• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data diatas, program-program dinas kesehatan Jawa Barat menurut Peneliti masih jauh dari keberhasilan dalam mencapai target. Permasalahan yang terjadi pada dinas kesehatan Provinsi Jabar ternyata menyeluruh seperti :

• Sarana dan prasarana kesehatan kurang memadai sehingga kurang mampu melayani seluruh masyarakat Jawa Barat

Penulis banyak menemukan permasalahan keterjangkauan layanan kesahatan khususnya daerah terpencil sangatlah sulit. 1 puskesmas yang seharusnya melayani 25.000 penduduk pada kenyataannya yaitu masih 1 : 42.000. Tempat tidur masih belum sesuai dengan standard yang diharapkan. Rumah sakit umum bertambah namun pertambahan tersebut didominasi oleh rumah sakit swasta dab serta rumah sakit khusus mengalami penurunan berkurang.

• Tenaga kesehatan rata-rata masih harus ditambah 5 kali sampai 10 kali lipat untuk mencapai standard yang ada.

Ratio tenaga medis terhadap penduduk ternyata 1 dokter umum melayani 17.082 orang yang seharusnya 1 dokter melayani hanya 2.500 orang. Rasio tenaga keperawatan dengan 1 orang tenaga keperawatan harus melayani 2.232 orang, yang seharusnya 158 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga sanitarian 2.69 per 100.000 penduduk seharusnya rasio 15 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga Gizi yaitu 2.77 per 100.000 penduduk yang seharusnya 24 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga lainnya mengikuti peningkatan dari rasio tenaga kesehatan tersebut.

• Imunisasi yang belum sepenuhnya terpenuhi kepada ibu dan anak

Imunisasi sudah hampir mencapai 100% pelayanan yang diberikan kepada ibu dan anak, namun sebagian jenis imunisasi masih belum di dapat oleh ibu dan anak.

• Kurangnya penelitian tentang kesehatan dalam rangka penemuan akar-akar permasalahan kesehatan Jawa Barat

Terlihat pada kasus penyakit menular langsung yang mana perlu didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan / penelitian epidemiologis. Pada kenyataannya dari penyakit-penyakit menular langsung rata-rata mengalami kenaikan tiap tahun yang dikarenakan belum terputusnya rantai penyakit.

• Pengolahan, pengelolaan, penyajian data terkini yang lamban

Terbukti dari data yang dapat diolah penulis hanya sampai tahun 2011. Dinas Kesehatan Jabar hanya mampu memberikan data 1 tahun kebelakang dari tahun sekarang. Penulis juga menemukan data yang berbeda versi namun penulis menganggap ini dimungkin karena perbadaan waktu pengumpulan data atau terdapat lebih dari 1 sub bidang yang mengumpulkan data. Data yang disajikan tersebut dapat mempengaruhi rencana strategi kedepannya. • Masih banyak penderita penyakit menular maupun tidak menular yang belum ditemui

oleh Dinas Kesehatan

Tiap tahunnya terdapat penemuan penderita penyakit baru yang dikarenakan perbaikan manejemen sehingga penulis beranggapan masih banak penderita yang belum terdata oleh dinas kesehatan, ataupun karena penemuan penyakit belum mencapai target yang telah ditetapkan.

• Pembangunan rumah sakit pemerintah yang berkembang sangat lambat

Berdasarkan rekapitulasi laporan kabupaten kota oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat jumlah rumah sakit di Jawa Barat tahun 2011 berjumlah 260 buah, yang mencakup rumah sakit umum dan khusus milik pusat, pemerintah daerah provinsi, kabupaten kota, TNI/Polri, BUMN dan swasta. Dibanding tahun 2010, pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah rumah sakit sebesar 7% (16 buah). Proporsi peningkatan rumah sakit terjadi pada rumah sakit swasta 87,5% dan rumah sakit Pemda sebesar 12,5%.

• Masih terlihat ketimpangan kesehatan antara kota dan desa

Penulis menemukan peningkatan kasus rendahnya kesehatan didapat dari kabupaten/desa. Ini dikarekan fasilitas yang terdapat antara kota dan desa menunjukan ketimpangan. Perkotaan cenderung memiliki fasilitas layanan kesehatan yang lebih lengkap daripada kabupaten/desa serta persentase keluarga PHBS yang tinggal di perkotaan lebih baik (45,1%) dibandingkan

dengan di pedesaan (31,1%) sehingga ini mempengaruhi kesehatan antara desa dan kota.

• Sosialisasi kepada masyarakat akan arti kesehatan dan pendataan masih kurang

PHBS masih di bawah 50% berarti setengah penduduk Jawa Barat tidak melakukan PHBS ini sehingga ini menjadi salah satu indicator bahwa sosialisasi kepada masyarakat masih kurang.

• Pendayagunaan tenaga kesehatan yang tidak merata

Kecenderungan tenaga kesehatan professional masih banyak di daerah perkotaan daripada perdesaan. Sebagai contoh ibu melahirkan masih ditolong oleh non tenaga medis atau dukun beranak. Sebagian puskesmas juga masih belum memiliki dokter.

• Manajemen masih kurang baik dalam pengelolaan kesehatan

Terlihat dari tidak meratanya layanan kesehatan secara keseluruhan. (fasilitas, tenaga kesehatan, kasus-kasus penyakit, data, dll)

• Perilaku hidup bersih dan sehat masih dibawah 50%

Walaupun sedikit terjadi peningkatan tiap tahun untuk PHBS, namun ini menunjukan kesadaran masyarakat meningkat akan kesehatan. Program PHBS perlu ditingkatkan secara berkesinambungan. Secara umum, persentase keluarga PHBS yang tinggal di perkotaan lebih baik (45,1%) dibandingkan dengan di pedesaan (31,1%). Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita keluarga, semakin sejahtera tingkat sosial ekonomi keluarga semakin besar proporsi pencapaian keluarga bersih dan sehat.

• Masyarakat yang masih belum mengerti akan arti kesehatan adalah kebutuhan. Terlihat dari PHBS masih dibawah 50%.

• Masih tingginya umur pernikahan muda yang memicu banyaknya kelahiran.

Perkawinan umur pertama sangat muda (10-15 Tahun) pada tahun terakhir (2010) yaitu 16.45% banyak terjadi pada perempuan di daerah perdesaan, pendidikan rendah, status ekonomi termiskin dan kelompok petani/nelayan/buruh. Semakin tinggi persentase umur perkawinan pertama pada umur dini semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan dapat menunda umur perkawinan pertama.

Dinas Kesehatan tidak mencantumkan kerjasama antara dinas terkait sebagai sebagai program prioritas. Sehingga kerja Dinas Kesehatan lebih berat tanpa dukungan atau kerjasama dari dinas lainnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Kecenderungan hal ini yang menyebabkan program-program kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Barat hasilnya kurang optimal.

• Perlu peningkatan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

Tidak hanya kuantitas tenaga kesehatan yang perlu ditambah tetapi kualitas dari tenaga kesehatan perlu ditingkatkan karena Jawa Barat masih minim dari tenaga medis professional yang sangat diperlukan oleh khususnya daerah kabupaten atau desa (terpencil). Dari data yang ada penulis juga menemukan bahwa layanan yang seharusnya dilakukan oleh tenaga professional namun dilakukan oleh tenaga non medis khususnya pada layanan ibu dan anak.

Setiap realisasi masih belum bisa mencapai target dan hanya sebagian kecil yang sudah mencapai target. Dari sini bisa dikatakan bahwa kinerja Dinas Kesehatan untuk melayani masyarakat Jawa Barat masih buruk. Rencana Strategi dan program prioritas yang ada belum mencapai sasaran yang tepat.

Dokumen terkait