BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Unsur-Unsur Nutrisi yang Diperlukan Tumbuhan
Tubuh tanaman itu sebagian besar terdiri atas tiga unsur, yaitu C
43,6%, O 44,4% dan H 6,2%. Unsur-unsur ini diambilnya dari udara
berupa CO2 dan O2 serta dari tanah berupa H2O. Tanaman tak mungkin
hidup dengan ketiga unsur ini saja, ia memerlukan unsur-unsur lain lagi
yang sangat penting untuk pembentukan bermacam-macam protein, zat-
lemak dan zat-zat organik lainnya (Dwijoseputro, 1992).
sedang unsur-unsur seperti Zn, Mn, Cu, B, Mo ditemukan dalam jumlah
yang sangat kecil. Unsur-unsur lainnya seperti Si, Al, Cl pun sering
kedapatan di dalam jumlah yang sangat kecil. Unsur-unsur C, H, O, N, S,
P, K, Ca, Mg ada kedapatan di dalam jumlah agak besar dan oleh
karenanya kesembilan unsur-unsur ini disebut makro-elemen, sedang sisanya disebut mikro-elemen (Dwijoseputro, 1992).
Unsur Hara Makro Esensial
1. Nitrogen (N)
Unsur N di dalam tanah dijumpai dalam bentuk anorganik atau
organik yang bergabung dengan C, H, O dan terkadang dengan S
untuk membentuk asam-asam amino, enzim-enzim amino, asam
nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Meskipun N-an-organik
dapat berakumulasi membentuk nitrat, N-organik dominan dalam
bentuk protein berbobot-molekul tinggi (Jones et al., 1991). Menurut Mengel dan Kirkby (1978), unsur N sangat berhubungan dengan
perkembangan jaringan meristem, sehingga sangat menentukan
pertumbuhan tanaman.
Unsur N berperan sebagai penyusun semua protein, klorofil
dan asam-asam nukleat, serta berperan penting dalam pembentukan
koenzim. Di dalam sel-sel tanaman, N-nitrat yang diserap mengalami
a. Nitrat direduksi menjadi nitrit (NO2¯ ), lalu
b. Nitrit direduksi menjadi ammonia (NH3) (identik dengan nitrifikasi
dalam tanah) (Kemas, 2004).
Kekurangan nitrogen mengakibatkan daun tidak tampak hijau
segar, melainkan kekuning-kuningan. Jika kekurangan nitrogen cukup
banyak dan terus-menerus, maka daun-daun yang berada di bawah
tanaman menjadi kuning dan akhirnya gugur. Tanaman tomat menjadi
ungu atau kemerah-merahan apabila kekurangan nitrogen.
Pembentukan klorofil terganggu dan sebaliknya terjadi pembentukan
antioksidan.
Tumbuhan Leguminosae mengambil nitrogen dalam bentuk
NO3ˉ atau NH4+ dari tanah. Jika ketrsediaan N2 melimpah, maka daun-
daun tanaman menjadi tebal dan berwarna hijau-tua, sedang batang
terlihat agak lemah, meskipun pertumbuhannya subur. Penanganan
tanah yang kekurangan nitrogen adalah memberikan pupuk hjau atau
pupuk buatan yang mengandung N (Dwijoseputro, 1992).
2. Fosfor (P)
Unsur P diambil tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer
dan sekunder (H2PO42-). Tingkat penyerapan kedua ion ini dipengaruhi
oleh pH area perakaran tanaman:
a. Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion
b. Pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat sekunder yang lebih
banyak diserap tanaman.
Pemanfaatan fosfat dalam sel-sel tanaman terjadi melalui 3
fase, yaitu:
a. P-anorganik diserap akar dan diinkorporasikan (digabung) ke
molekul-molekul organik atau dengan P-radikal lainnya;
b. Transfosforilasi, proses transfer gugus fosforil dari senyawa-
senyawa P {dari tahap (1)} ke molekul-molekul lain. Senyawa ini disebut “senyawa antara-terfosforilasi” (the phosphorilated intermediate), dan kemudian
c. Proses pelepasan energi kimiawi melalui hidrolisis senyawa (2) ini
yang melepaskan fosfat atau pirofosfat dan energi kimiawi, atau
melalui proses substitusi P-radikal pada molekul-molekul organik.
Energi yang digunakan dalam perubahan fosfat ini terutama
berasal dari energi potensial oksidasi – reduksi hasil metabolisme oksidatif (Kemas, 2004).
Gejala-gejala kekurangan pospor tidak tampak jelas seperti
kekurangan nitrogen. Pertumbuhan terhambat, daun menjadi hijau tua,
kadang-kadang terlihat terbentuk antioksidan. Pada lembaran dan
tangkai daun tampak bagian-bagian yang mati dan akhirnya daun
rontok (Dwijoseputro, 1992).
3. Kalium (Potassium) (K)
a. Metabolisme karbohidrat seperti pada pembentukan, pemecahan,
dan translokasi pati;
b. Metabolisme nitrogen dan sintesis protein;
c. Pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama;
d. Netralisasi asam-amino organik penting;
e. Aktivasi berbagai enzim;
f. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem
(pucuk, tunas); dan
g. Pengaturan buka-tutup stomata dan hal-hal yang terkait dengan
penggunaan air.
Tanaman yang mengalami defisiensi unsur K mudah terlihat
dengan:
a. Melemahnya turgor batang, sehingga mudah patah atau tanaman
mudah rebah;
b. Kerentanan terhadap serangan penyakit, seperti Powdery-mildew
pada tanaman gandum, kerusakan batang, busuk akar dan winter- killed pada alfalfa;
c. Rendahnya kualitas produksi bebuahan dan sesayuran;
d. Secara fisiologis menyebabkan terganggunya aktivitas enzim invertase, diastase, peptase, dan katalase pada tebu, dan piruvik kinase pada beberapa tanaman lain;
e. Proses fotosintesis terhambat tetapi respirasi meningkat, sehingga
menghambat transportasi karbohidrat (seperti gula pada tebu) dan
secara keseluruhan menghambat pertumbuhan;
f. Terhambatnya sintesis protein pada tebu akibat terakumulasinya
N-non protein di dedaunan;
g. Pada barley, terjadi akumulasi asam amino bebas di dedaunan dan
menurutnya kadar asam-asam bebas dibanding kadar amida; dan
h. Pada rerumputan terjadi penurunan produksi N-amida dan
konversinya menjadi protein.
Salah satu faktor spesifik unsur K adalah sebagai pengimbang
atau penetral efek kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi
lebih sukulen (awet muda) sehingga lebih mudah terserang hama-
penyakit, rapuh dan mudah rontoknya bunga/buah/daun/cabang. Hal
ini karena unsur K berfungsi meningkatkan sintesis dan translokasi
karbohidrat, sehingga mempercepat penebalan dinding-dinding sel dan
ketegaran tangkai bunga/buah/cabang.
4. Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
a. Peranan dan fungsi fisiologis Ca
Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion Ca2+, berperan
sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan struktur dan
permeabilitas membran sel. Kalsium rata-rata menyusun 0,5%
tubuh tanaman, banyak terdapat dalam daun dan pada beberapa
unsur ini dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman
akibat terganggunya pembentukan pucuk tanaman dan ujung-ujung
akar (titk-titik tumbuh), serta jaringan penyimpanan. Hal ini
sebagai akibat rusaknya jaringan meristematik karena rusaknya
permeabilitas dan struktur membran sel.
Unsur Ca bagi tanaman berperan penting dalam:
1) Mempertahankan integritas sel-sel, karena peranannya dalam
sintesis Ca-pektat yang menyusun lamela tengah sel-sel;
2) Mempertahankan permeabilitas membran, karena Ca banyak
terdapat pada daerah batas antara sitoplasma dan dinding sel
atas dari plasmalema;
3) Pembentukan dan peningkatan kandungan protein mitokondria.
Mitokondria ini berperan penting dalam respirasi aerobik yang
mempengaruhi penyerapan garam, sehingga menyebabkan
adanya hubungan langsung antara kadar Ca dan ion-ion yang
diserap tanaman;
4) Berperan dalam menghambat pengguguran atau proses
penuaan daun;
Jones (1991) juga melaporkan peran Ca dalam:
5) Merangsang penyerbukan dan pertumbuhan tanaman;
6) Mengaktifkan sejumlah enzim yang berfungsi dalam mitosis,
7) Dalam pembelahan sel ini, Ca berperan secara spesifik pada
organisasi benang kromatin atau spindle;
8) Berperan langsung dalam pemantapan dan sebagai penyusun
kromosom;
9) Sintesis protein dan transfer karbohidrat; serta
10)Detoksifikasi logam-logam berat bagi tanaman.
b. Peranan dan fungsi fisiologis Mg
Magnesium diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+,
berperan dalam penyusun klorofil (satu-satunya mineral), tanpa
klorofil foto sintesis tanaman tidak akan berlangsung, dan sebagai
aktivator enzim. Secara umum rata-rata menyusun 0,2% bagian
tanaman, sebagian besar terdapat di daun tetapi seringkali dijumpai
dalam proporsi cukup banyak pada biji padi, jagung, sorgum,
kedelai dan kacang tanah.
Defisiensi Mg ditandai gejala klorosis di anatara
pertulangan daun tua yang berwarna hijau, kemudian menguning
atau lembayung kemerahan (pada kapas), kemudian menjadi coklat
dan nekrotik. Unsur ini dibutuhkan dalam:
1) Aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme
karbohidrat, terutama dalam Siklus Asam Sitrat yang berperan
vital dalam respirasi sel;
3) Proses fotosintesis lainnya, sebagai kofaktor untuk hampir
seluruh enzim yang terlibat, yaitu sebagai pembentuk jembatan
antara struktur pirofosfat ATP/ADP dengan molekul enzim,
sehingga terlibat dalam proses transfer energi pada fotosintesis,
glikolisis, siklus asam trikarboksilat dan respirasi;
4) Berperan dalam seluruh proses metabolism lainnya;
5) Sintesis protein, sehingga jika defisit Mg terjadi penurunan
kadar N-protein dan peningkatan kadar N-non protein yang
mencerminkan terhambatnya sintesis protein. Hambatan ini
bukan disebabkan terhambatnya sintesis asam amino seperti
akibat defisiensi belerang (S), tetapi akibat terjadinya
pengurain protein dalam ribosom menjadi unit-unit yang lebih
kecil; sehingga
6) Unsur Mg juga berfungsi mempertahankan partikel-partikel
ribosom dalam suatu bentuk yang diperlukan dalam sintesis
protein; serta
7) Mengaktifkan transfer asam-asam amino dari t-RNA menjadi
rantai-rantai polipeptida.
5. Sulfur (S)
Gejala defisiensi unsur S mirip dengan unsur N, sehingga dapat
menimbulkan keracunan. Perbedaannya terletak pada sifat unsur S
yang immobil, seangkan unsur N bersifat mobil, sehingga gejala awal
dimulai pada daun tua. Defisiensi S menyebabkan tanaman tumbuh
terhambat dan kerdil dengan batang yang pendek dan kecil, serta
klorotik.
Di dalam jaringan dan cairan tanaman dijumpai ion-ion sulfat
(SO42-) utuh dalam jumlah besar. Unsur ini berperan penting dalam:
a. Sintesis protein, ion sulfat ini direduksi menjadi bentuk –S-S dan – SH;
b. Pembentukan ikatan disulfida di antara rantai-rantai polopeptida.
Pembentukan ikatan disulfida dari gugus –SH dalam sintesis dipeptida sistin.
c. Sebagai salah satu unsur penting pada koenzim A (KoA) dan pada vitamin seperti biotin dan thiamin. Di dalam KoA situs aktif dari molekulnya adalah gugus –SH, yang dapat bereaksi dengan gugus OH.
d. S merupakan komponen biotin yang terkait dengan fiksasi CO2 dan
reaksi-reaksi dekarboksilasi, meskipun bukan sebagai gugus
postetik dari enzim-enzim yang memfiksasi CO2 tersebut;
e. Merupakan unsur esensial pada cincin tiazol, yang merupakan
komponen vitamin thiamin (vitamin B1);
f. Sebagai senyawa volatil (mudah menguap) yang menjadi bau khas
pada bebrapa tanaman, seperti sulfoksida, pemedas mata pada bawang merah dan bau pengar pada bawang putih;
g. Sebagai komponen Glucosinolat atau Glukosida minyak mustard pada famili Cruciferae, yang jika dihidrolisis akan menghasilkan isothonat, glukosa dan sulfat. Minyak mustard pada tanaman Cenil
(Nasturtius officinale) disebut Gluconasturtius. Unsur Hara Makro Esensial
Bentuk dan peranan umum unsur hara mikro tertera pada Tabel
2.3. Dari Tabel ini terlihat bahwa hampir semua unsur (kecuali B dan Cl) ini berperan dalam reaksi enzimatik; yang berperan dalam:
1. Sintesis klorofil adalah Fe, Mn, Cu dan Cl;
2. Fotosintesis adalah Fe, Mn, Cu dan Cl;
3. Sistem respirasi adalah B, Fe dan Cu;
4. Metabolisme karbohidrat adalah Fe dan Cu;
5. Fiksasi dan asimilasi N adalah Fe, Cu, Mo dan Co; serta
6. Aktivitas seluler/membran meliputi B dan Cl.
Tabel 2.3. Bentuk dan Peran Hara Mikro bagi Tanaman Ion Hara Peranan Hara
B: (BO3¯ , HBO3) Diperkirakan penting dalam translokasi gula,
metabolisme karbohidrat, proses sintesis asam nukleat {yaitu satu basa dari RNA (uracil)} dan berfungsi pada membran; Berperan dalam aktivitas seluler (divisi, differensiasi, maturasi, respirasi, pertumbuhan, dll); terkait dengan germinasi madu, pertumbuhan dan stabilitas tabung-tabung madu. Relatif immobil dan transportasi utamanya lewat xylem.
Fe: (Fe2+) Dalam sintesis klorofil (sebagai katalisator atau bagian sistem enzimatik) dan bagian dari enzim- enzim tertentu, seperti cytochrom oksidase (Transport elektron) dan cytochrom (tahap respirasi terminal) pada fotosintesis dan respirasi, juga dalam proses fiksasi N; sebagai komponen protein ferredoksin yang dibutuhkan dalam reduksi nitrat dan sulfat, assimilasi N2 dan produksi energi
(NADP); juga terlibat dalam sintesis protein dan pertumbuhan ujung akar meristem.
Mn: (Mn2+) Katalisator beberapa proses oksidasi-reduksi, seperti dalam sistem transport elektron fotosintetik; Esensial dalam fotosistem II pada fotolisis karena berfungsi sebagai jembatan ATP dengan enzim kompleks fosfokinase dan fosfotransferase, dan aktivator beberapa enzim, seperti IAA oksidase; stimulator pemecah molekul air pada fotosintesis (produksi O2),
dan sebagai komponen struktural pada sistem membran kloroplas.
Cu: (Cu2+) Sebagai bagian enzim sitokrom oksidase (dalam respirasi pada mitokondria), asam ascorbic oksidase dan polifenol oksidase, yang ketiganya mereduksi kedua atom dari molekul O2; salah satu penyusun
plastosianin (protein kloroplas) yang bertindak sebagai bagian dari sistem transport elektron yang menghubungkan fotosistem I dan II; Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, serta dalam fiksasi N2; Juga terlibat dalam desaturasi dan
Zn: (Zn2+) Aktivator enzim yang mengatur bermacam-macam aktivitas metabolik (= fungsi Mn dan Mg), dan aktivator spesifik terhadap karbonik anhidrase. Berperan dalam pembentukan klorofil dan pencegahan kerusakan molekul-molekulnya.
Mo: (MoO42-) Konstituen enzim nitrogenase (yang terlibat dalam
konversi nitrat ke ammonium) (juga dalam proses fiksasi N) dan nitrat reduktase yang mengubah nitrat menjadi nitrit, sehingga kebutuhan Mo jauh berkurang dengan ketersediaan dan pemupukan NH4+.
Co: (Co2+) Penting dalam sistem enzim nitrogenase pada fiksasi N-simbiotik oleh Rhyzobium.
Cl: (Cl¯ ) Aktivator sistem evolusi O2 (pemecahan molekul
air) pada fotosintesis (fotosistem II) dan dalam proses pembelahan sel; Juga meningkatkan tekanan osmotik sel dan hidrasi jaringan tanaman, serta memengaruhi regulasi stomata; Terkait dengan pengurangan penyakit spot daun pada gandum. (Kemas, 2004)
Suatu tanaman yang kekurangan salah satu elemen pokok yang
sangat diperlukan biasanya memperlihatkan tanda-tanda yang segera dapat
di lihat dengan mudah. Ada kalanya tanda-tanda itu tidak tampak jelas,
tetapi dengan menggunakan alat-alat yang lebih teliti gejala-gejala itu
dapat diketahui juga. Salah satu gejala yang sangat menyolok apabila
1. Pospor
Pada umumnya diambil oleh tanaman di dalam bentuk H2PO4ˉ.
Elemen ini diperlukan sekali untuk pembentukan pospolipida,
nukleoprotein. Terdapat pengaruh timbal-balik antara pengambilan pospor dan nitrogen. Jika pospat yang ada tersedia di dalam tanah itu
tidak cukup banyak, maka nitrogen ada berkurang. Pospat lebih
mudah diserap akar, jika nitrogen tersedia di dalam bentuk zat-
organik, misalnya urea. Banyak pospor menyebabkan lekas
dewasanya tanaman.
2. Kalium
Terdapat di dalam tubuh tanaman sebagai garam anorganik.
Pada bagian-bagian tanaman yang melangsungkan pertumbuhan
mengadung lebih banyak kalium daripada di dalam daun yang sudah
tua. Unsur ini diduga mempunyai peranan penting sebagai katalisator,
terutama di dalam pengubahan protein dan asam-amino. Jika
kekurangan kalium, maka protein yang terdapat dalam tanaman
sedikit, sedang prosentase asam-amino cukup tinggi. Sebaliknya, jika
terdapat kalium yang cukup, prosentase asam-amino turun dan
banyaknya protein bertambah, menunjukkan bahwa kalium membantu
dalam pembentukan protein. Dalam penyusunan dan pembongkaran
karbohidrat, kalium mempunyai peranan penting. Kekurangan kalium
berakibat terhambatnya fotosintesis dan bertambah giatnya
3. Kalsium (Ca)
Diambil dari tanah sebagai kation. Kekurangan Ca
menyebabkan desintegrasi pada ujung-ujung batang maupun ujung-
ujung akar. Daun-daun yang paling muda menjadi abnormal
bentuknya. Kekurangan unsur kalsium di dalam tanah menyebabkan
pengambilan unsur magnesium secara berlebihan sehingga tanaman
menunjukkan tanda-tanda keracunan. Itulah sebabnya maka tanaman
yang kekurangan kalsium perlu tambahan pupuk yang mengandug
kalsium untuk memperoleh keseimbangan pengambilan unsur-unsur
Ca dan Mg.
Kalsium berguna untuk menguatkan dinding sel (lamel tengah)
dan di dalam banyak tanaman, unsur ini terdapat sebagai kristal-kristal
kalsium-oksalat. Kalsium mempergiat pembelahan sel-sel di
meristem, membantu pengambilan nitrat dan mengaktifkan berbagai-
bagai enzim. Di dalam daun yang tua ada terdapat lebih banyak
kalsium daripada di dalam daun-daun yang muda. Jika suatu tanaman-
percobaan tiba-tiba dipindahkan ke suatu larutan yang tidak
mengandung kalsium, maka daun-daun yang terbentuk kemudian
tidak mendapatkan distribusi kalsium dari daun-daun yang sudah tua.
Ini berarti bahwa unsur-unsur kalsium tersebut dalam keadaan
4. Magnesium (Mg)
Merupakan faktor untuk pembentukan klorofil. Kekurangan
Mg mengakibatkan klorosis yang dimulaikan dari batang bagian bawah, kerap kali diikuti dengan matinya bagian-bagian atau daun
seluruhnya. Menguningnya daun tidak dimulai dari pangkal,
melainkan dari ujung, sedang tulang-tulang daun tetap beerwarna
hijau.
Magnesium memegang peranan di dalam pertukaran zat
pospat, ikut serta mempengaruhi proses pernapasan dan pula
mengaktifkan enzim-enzim transposporilase, dehidrogenase dan
karboksilase. Magnesium yang berlebihan menimbulkan gejala-gejala
keracunan, akan tetapi hal ini dapat dihindari dengan memberikan
kalsium yang cukup.
5. Belerang (S)
Merupakan penyusun macam-macam asam-amino, tiamin,
biotin; kedua zat yang terakhir ini sangat penting sebagai vitamin.
Bawang merah dan bawang putih memerlukan unsur ini di dalam
jumlah yang cukup besar. Belerang biasanya diserap akar sebagai ion-
ion SO4ˉ, akan tetapi dapat juga masuk melalui daun berupa SO2.
Kekurangan belerang hampir serupa gejalanya seperti
kekurangan nitrogen, yaitu daun-daun yang muda menjadi kuning,
sedang daun-daun yang tua pun berubah menjadi pucat, apabila
organik yang dapat diubah menjadi belerang yang anorganik untuk
diedarkan ke jaringan tumbuhan untuk pembentukan zat organik. Hal
ini terjadi di dalam daun, dimana belerang dilepaskan untuk
didistribusikan ke buah dan biji yang akan dewasa. Jadi belerang
bersifat mobil (dapat pindah ke lain tempat).
6. Besi (Fe)
Diperlukan tanaman untuk pembentukan klorofil. Kekurangan
besi dalam bentuk ion-ion Fe2+ menyebabkan klorosis. Defisiensi
kekurangan besi adalah daun menjadi kuning atau pucat, tetapi urat-
urat daun tetap berwarna hijau. Besi berperanan sebagai ko-enzim
dalam berbagai proses pernapasan, selain itu merupakan bagian dari
enzim katalase, peroksidase, sitokrom.
Tanah yang terlampau banyak mengandung kapur, pula tanah yang
netral atau sedikit basa itu pada umumnya kekurangan zat besi. Besi
yang ada di dalam tanaman tidak mudah lagi didistribusikan ke bagian
lain yang membutuhkannya, dengan kata lain, besi merupakan unsur
yang immobil di dalam tubuh tanaman. Daun-daun yang tua tidak
dapat memberikan persediaan besi kepada daun-daun yang muda yang
memerlukan elemen tersebut.
7. Borium (B)
Seperti besi juga merupakan mikro-elemen yang penting, akan
tetapi fungsinya di dalam tubuh tanaman belum diketahui jelas. Hanya
mengalami pertumbuhan seperti “penyakit pucuk” (top sickness) pada
tembakau, menguningnya kobis, menggulungnya daun kentang
(Dwijoseputro, 1992).
8. Mangan (Mn)
Mikro-elemen yang mengaktifkan beberapa enzim seperti
dehidrogenase dan karboksilase. Kekuranagn Mn mempunyai efek
yang sama seperti kekurangan besi atau kekurangan Mg, yaitu
klorosis. Ada beberapa penyakit defisiensi tertentu yang disebabkan
oleh kekurangan unsur ini. Tanah yang cukup basa kurang
mengandung Mn.
9. Tembaga (Cu)
Suatu mikro-elemen yang mempunyai peranan dalam proses-
proses oksidasi-reduksi. Terlalu banyak Cu menyebabkan racun.
Akibat kekurangan unsur ini adalah menyusutnya ujung daun, yang
akhirnya mengakibatkan gugurnya seluruh daun.
10.Seng (Zn)
Suatu mikro-elemen yang penting dalam mengaktifkan
beberapa enzim, diperlukan di dalam pembentukan asam indol-asetat.
Kekurangan Zn mengakibatkan kerdil pada ujung akar dan
11.Molybdenum (Mo)
Mikro elemen yang paling sedikit dibutuhkan, penting di dalam
mereduksikan nitrat. Kekurangan Mo mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan tanaman. Terlalu banyak Mo mengakibatkan racun.
12.Aluminium (Al)
Mikro-elemen banyak terdapat di tanaman. Unsur ini
sebenarnya tidak termasuk unsur yang esensial, tetapi diperlukan
kebanyakan tanaman. Unsur Al banyak terdapat di dalam tanah yang
sedikit asam.
13.Silisium (Si)
Diperlukan oleh ganggang Diatomeae, suku Gramineae dan
beberapa suku lainnya, tetapi untuk banyak suku yang lain unsur ini
tidak esensial (Dwijoseputro, 1992).