• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

5) Memeriksa suatu gabungan atau hubungan yang disimpulkan/diduga terhadap bukti yang ada.

f. Berkomunikasi secara efektif (Communicating Effectively)

Mengomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.28 Mengomunikasikan juga dapat diartikan sebagai penyampaian dan perolehan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual.29 Pengertian lain menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi adalah menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan).30 Dengan demikian, mengomunikasikan adalah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuan, hasil percobaan kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan, tabel, grafik, diagram, gambar atau laporan.

Indikator dari keterampilan berkomunikasi secara efektif menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menggunakan tulisan atau lisan sebagai media untuk memilih ide atau menghubungkan satu ide dengan yang lain;

2) Mendengarkan ide orang lain dan menanggapinya; 3) Membuat catatan pada tindakan atau pengamatan;

4) Menampilkan hasil yang tepat menggunakan grafik, tabel, pemetaan, dll;

5) Melaporkan peristiwa secara sistematis dan jelas;

28 Ibid. 29

Uus Toharudin,loc.cit. 30

6) Menggunakan berbagai sumber informasi;

7) Mempertimbangkan bagaimana menyajikan informasi sehingga dapat dimengerti oleh orang lain.

g. Merancang dan membuat (Designing and Making)

Indikator dari keterampilan merancang dan membuat menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Memilih bahan yang tepat untuk membangun sesuatu yang harus bekerja atau menjalankan suatu tujuan;

2) Memilih bahan yang tepat untuk membangun model/contoh;

3) Menghasilkan rencana atau rancangan yang merupakan suatu usaha realistis pada pemecahan suatu masalah;

4) Berhasil dalam membuat model/contoh yang bekerja atau memenuhi kriteria tertentu;

5) Meninjau ulang rencana atau pembuatan/pembangunan yang berkaitan dengan masalah yang harus diselesaikan.

h. Memikirkan dan merencanakan penyelidikan (Devising and Planning Investigations)

Indikator dari memikirkan dan merencanakan penyelidikan menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menentukan peralatan, bahan, dll yang diperlukan untuk penyelidikan;

2) Mengidentifikasi hal apa yang akan mengubah atau berubah ketika pengamatan atau pengukuran berbeda dilakukan;

3) Mengidentifikasi variabel apa yang dibuat sama untuk pengujian yang adil/wajar;

4) Mengidentifikasi hal apa yang harus diukur atau dibandingkan; 5) Mempertimbangkan terlebih dahulu bagaimana pengukuran,

perbandingan, dll digunakan untuk memecahkan masalah;

6) Menentukan urutan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyelidikan.

i. Memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif (manipulating materials and equipment effectively)

Indikator dari memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Memperlakukan dan memilih serta menggunakan bahan dengan hati-hati untuk keselamatan dan efisiensi;

2) Menggunakan alat-alat dengan efektif dan aman;

3) Menunjukkan kepedulian dan penghormatan yangs sesuai untuk makhluk hidup;

4) Merakit bagian-bagian dengan sukses sesuai pada rencana;

5) Bekerja dengan tingkat ketelitian yang tepat pada tugas yang ditangani.

j. Mengukur dan menghitung (Measuring and calculating)

Mengukur diartikan sebagai cara membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan menggunakan alat untuk memperoleh sebuah data disebut pengukuran.31 Mengukur merupakan bagian dari pengukuran, yaitu proses penemuan ukuran dari suatu objek yang digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif.32 Dengan demikian, mengukur merupakan keterampilan dalam menggunakan alat untuk menemukan ukuran dari objek yang diamati sebagai data kuantitatif.

Indikator dari mengukur dan menghitung menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menggunakan ukuran standar atau non-standar yang tepat dalam membuat perbandingan atau mengambil bacaan;

2) Mengambil serangkaian pengukuran yang memadai untuk tugas yang ditangani;

31

Uus Toharudin dkk,loc.cit. 32

3) Menggunakan alat pengukur dengan benar dan ketelitian yang wajar;

4) Menghitung hasil dengan suatu cara yang efektif;

5) Menunjukkan perhatian terhadap ketepatan dalam memeriksa pengukuran atau perhitungan.

3. Penerapan Keterampilan Proses

Keterampilan proses perlu dilatihkan atau dikembangkan dalam pembelajaran sains (termasuk kimia) karena memiliki peran-peran sebagai berikut:33

a. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya;

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; c. Meningkatkan daya ingat;

d. Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu;

e. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Dengan mengembangkan keterampilan proses maka siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep sains. Hal ini juga dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam keterampilan proses untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

C. Lembar Kegiatan Siswa

1. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.34 Dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar Departemen Pendidikan

33

Ibid.,h. 148. 34

Nasional Tahun 2008, lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.35

Pengertian lain menyatakan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan dapat berupa tugas teoritis (membuat resume, dll) dan tugas praktis (kerja laboratorium).36 “Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP)“.37 Tujuan dari LKS adalah untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan untuk mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar.38

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak berupa panduan atau lembaran-lembaran berisi materi, ringkasan, informasi, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran berupa tugas teoritis maupun tugas praktis yang harus dikerjakan oleh peserta didik mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

Adapun ciri-ciri LKS sebagai berikut:

a. LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai 100 halaman; b. LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh

satuan tingkat pendidikan tertentu.39

35

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 13.

36

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), Cet. 1, h. 204.

37

Hamdani,Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 74. 38

Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar pada Sekolah (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Kementerian Agama RI, 2012), Cet. 2, h. 77.

39 Ibid.

2. Jenis-jenis Lembar Kegiatan Siswa

Ada lima macam bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik, yaitu:40

a. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep. Dalam penggunaannya, LKS ini didampingi sumber belajar lain seperti buku. b. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan

berbagai konsep yang telah ditemukan. LKS ini digunakan untuk melatih siswa dalam menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.

c. LKS sebagai penuntun belajar, berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya terdapat di dalam buku. Fungsi utama LKS ini adalah membantu peserta didik menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remediasi.

d. LKS sebagai penguatan. LKS ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. LKS ini juga cocok digunakan untuk pengayaan.

e. LKS sebagai petunjuk praktikum. LKS ini berisi petunjuk praktikum yang dipisahkan ke dalam buku tersendiri sebagai kumpulan LKS. 3. Fungsi Lembar Kegiatan Siswa

Berdasarkan pengertian LKS, maka dapat diketahui bahwa LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut:41

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;

b. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;

c. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan;

40

Andi Prastowo,op.cit.,h. 209-211. 41

d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Selain itu, fungsi LKS bagi siswa adalah untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat. Sedangkan fungsi LKS bagi guru yaitu untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berpikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri siswa.42

4. Tujuan Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa

Tujuan penyusunan LKS adalah sebagai berikut:43

a. Membantu peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. b. Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan ketercapaian

indikator serta kompetensi dasar dan standar kompetensi (SKKD) yang dirumuskan;

Selain itu, terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu:44

a. Melatih kemandirian belajar peserta didik;

b. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan;

c. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan; dan

d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. 5. Prinsip Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa

Prinsip-prinsip dalam menggunakan LKS diantaranya:45

a. Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar (SKKD), indikator dan tujuan pembelajaran; termasuk pembuatan rencana pelaksanaan pembelajarannya dalam bentuk RPP;

b. Memilih secara cermat dan menilai secara teliti tentang pertanyaan, tugas atau jenis latihan dalam LKS dan melihat kesesuaiannya dengan kebutuhan pembelajaran dan tahap perkembangan peserta didik;

42

Marno,op.cit.,h. 78. 43

Uus Toharudin dkk,op.cit.,h. 214. 44

Andi Prastowo,op.cit.,h. 206. 45

c. Penggunaan LKS bukan untuk menggantikan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, melainkan sebagai sarana untuk mempercepat tujuan pembelajaran;

d. Penggunaan LKS sebaiknya dapat menumbuhkan minat peserta didik terhadap pembelajaran sains melalui diskusi dan pelaksanaan langkah kerja berupa percobaan atau demonstrasi.

6. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa

Dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008, langkah-langkah dalam menyusun lembar kegiatan siswa dapat dilakukan sebagai berikut:46

a. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, dan kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa. b. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuensi LKS dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. c. Menentukan judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi dasar, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi dasarnya tidak terlalu besar. Besarnya kompetensi dasar dapat dideteksi dengan cara menguraikan kompetensi dasar ke dalam materi pokok. Jika materi pokok yang didapatkan maksimal empat materi pokok, maka kompetensi dasar tersebut telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun, jika materi pokok yang didapatkan lebih dari empat materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali untuk memecah LKS menjadi dua judul LKS.

46

d. Penulisan Lembar Kegiatan Siswa

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Penentuan kompetensi dasar yang harus dikuasai 2) Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik yang mengacu kepada pendekatan pembelajaran yang digunakan.

3) Penyusunan materi

Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dalam LKS dapat ditunjukkan referensi yang digunakan supaya siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas dalam LKS harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya.

4) Penyusunan struktur Lembar Kegiatan Siswa

Dilihat dari strukturnya, LKS lebih sederhana daripada modul namun lebih kompleks daripada buku. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:47 a) Judul;

b) Petunjuk belajar (petunjuk siswa); c) Kompetensi yang akan dicapai;

47

d) Informasi pendukung;

e) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja; f) Penilaian.

Adapun komponen LKS ekperimen meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan, serta pertanyaan dan simpulan untuk bahan diskusi.48

e. Evaluasi dan Revisi

Evaluasi LKS ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah LKS telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki.

Dalam penelitian ini, penyusunan LKS dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pengembangan, dan evaluasi.

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan ini terdiri dari: 1) Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Analisis kebutuhan bahan ajar dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk atau model yang dikembangkan.49 Studi kepustakaan dilakukan untuk mempelajari dan mengidentifikasi lembar kegiatan siswa yang umum digunakan siswa, baik dari LKS maupun buku kimia yang digunakan siswa di sekolah.

2) Analisis kurikulum

Analisis kurikulum ini dilakukan untuk menentukan materi yang cocok digunakan untuk LKS dan jumlah LKS yang akan dikembangkan. Penentuan materi dilakukan dengan menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hasil analisis ini dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan LKS.

3) Menentukan judul LKS

48

Trianto,op.cit.,h. 112. 49

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 2, h. 184.

4) Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan keterampilan proses, maka penilaian yang digunakan adalah penilaian proses. Penilaian proses dapat diartikan sebagai penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang atau kelompok siswa.50 Untuk menilai keterampilan proses dapat digunakan cara nontes dengan menggunakan lembar pengamatan. Disamping itu, penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dengan tes perbuatan yang memerlukan lembar pengamatan lebih rinci untuk menilai tingkah laku yang diharapkan.51

b. Tahap Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa

Untuk membuat LKS yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang menarik bagi peserta didik, perlu memerhatikan desain dan langkah-langkah pengembangannya. Terdapat empat langkah yang ditempuh untuk mengembangkan LKS yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam pembelajaran, yaitu:

1) Menentukan desain LKS

Penentuan tujuan pembelajaran yang akan dicapai digunakan sebagai dasar atau acuan dalam menentukan desain LKS. LKS didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri. Jika desain LKS yang dibuat terlalu sulit dan rumit bagi peserta didik maka mereka akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Batasan umum yang dapat dijadikan pedoman saat menentukan desain LKS adalah:52

50

Moh. Uzer Usman,op.cit.,h. 42. 51

Ibid.,h. 44. 52

a) Ukuran, yaitu LKS menggunakan ukuran kertas yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b) Kepadatan halaman, yaitu mengusahakan agar halaman LKS tidak dipadati oleh tulisan. Halaman yang padat akan mengakibatkan peserta didik sulit memfokuskan perhatian. c) Penomoran, yaitu adanya penomoran dapat membantu peserta

didik, terutama bagi peserta didik yang kesulitan untuk menentukan mana judul, subjudul, dan mana anak subjudul dari materi yang kita berikan dalam LKS.

d) Kejelasan, yaitu materi dan instruksi yang diberikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh peserta didik. Sesempurna apapun materi LKS yang disiapkan, jika peserta didik tidak mampu membacanya dengan jelas maka LKS tidak akan memberi hasil yang maksimal.

2) Pengumpulan materi

Pengumpulan materi bertujuan untuk menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKS. Materi dan tugas tersebut harus sejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan materi yang sudah ada. Selain itu, dapat ditambahkan pula ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas penjelasan naratif yang disajikan.

3) Penyusunan elemen atau unsur-unsur

Penyusunan elemen ini dilakukan untuk mengintegrasikan desain dengan materi dan tugas yang telah dikumpulkan.

4) Pemeriksaan dan penyempurnaan

Pemeriksaan dan penyempurnaan berupa pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan. Proses ini merupakan bagian dari tahap evaluasi, yaknireviewoleh ahli diluar pengembang bahan ajar.

c. Tahap Evaluasi Lembar Kegiatan Siswa

Evaluasi bahan ajar dapat dilakukan dengan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas bahan ajar. Dalam proses pengembangan suatu bahan ajar, pelaksanaan evaluasi formatif adalah suatu keharusan.53

Ada empat tahap dalam melakukan evaluasi formatif, yaitu: 1) Reviewoleh ahli bidang studi diluar pengembang bahan ajar.

Review ini dilakukan untuk memperoleh pandangan atau pendapat orang lain, sesama ahli bidang studi terutama mengenai ketepatan isi atau materi bahan ajar yang dikembangkan. Disamping itu, dilakukan pula review ahli desain fisik media. Masukan yang diharapkan diantaranya kualitas teknis bahan ajar dan relevansi kebenaran materi dengan indikator pembelajaran dan kompetensi dasar. Cara yang dapat digunakan pada kegiatan

review adalah dengan meminta komentar tentang kualitas bahan ajar dari sudut pandang masing-masing ahli. Komentar ini dapat diperoleh dengan cara memberikan kuesioner atau angket, wawancara, dan diskusi terbuka. Hasil kegiatan review tersebut dianalisis dan disimpulkan untuk kemudian digunakan dalam merevisi bahan ajar yang dikembangkan.54

2) Evaluasi satu-satu (one to one evaluation)

Evaluasi satu-satu dilakukan antara pengembang bahan ajar dengan dua atau tiga siswa secara individual. Siswa yang dipilih memiliki ciri-ciri seperti populasi sasaran dan berasal dari siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang

53

Atwi Suparman,Desain Instruksional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), Cet. 2, h. 208.

54

terdapat dalam bahan ajar, serta mendapatkan komentar dari siswa tentang isi atau materi pelajaran.

3) Evaluasi kelompok kecil

Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan melibatkan 812 siswa. Kelompok kecil siswa ini harus representatif untuk mewakili populasi sasaran yang sebenarnya. Tiga orang siswa yang telah ikut dalam evaluasi satu-satu tidak diikutsertakan kembali. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekurangan kegiatan pembelajaran setelah direvisi berdasarkan hasil evaluasi satu-satu. Masukan yang diharapkan bukan saja tentang bahan ajar melainkan juga proses pembelajaran.55

4) Uji coba lapangan.

Uji coba lapangan merupakan tahap akhir dalam evaluasi formatif. Jumlah siswa yang berpartisipasi dalam uji coba lapangan ini berkisar 1530 siswa dan sudah dianggap cukup selama memiliki ciri yang sama dengan populasi sasaran. Uji coba lapangan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kekurangan bahan ajar yang dikembangkan jika digunakan dalam kondisi yang menyerupai kondisi pembelajaran yang sebenarnya.56

Hasil uji coba lapangan digunakan untuk merevisi bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan penggunaan hasil evaluasi kelompok kecil. Hasil uji coba ini paling mirip dengan keadaan sebenarnya karena dilakukan dalam lingkungan yang menyerupai lingkungan sebenarnya. Oleh karena itu, masukan dari uji coba ini akan menggambarkan reaksi populasi sasaran terhadap bahan ajar yang dikembangkan dan masukan yang menyeluruh mengenai kualitas dan strategi pembelajaran yang dilakukan.57

55 Ibid.,h. 210-211. 56 Ibid.,h. 213. 57 Ibid.,h. 219.

Empat tahap evaluasi formatif perlu dilakukan terutama untuk bahan ajar yang akan dilakukan secara nasional untuk menghindari kekurangan yang mendasar sebelum terlanjur digunakan dalam skala besar. Akan tetapi, untuk bahan ajar yang akan digunakan pada lembaga terbatas dapat menggunakan beberapa tahap diantara empat tahap tersebut sesuai dengan kemungkinan pelaksanaannya.58 Dalam penelitian ini, tahapan evaluasi formatif yang digunakan adalahreview

oleh ahli bidang studi diluar pengembang LKS dan uji coba lapangan. Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan.59

1) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: a) Kesesuaian dengan SK, KD;

b) Kesesuaian dengan perkembangan anak; c) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar; d) Kebenaran substansi materi pembelajaran; e) Manfaat untuk penambahan wawasan;

f) Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial. 2) Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:

a) Keterbacaan;

b) Kejelasan informasi;

c) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar;

d) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat).

3) Komponen Penyajian antara lain mencakup:

a) Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai; b) Urutan sajian;

c) Pemberian motivasi, daya tarik;

d) Interaksi (pemberian stimulus dan respon);

58

Ibid.,h. 220. 59

e) Kelengkapan informasi.

4) Komponen Kegrafisan antara lain mencakup: a) Penggunaan font, jenis dan ukuran; b) Lay out atau tata letak;

c) Ilustrasi, gambar, foto; d) Desain tampilan.

Terdapat empat variabel yang harus dicermati sebelum LKS dapat digunakan atau dibagikan kepada peserta didik, yaitu:

Dokumen terkait