal tersebut berkaitan dengan efek dari

kerja sitokinin yaitu berperan dalam pembentukan tunas-tunas

baru. Seperti yang diungkapkan Loveless (1991), bahwa sitokinin

yang disintesis dalam akar, diedarkan ke daun melalui pembuluh

xilem. Dimana, sitokinin diperlukan untuk pertumbuhan normal

dan diferensiasi, serta meningkatkan pembelahan sel dan menahan

ketuaan (senescence).

d. Berat basah

Berat basah merupakan hasil dari semua pertumbuhan

tanaman baik tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun. Berat

basah diukur pada waktu panen, dimana pengukuran atau

penimbangannya adalah keseluruhan dari bagian tanaman sawi

pakcoy. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat pada grafik

di atas bahwa sawi pakcoy paling berat adalah pada perlakuan

pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin, dimana berat

basah rata-rata adalah 4,53 gram. Sitokinin berperan dalam

memacu kecepatan pertumbuhan tanaman karena berperan dalam

proses pembelahan dan pembesaran sel, pembentukan tunas-tunas

lebih awet, menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam

tanaman, dan meningkatkan sintesis pembentukan protein.

2. Data kualitatif

a. Warna daun

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa

warna daun tanaman sawi pakcoy dengan diberi ZPT sitokinin

lebih tahan lama daripada perlakuan pemberian ZPT auksin dan

giberelin. Pada perlakuan pemberian ZPT sitokinin daun tanaman

sawi pakcoy mulai menguning pada pengamatan ke-8, sedangkan

pada perlakuan pemberian ZPT auksin dan giberelin daun tanaman

sawi pakcoy menguning pada pengamatan ke-7. Perlakuan kontrol

warna daun tanaman sawi pakcoy paling tahan lama yaitu mulai

menguning pada pengamatan ke-10, walaupun demikian penelitian

ini lebih mengamati pengaruh dari pemberian ketiga ZPT tersebut.

Pengaruh ZPT sitokinin terhadap ketahanan warna daun tanaman

sawi pakcoy sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anestis

Dokumen terkait