BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemilu adalah merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat pemilu diselenggarakan bertujuan untuk memilih
wakil rakyat guna membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat. Selanjutnya untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang dalam hal ini juga adalah pemilihan umum kepala daerah dibentuklah suatu lembaga penyelenggara. Bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) atau Komisi Independen Pemilihan (KIP) pada daerah otonomi khusus aceh, dimana apabila diperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Di Aceh, antara KPUD dan KIP keduanya memiliki peran yang sama persis sebagai penyelenggara pemilihan umum kepala daerah berdasarkan wilayahnya masing-masing.
2. Bahwa mekanisme penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah
dilakukan dengan 2 (dua) tahapan, yaitu: 1. Tahap persiapan, yang meliputi:
a. Pemberitahuan oleh DPRD kepada Kepala Daerah mengenai
berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.
b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa
c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS, dan KPPS.
e. Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.
2. Tahap pelaksanaan, yang meliputi: a. Penetapan daftar pemilih.
b. Pendaftaran dan Penetapan calon kepala daerah/ wakil kepala daerah.
c. Kampanye.
d. Pemungutan suara.
e. Penghitungan suara.
f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.
3. Bahwa adapun yang menjadi faktor penyebab terjadinya konflik pada
pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Aceh Tenggara periode 2007- 2012 adalah disebabkan oleh karena:
1. Pengumuman hasil penghitungan suara diperlambat oleh KIP Kabupaten
Aceh Tenggara sehingga KIP Kabupaten Aceh Tenggara dinonaktifkan dan seluruh peranannya dalam penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Aceh Tenggara diambil alih oleh KIP Nanggroe Aceh Darussalam karena dianggap tidak profesional.
2. Adanya indikasi penggelembungan suara oleh salah satu pasangan calon.
3. Tidak pahamnya KIP Kabupaten Aceh Tenggara berkaitan dengan
kewenangannya.
Sedangkan penyelesaian konflik yang terjadi pada pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Aceh Tenggara periode 2007-2012 adalah melalui jalur pengadilan, yaitu:
a. Diajukannya permohonan gugatan ke Pengadilan Tinggi Banda Aceh
oleh salah satu pasangan calon pasca pengumuman hasil perhitungan suara oleh KIP Kabupaten Aceh Tenggara, yang pada pokoknya membatalkan keputusan KIP Kabupaten Aceh Tenggara tentang pengumuman hasil penghitungan suara yang menetapkan salah satu pasangan calon sebagai pemenang.
b. Ditempuhnya jalur praperadilan sehubungan dengan ditetapkannya
anggota KIP Kabupaten Aceh Tenggara sebagai tersangka, yang pada pokoknya menyatakan bahwa penyidik salah dalam menerapkan hukum yang berlaku.
B. Saran.
1. Hendaknya ada peraturan yang mengatur ciri khusus terhadap peranan KIP
sebagai penyelenggara pemilihan umum kepala daerah, khusus maksudnya adalah bahwa peranan KIP sebagai penyelenggara pemilihan umum kepala
daerah tidak sama persis dengan peranan KPUD sebagai penyelenggara pemilihan umum kepala daerah, karena KIP berada pada wilayah otonomi khusus, sehingga kekhususannya haruslah ada.
2. Hendaknya dalam mekanisme penyelenggaraan pemilihan umum kepala
daerah lebih mengikutsertakan peran atau partisipasi masyarakat daerah yang dijamin keabsahannya, hal ini dianggap perlu sehubungan dengan pemilihan umum kepala daerah adalah merupakan pesta demokrasi pada tingkat lokal.
3. Hendaknya dalam seleksi rekruitmen untuk menjadi anggota KIP/KPUD
lebih diperketat lagi dan diharapkan pola rekruitmen dalam perspectif
futuristic vieuw akan melahirkan keanggotaan KIP/KPUD yang tangguh, profesional dan berkualitas, sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, seperti kesalahan yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Aceh Tenggara yang pada akhirnya membawa dampak negatif bagi citra sebuah demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku :
Abdul Bari Azed, Sistem-Sistem Pemilihan Umum, Suatu Himpunan Pemikiran,
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000.
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah, Kajian Politik dan Hukum,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2007.
Ariwibowo, Negara, Pemilihan Umum dan Demokrasi, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2005.
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945,
(Jakarta: Sinar harapan, 1994.
---, Perjalanan Historis Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, Perumusan dan Undang-Undang Pelaksanaannya, Karawang: UNSIKA, 1993,
Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum Di Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987.
Dahlan Thaib, Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945,
Yogyakarta: Liberty, 1993.
Dahlan Thaib dan Ni’matul Huda, Pemilu dan Lembaga Perwakilan Dalam
Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta: Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 1992.
G. Dwipanaya dan Ramadhan, K.H., Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan
Saya (Otobiografi), Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada, 1989.
Jimly Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
---, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004.
---, Pergumulan Peran Pemerintah Dan Parlemen Dalam Sejarah, Telaah
Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1996.
---, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya Di
Indonesia, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Koirudin, Profil Pemilihan Umum 2004, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Naskah Akademik Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 Usulan Komisi Konstitusi, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2004.
Marzuki, Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik
Masyarakat Pada DPRD-DPRD Di Provinsi Sumatera Utara, Studi Konstitusional Peran DPRD Pada Era Reformasi Pasca Pemilu 1999, Disertasi, Program Pasca Sarjana USU: Medan, 2007.
Miriam Budiarjo, Hak Asasi Manusia Dalam Dimensi Global, Jakarta: Jurnal Ilmu Politik, No. 10, 1990.
Miriam Budiarjo, Demokrasi Di Indonesia, Demokrasi Parlementer dan
Demokrasi Pancasila, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Moh. Koesnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Jakarta: CV. Sinar Bakti, 1983.
Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama
Media, 1999.
---, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia, 1983.
M. Solly Lubis, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1980.
Mustafa Lutfi, Hukum Sengketa Pemilukada Di Indonesia, Yogyakarta: UII
Press, 2010.
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.
Peter Harris dan Ben Reilly, Demokrasi dan Konflik Yang Mengakar : Sejumlah Pilihan Untuk Negosiator, Jakarta: International IDEA, 2000.
Poerwodaminto W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005).
Rusli M. Karim, Pemilu Demokratis Kompetitif, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1991.
Saifullah Yusuf dan Fahruddin Salim, Pergulatan Indonesia Membangun
Demokrasi, Jakarta: Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, 2000.
Samsul Wahidin, Mengawasi Pemilihan Umum Kepala Daerah, Yogyakarta:
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Sjahran Basah, Ilmu Negara, Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan,
Bandung: Alumni, 1989.
Soedarsono, Mahkamah Konstitusi Sebagai pengawal Demokrasi, Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilu Oleh Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006.
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
S. Toto Pandoyo, Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945, Proklamasi
dan Kekuasaa MPR, Yogyakarta: Liberty, 1981.
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.
Syamsudin Haris, Pemilu Langsung Ditengah Oligarki Partai, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2005.
Tri Ratnawati, Potret Pemerintahan Lokal Di Indonesia Dimasa Perubahan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Internet :
Benjuino Theodore, Sistem Pemilihan Umum: Sebuah Perkenalan,
http://www.theindonesianinstitute.com/index.php/publikasi/artikel-opini/aly-
yusuf/256-pilkada-aceh-hajatan-statis.
Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah..
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh.
Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Di Aceh.
Qanun Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil WalikotaDi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Sumber Lain:
Harian Serambi Mekah, Jumat 2 November 2007.
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 005/PUU-III/2005. Putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh Nomor: 11/PILKADA/2007/PT-BNA. Putusan Pengadilan Negeri Kuta Cane Nomor: 01/Pid/Prap/PN-KC.