• Tidak ada hasil yang ditemukan

STARTEGY MAPPING KEBIJAKAN KESEHATAN DI JAWA BARAT MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STARTEGY MAPPING KEBIJAKAN KESEHATAN DI JAWA BARAT MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

' ' '

SKEMA'UNGGULAN'PERGURUAN'TINGGI'

PROGRAM'DESENTRALISASI'

' '

! !

! !

STRATEGY!MAPPING

'KEBIJAKAN'KESEHATAN'DI'JAWA'BARAT'

MENGGUNAKAN'

BALANCE!SCORECARD

'

!

Tahun'ke'1'dari'rencana'2'tahun' !

!

(Ketua'Tim)'

Dr.!Sintaningrum.,!M.T!! (NIDN.!0013016402)! (Anggota''Tim):'

Elisa!Susanti.,S.IP.,M.Si!(NIDN.!0004108104)!

Mas!Dadang!Enjat!Munajat.,S.Si.,M.TI!(NIDN.!0423087803)! !

'

Dibiayai'oleh':' Dana'DIPA'UNPAD'

Sesuai'dengan'Surat'Keputusan'Rektor'Universitas'Padjadjaran' Nomor':'2002/UN6.RKT/KU/2013'

Tanggal':'10'Mei'2013' !

! !

UNIVERSITAS'PADJADJARAN'

FAKULTAS'ILMU'SOSIAL'DAN'ILMU'POLITIK' NOVEMBER'2013'

(2)
(3)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pelaksanaan Visi dan Misi Jawa Barat Tahun 2005-2025 yaitu “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia” juga berdasar pada Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Program dan Sasaran Program Dinas Kesehatan Jawa Barat (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2008) yang difokuskan pada pencapaian program yaitu “Jabar Siaga” dan “Jamkesmas Jawa Barat”, dimana berdasarkan data BPS diketahui bahwa IPM Jawa Barat tahun 2008 sebesar 71,12 dan masih tertinggal sekitar 8,88 poin untuk mencapai angka IPM 80 sebagai provinsi terdepan di Indonesia. Kondisi rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) di Jabar terasa ironis,, dimana dalam peta sejarah, pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur ekonomi di Indonesia, Jabar memiliki catatan yang patut dibanggakan.

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN ……… i

RINGKASAN ………. ii

PRAKATA DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ………... vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR GRAFIK ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. x

BAB 1. PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... ………. 1

1.2 Identifikasi Masalah ... ………. 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... ………. 5

1.3.1 Maksud Penelitian ... ………. 5

1.3.2 Tujuan Penelitian ... ………. 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... ………. 6

1.4.1 Kegunaan Akademis ... ………. 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... ………. 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……… 7

2.1 Tinjauan Teoritis ………. 7

2.1.1 Perencanaan Strategi ……… 7

2.1.2 Definisi Strategi ……… 10

2.13 Balance Scorecard ……… 11

2.1.4 Pendekatan Baru Untuk Me-manage ……… 13

2.1.5 Strategi Scorecard pada Non-Profit, Government dan Organisasi Kesehatan ……… 13

2.1.6 Balance Scorecard and Strategy Maps ………... 14

2.1.7 Perspektif dalam Balance Scorecard ……… 17

(5)

2.1.7.2 Customer Perspective ……… 18

2.1.7.3 Internal Business Process Perspective ……….. 19

2.1.7.4 learning and Growth ………. 20

2.1.8 Balace Scorecard untuk sector Public sector ……… 20

BAB 3. METODE DAN OBEJK PENELITIAN ………. 22

3.1 Metode Penelitian ……… 22

3.2 Lokasi dan Jadwal Penelitian ……….. 23

3.2.1 Lokasi Penelitian ………. 23

3.2.2 Jadwal Penelitian ………. 24

3.3 Profil Organisasi ……….. 24

BAB 4. ANALISA DAN PERUMUSAN STRATEGY MAP ………. 30

4.1 Permasalahan-Permasalahan Pada Profil Kesehatan Jawa Barat Saat ini …….. 30

4.1.1 Situasi Derajat Kesehatan Jawa Barat ……….. 30

4.1.2 Pelayanan Keluarga Berencana ……… 31

4.1.3 Gambaran Perilaku Masyarakat ……… 32

4.1.3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ………. 32

4.1.3.2 Menikah Pertama ……….. 33

4.1.4 Mortalitas dan Layanan Kesehatan ……….. 34

4.1.4.1 Angka Kematian Bayi ……….. 34

4.1.4.1.1 Layanan Kesehatan Bayi ……… 35

4.1.4.1.2 Layanan Neonatal ……….. 35

4.1.4.1.3 Imunisasi Dasar Lengkap ……….. 36

4.1.4.2 Angka Kematian Balita ……… 37

4.1.4.2.1 Universal Child Immunization (UCI) ……… 37

4.1.4.2.2 Layanan Kesehatan Balita ………. 38

4.1.4.3 Angka Kematian Ibu ……… 39

4.1.4.3.1 Layanan Kesehatan Ibu Hamil ……….. 39

4.1.4.3.2 Ibu Hamil Beresiko ……… 40

4.1.4.3.3 Layanan Ibu Bersalin ………. 41

4.1.5 Morbidtias ………. 42

(6)

4.1.5.2 Penyakit Menular Langsung ………. 45

4.1.5.3 Penyakit Tidak Menular ……… 51

4.1.6 Sarana Kesehatan ……….. 53

4.1.7 Perumusan Strategy Maps dan Scorecards ……… 59

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 72

5.1 Kesimpulan ……….. 72

5.2 Saran ……… 75

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ……… 24

Tabel 4.1. Learning and Growth Perspective Scorecard ……… 62

Tabel 4.2. Internal Perspective Scorecard ……….. 63

Tabel 4.3. Stakeholder Perspective Scorecard ……… 64

Tabel""4.4"Rerata"data"status"derajat"kesehatan"5"tahun"(periode"2007<2011)".."" 66"

Tabel"4.5"Rerata"data""kematian"5"tahun"(periode"2007<2011)"………" 67"

Tabel"4.6"Rerata"data"penduduk"perempuan"berusia"10"tahun"ke"atas"yang"pernah"" """"""menikah"menurut"usia"perkawinan"pertama"di"Jabar"5"tahun""

""""""(periode"2007<2011)………"" 67"

Tabel"4.7"Rerata"data"penyakit"5"tahun"(periode"2007<2011)………."" 68"

Tabel"4.8"Rerata"data"layanan"keseahtan"ibu"hamil"dan"layanan"ibu"hamil"dan"KB"5""

""""""tahun"(periode"2007<2011)………." 68"

Tabel"4.9."Rerata"data"layanan"penyakit"dan"proporsi"tenaga"kesehatan"menurut"jenis""

""""""tenaga"5"tahun"(periode"2007<2011)………" 69"

Tabel"4.10"Rerata"data"Posisi"ratio"tenaga"kesehatan"menurut"jenis"tenaga"" """"""""per<100"ribu"penduduk"""dan"ratio"puskesmas"terhadap"wilayah""

""""""""administrasi"dan"penduduk"5"tahun"(periode"2007<2011)……….." 69"

Tabel"4.11"Rerata"data"jumlah"rumah"sakit"umum"berdasarkan"kepemilikian""

"""""""dan"jumlah"rumah"sakit"khusus"5"tahun"(periode"2007<2011)……….." 70"

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Dunia berdasarkan Index Pembangunan Manusia 2004 ……… 1 Gambar 2.1. Aligning and Focussing Resources on Strategy……… 11 Gambar 2.2. The Principles of Strateg-Focussed Organization ……… 12 Gambar 2.3. Adapting the Balance Scorecard Framework to Nonprofit and

Public Organization ……… 14

Gambar 2.4. Balance Scorecard ... 16 Gambar 2.5. Balance Scorecard sebagai suatu kerangka kerja tindakan strategis .. 17 Gambar 2.6. The five perspective of the Public Sector Scorecard ……… 21

Gambar 3.1. Alur Penelitian ………. 22

Gambar 4.1. Proses perumusan Perspective theme Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Barat SM……….. 59

Gambar 4.2 Kebijakan Kesehatan Di Jawa Barat Strategy Maps ………. 60

Gambar"4.3."Strategy"Maps"Kebijakan"Kesehatan"Di"Jawa"Barat"Strategy"Maps"……" 71"

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Umur Harapan Hidup Jawa Barat 2007-2011 ………. 30

Grafik 4.2 Peserta Keluarga Berencana Aktif dan Baru Tahun 2007-2011 ……… 31

Grafik 4.3 PHBS tahun 2007-2011 ……… 32

Grafik 4.4 Usia Pernikahan Tahun 2007-2010 ……… 33

Grafik 4.5 Kematian Bayi tahun 2007-2011 ………. 34

Grafik 4.6 Layanan Kesehatan bayi 2007-2011 ………... 35

Grafik 4.7 Layanan Neonatal tahun 2007-2011 ……….. 35

Grafik 4.8 Imunisasi Bayi Tahun 2007-2011 ……….. 36

Grafik 4.9 Kematian Balita Tahun 2007-2011 ……… 37

Grafik 4.10 Universal Child Immunization Tahun 2007-2011 ………. 37

Grafik 4.11 Layanan Balita tahun 2007-2011 ………. 38

Grafik 4.12 Kematian Ibu tahun 2007-2011 ……… 39

Grafik 4.13 Layanan Ibu Hamil tahun 2007-2011 ………. 39

Grafik 4.14 Layanan Ibu Hamil Beresiko Tahun 2007-2011 ……… 40

Grafik 4.15 Layanan Ibu Bersalin 2007-2011 ………. 41

Grafik 4.16 Layanan Ibu Nifas Tahun 2010-2011 ……….. 41

Grafik 4.17 Penyakit Malaria Tahun 2007-2011 ……… 42

Grafik 4.18 Kematian dan Kasus DBD Tahun 2007-2011 ……… 43

Grafik 4.19 Kasus Rabies Tahun 2007-2011 ……….. 44

Grafik 4.20 Kasis Filaris Tahun 2007-2011 ………. 44

Grafik 4.21 Kasus dan Kematian Diare Tahun 2007-2011 ……… 45

Grafik 4.22 Kasus Kusta Tahun 2008-2011 ……… 46

Grafik 4.23 Kasus Dan Penyembuhan TBC Tahun 2008-2011 ……… 47

Grafik 4.24 Kasus dan Kematian Pneunomia Tahun 2007-2011 ……….. 48

Grafik 4.25 Kasus Difteri tahun 2008-2011 ………. 49

Grafik 4.26 Kasus Campak Tahun 2009-2011 ……… 49

Grafik 4.27 Kasus Tetanus Neonatorum ………. 50

Grafik 4.28 Kematian Penyakit Tidak Menular Tahun 2007-2011 ……….. 51

Grafik 4.29 Puskesmas dan Jejaring Puskesmas tahun 2007-2011 ……….. 53

(10)

Grafik 4.33 Rumah Sakit Khusus Tahun 2007-2011 ………. 56

Grafik 4.34 Rumah Sakit Umum dan Khusus Tahun 2007-2011 ………. 56

Grafik 4.35 Jumlah Sarana Produksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2007-2011

………. 57

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pernytaan ketua peneliti/pelaksana

Lampiran 2. Susunan organisasi, tugas dan pembagian waktu ketua dan anggota tim peneliti, serta mahasiswa pascasarjana

Lampiran 3. Biodata ketua peneliti

Lampiran 4. Biodata anggota peneliti 1

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel dari India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav

Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya.

Digambarkan sebagai pengukuran (vulgar) oleh Amartya Sen karena batasanya. Indeks ini lebih focus pada hal-hal yang lebih sensitif dibandingkan menggunakan indikator pendapatan perkapita yang selama ini digunakan dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi

peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

(13)

Suatu negara yang dikatakan maju dapat tercermin jika yang dijadikan acuan salah satunya adalah masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang tentu saja menjelaskan

seberapa besar perkembangan manusia disuatu negara. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang bisa dieksplorasi dan digali sehingga menunjukan Indeks Pembangunan

Manusia yang signifikan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang dipengaruhi oleh indicator kesehatan yang diwakili oleh Umur Harapan Hidup (UHH), indikator pendidikan yang diwakili oleh Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama

Sekolah (RLS) dan indikator ekonomi yang diwakili oleh Daya Beli masyarakat (PPP). Desentralisasi Provinsi Jawa Barat diharapkan mampu melakukan penataan yang

dapat mewujudkan kehidupan masyarakat Jawa Barat agar semakin sejahtera dan sehat, baik jasmani maupun rohani yang merupakan pertanggungjawaban public bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat khususnya masyarakat miskin. Salah satu unsur dalam pembangunan manusia adalah lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai

“usia hidup” yang panjang dan sehat. United Nations Development Program (UNDP) memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) yang biasa dinotasikan dengan e0 dari sektor kesehatan, indikator utama yang diukur adalah Umur

Harapan Hidup (UHH) waktu lahir (e0), yang dipengaruhi oleh indicator yaitu Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKABA) dan

Angka Kematian Kasar (AKK).

Kebijakan Kesehatan di Jawa Barat mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 54 tahun 2008 bahwa Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 adalah

(14)

sebagaimana ditetapkan adalah “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”.

Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Program dan Sasaran Program Dinas Kesehatan Jawa Barat (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2008), maka pembangunan

kesehatan masyarakat Jawa Barat Sehat 2010 diarahkan pada focus pencapaian program yaitu “Jabar Siaga” dan “Jamkesmas Jawa Barat”. Berdasarkan Teori H.L. Blum, derajat kesehatan masyarakat dengan indikatornya angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan

(morbiditas) sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Indikator utama dari pencapaian visi

tersebut adalah tingkat kesehatan. Provinsi Jawa Barat ingin mencapai indikator IPM sebesar 80. Sementara terlampir IPM Jawa Barat tahun 2008 ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 71,12 dan masih tertinggal sekitar 8,88 poin untuk mencapai angka IPM 80 sebagai

provinsi terdepan di Indonesia.

Kondisi rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) di Jabar terasa sangat ironis.

Dalam peta sejarah, pendidikan, kesehatan, maupun infra struktur ekonomi di Indonesia, Jabar punya catatan yang patut dibanggakan. Tidak ada tempat yang paling lengkap punya lembaga pendidikan sipil maupun militer seperti Jabar. Jabar juga banyak melahirkan

kajian-kajian dan industri pendukung kesehatan masyarakat. Kemudian kelengkapan infrastuktur ekonomi serta besarnya investasi sebagai akibat kedekatan dengan pusat pertumbuhan, juga

mestinya menjadi pendukung yang baik untuk upaya menciptakan indeks daya beli.

Namun, faktanya IPM masih rendah dibandingkan dengan daerah-daerah yang tidak memiliki sumber daya sehebat Jabar. Jelas ini menunjukkan ada yang salah dalam format

pembangunan. Pentingnya peran manusia dalam pembangunan Jabar bukan tuntutan normatif semata, namun berkaitan langsung dengan penciptaan PDRB riil. Menurut hasil penelitian

(15)

PDRB hanya mengakibatkan peningkatan rata-rata sekira 0,128 persen dalam PDRB riil. Namun, peningkatan satu persen faktor tenaga kerja akan mengakibatkan peningkatan

rata-rata sekira 2,9296 persen dalam PDRB riil. Kemudian, fakta lain membuktikan intensitas faktor-faktor produksi agregat atau variabel inputnya pada perekonomian Jawa Barat periode

tahun 1986-2000 menunjukkan labor intensive sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan perekonomian di Jawa Barat lebihbanyak tergantung pada faktor manusia/tenaga kerja.

Banyak variabel yang harus digerakkan secara optimal untuk meningkatkan IPM.

Mutu perencanaan dan pengendalian yang terkait dengan IPM harus diperbaiki. Saat ini program dan prioritas pembangunan seperti bukan derivasi dari pencapain indikator makro

utama ini. Demikian pula dalam struktur alokasi APBD belum tergambar bahwa pembangunan kualitas manusia menjadi arah dan kebijakan pembangunan, sebagaimana tekad Pola Dasar Pembangunan 2002-2006. Hal terakhir ini secara langsung berkaitan dengan

ketersediaan dan keterpakaian fasilitas pendukung perbaikan IPM. Di lihat dari sisi kebijakan, perlu diambil kebijakan affirmative berupa pengendalian penduduk pendatang

sehingga pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan fasilitas tidak selalu berhadapan dengan pertumbuhan penduduk yang tak terkendali, terutama di wilayah sekitar Bodebek dan Bandung Raya. Di wilayah ini, pertumbuhan penduduk sudah mengganggu kualitas hidup

secara keseluruhan sehingga perlu langkah-langkah untuk melakukan penanganan pertumbuhan penduduk, khususnya akibat migrasi di wilayah ini melalui kebijakan

kependudukan. Kebijakan ini berkaitan langsung dengan kesiapan aparat di lapangan. Selain berkaitan dengan kompetensi, juga berkaitan langsung dengan konsistensi komitmen.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai

(16)

Pembangunan Manusia yang seperti diamanatkan Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 54 tahun 2008 bahwa Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2008 2013 adalah

“Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera” dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025

sebagaimana ditetapkan adalah “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

1. Mampu manghasilkan model peta strategi implementasi kebijakan dan program kesehatan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan tools hasil penelitian.

2. Alignment antara Corporate Strategi Dinas Keseahatan dengan Strategi Provinsi Jawa Barat semakin terlihat, sehingga executive akan mampu untuk menganalisa langkah strategis yang harus diambil.

3. Strategi Maps hasil dari penelitian dilengkapi dengan indikator strategic objective,

measurement, target dan initiative sehingga organisasi akan dapat dengan mudah melakukan mapping strateginya dan mengukur indikator keberhasilannya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah membuat suatu model peta strategi implementasi kebijakan

(17)

1.4 kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk pengembangan teori dan sebagai dasar pembuatan rencana strategis dinas kesehatan provinsi Jawa barat, yaitu

di bidang manajemen kinerja pada umumnya dan strategi mapping menggunakan balance scorecard pada khususnya.

2. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah tersusunnya rancangan permodelan

Strategy Maps dalam membantu Dinas Kesehatan mencapai Visi dan Misi-nya dalam bidang kesehatan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan Balance Scorecard.

Hasil ini direncanakan akan dipublikasikan dalam bentuk buku ataupun jurnal ilmiah.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai strategy mapping

kebijakan kesehatan di jawa barat menggunakan balance scorecard sehingga menjadi

sebuah informasi yang bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Perencanaan Strategi

Dalam hal pembuatan strategi yang sesuai, organisasi menghadapi masalah yang

berhadapan dengan lemahnya pengetahuan mengenai formulasi strategi yang pas dan tidak ditunjang oleh kemampuan keilmuan para individunya dalam men-generate strategi

organisasi guna meningkatkan dan mengembangkan bisnisnya sehingga terkesan tidak memiliki pondasi yang kuat dan tidak terarah dalam perjalanannya.

Tanpa kita sadari, organisasi sering kali menaksir strategi yang dibuatnya dan

bertanya dengan pertanyaan yang sangat dasar sekali, yaitu :

• Apakah kita akan memperoleh nilai tambah dari strategi yang diterapkan sekarang?

• Apakah strategi yang ada sekarang sesuai dengan business need?

• Apakah kita bekerja dengan menggunakan strategi yang benar untuk mendukung

nilai-nilai dalam bisnis?

• Akankah strategi yang ada sekarang sesuai dengan business requirement di masa

depan?

Strategi bisnis yang telah ada sejak lama bisa jadi merupakan penghambat beberapa organisasi dalam mengembangkan organisasinya, sementara banyak perusahaan dan organisasi yang ada sekarang juga telah berani meng-investasikan dana yang cukup besar

(19)

competitive edge dalam pangsa pasar, atau bahkan mendapatkan peningkatan yang sangat penting dalam mendukung bisnisnya. Sehingga sekarang ada banyak pilihan paket-paket

dalam poin-poin strateginya, dan secara langsung bemanfaat tidak seperti sebelumnya, membuat strategi secara langsung lebih penting dari pada tidak sama sekali. Banyak

organisasi yang menampilkan bahwa perusahaannya telah memperoleh competitive edge

dengan menginvestasikan dan mengimplementasikan the right strategy. Sehingga perancangan strategi yang baik merupakan salah satu komponen kritis dalam mendukung

keberhasilan organisasi.

Terkadang manajemen organisasi tidak mengerti dengan baik apa yang dimaksud

dengan strategi organisasi dan apa fungsinya sehingga timbul pertanyaan seperti :

• Apa sebenarnya lingkungan strategi itu? Kegiatan seperti apa yang kita butuhkan

untuk mendukung tujuan? Kondisi lingkungan seperti apa yang dibutuhkan untuk menerapkannya? Apa kekuatannya, kelemahan, dan area seperti apa yang tidak mendukung penerapan? Apakah strategi dan fungsi terkait lainnya mendukung dalam

hal delivery of services dan produk kepada para stakeholdernya dengan cost yang sangat efisien dan dalam bentuk yang efektif?

• Bagaimana kita membuat keputusan yang terbaik mengenai organisasi? Apa yang mestinya menjadi prioritas terlebih dahulu?

• Pelaksanaan sumberdaya seperti apa yang sebenarnya sedang kita lakukan sekarang?

Bagaimana staff dalam menghabiskan waktunya untuk organisasi? Seberapa besar kemampuan organisasi yang ada sekarang dibandingkan dengan kebutuhan stakeholder?

• Berapa banyak dana yang telah dikeluarkan dalam hal perancangan Strategi? Bagaimana kita membelanjakan dana tersebut dibandingkan dengan kebutuhan

(20)

sebelumnya? Kita telah melaksanakan organisasi dengan baik tanpa banyak mengeluarkan biaya, kenapa kita banyak mengeluarkan dana sekarang dalam hal

penerapan strategi? Dapatkah kita mengurangi dana dan atau dalam membelanjakan dengan bijak?

• Apa trend di “ luar ” sebenarnya, dan bagaimana trend itu mempengaruhi kita?

• Bagaimana status competitor kita? Apakah organisasi kita berada di depan atau di belakangnya?

• Apakah kita memiliki internal skills yang dibutuhkan ketika dihadapkan dengan lingkungan yang membutuhkannya? Berapa banyak kita dapat melakukannya dengan

memanfaatkan sumberdaya internal, dan berapa banyak kita memanfaatkan sumberdaya external? Kenapa begitu lama untuk menyelesaikan sesuatu?

Demikian pula, manajemen tidak memiliki pemahaman yang cukup dalam kaitannya dengan tujuan bisnis perusahaan atau organisasi sehingga ada beberapa pertanyaan sebagai

berikut :

• Apa sebenarnya misi dari bisnis, tujuan dan strateginya?

• Tipe bisnis seperti apa yang organisasi jalankan dalam beberapa tahun ini?

• Apa yang bisnis ingin jalankan dimasa yang akan datang?

• Apa sebenarnya persyaratan bisnis dan prioritasnya?

• Kunci informasi seperti apa yang sebenarnya diinginkan oleh bisnis?

• Apa yang sebenarnya customer dan supplier minta dari kita?

• Apakah ada issue yang berhubungan dengan ketidaknyamanan Sistem Informasi

(21)

2.1.2 Definisi Strategi

A strategy is a long term plan of action designed to achieve a particular goal, as

differentiated from tactics or immediate actions with resources at hand”1.

Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif yang mengintegrasikan segala

resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi.2

Sun Tzu mendifiniskan dalam bukunya The art of war: “Strategy is the great work of

organization. In situations of life and death, it is the Tao of survival or extinction. Its study

can not be neglected (Sun Tzu) ”.

Strategy is the overall plan for deploying resources to establish a favorable position for action

A strategy is the pattern or plan that integrated an organization major goals, policies,

and action sequences into a cohesive whole. A well formulated strategy helps to Marshall

and allocated organization resources into a unique and viable posture based upon its relative

internal competences and shortcomings, anticipated changes, in the environment and

contingent moves by intelligent opponents”.

Konsep strategi pada awalnya dikenal dari dunia militer, seperti yang diungkapkan

oleh Von Neumon dan morgenstren dalam tulisannya “Theory of Games” yang mengandung teori dan konsep strategi. Dari sinilah konsep tersebut kemudian di aplikasikan kedalam

dunia bisnis dan dunia kehidupan lainnya seperti politik. Thomas Schelling mengembangkan

study dengan judul “The Strategy of Conflict” yang mengungkapkan berbagai unsur strategi yang umum ditemui dalam berbagai aspek kehidupan dalam situasi competitive.

Pembelajaran terhadap 275 portofolio manajer, melaporkan bahwa kemampuan untuk mengeksekusi strategi adalah sesuatu yang lebih penting daripada kualitas strategi itu sendiri.

"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""" 1

(22)

Diawal tahun 1980-an, survey yang dilakukan sebuah konsultan manajemen melaporkan bahwa kurang dari 10% formulasi strategi yang efektif sukses diimplementasikan. Umumnya

dari kasus tersebut, mereka mengestimasi sekitar 70% masalahnya bukan pada jeleknya strategi, tapi buruknya pelaksanaan3.

2.1.3 Balance Scorecard

Balance Scorecard memungkinkan perusahaan sejak dini untuk mengadopsi supaya

focus dan align dengan tim eksekutif, unit bisnis, human resources, dan sumber financial dengan strategi organisasi. (Lihat gambar 2.1).

BALANCE

STRATEGY

SCORECARD

Information Technology

Budget and Capital Investment Executive Team

Business Units

Human Resources

" Gambar 2.1. Aligning and Focussing Resources on Strategy

Riset Kaplan dan Norton terhadap perusahaan yang menerapkan Balance Scorecard memperlihatkan suatu bentuk yang konsisten dalam meraih Strategy focus and alignment. Meskipun setiap organisasi tersebut melakukan pendekatan dengan langkah yang

berbeda-beda didalam dengan susunan yang berberbeda-beda, kami (Kaplan dan Norton) mengamati 5 prinsip utama dalam bekerja. Kami (Kaplan dan Norton) merujuk prinsip tersebut sebagai principal

dari strategy focus organization (lihat gambar 2.2)

"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""" 3

(23)

BALANCE STRATEGY SCORECARD Mobilize Change Through Executive Leadership ! Mobilizations

! Goverance Process

! Strategic Management System

Make Strategy a Continual Process

! Link Budget and Strategies

! Analytic and IS

! Strategic Learning

Align the Organization to the Strategy

! Corporate Role

! Business Unit Synergies

! Shared Service Synergies

Make Strategy Everyone’s Everyday

Job

! Strategic Awareness

! Personal Scorecard

! Balance Paychecks Translate the Strategy to

Operational Terms

! Strategy Maps

! Balance Scorecards

" Gambar 2.2. The Principles of Strateg-Focussed Organization

Scorecard menyediakan resep yang memungkinkan segala sesuatu yang ada di dalam

organisasi dikombinasikan untuk penciptaan nilai dalam masa yang lama. Balance Scorecard menyediakan framework yang menggambarkan dan mengkomunikasikan strategi dalam bentuk yang konsisten dan mudah dipahami4.

Strategy maps adalah suatu bentuk arsitektur yang logis dan komprehensif untuk menggambarkan strategy. Strategy Maps menyediakan pondasi untuk mendesain Balance

Scorecard yang menjadikan suatu bentuk sistem manajemen strategi baru. Strategy Maps dan

Balance Scorecard menempatkan shortcoming of the industrial age’s tangible asset

measurement systems5

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""

4 Robert S. Kaplan, David P.Norton, “ The Strategy Focused Organization “ (Harvard Business School Publishing , 2001).

5

(24)

2.1.4 Pendekatan Baru untuk Me-manage

Balance Scorecard telah berkembang sejak pertama kali dibangun dan

memperkenalkan konsep sebagai suatu bentuk framewok baru untuk mengukur performance

dari suatu organisasi. Awalnya ditujukan untuk mengatasi keterbatasan dalam mengontrol

pengukuran finansial. Pengukuran finansial melaporkan hasilnya, dengan indicator yang tidak jelas, tetapi tidak mengkomunikasikan kebutuhan akan performance masa depannya, indikator tentang bagaimana untuk menghasilkan value baru melalui investasi dalam bidang

customer, supplier, karyawan, teknologi, dan inovasi. Balance scorecard menyediakan framework untuk melihat dari segi strategi untuk menciptakan value dari 4 perspektif yang

berbeda :

1. finansial : strategi untuk pertumbuhan, profitability, dan resiko dilihat dari kacamata

stakeholder

2. pelanggan : strategi untuk menciptakan value dan perbedaan dari perspective pelanggan.

3. Internal Business Process : prioritas strategi untuk bermacam proses bisnis, dimana untuk menciptakan kepuasan pada pelanggan dan stakeholder.

4. Learning and Growth : prioritas untuk mencipatakan keadaan yang mendukung perubahan organisasi, inovasi dan pertumbuhan.

2.1.5 Strategi Scorecard pada Non-Profit, Government dan Organisasi Kesehatan

Berdasarkan pengalaman mereka (Kaplan dan Norton, 2001), organisasi nonprofit dan pemerintahan umumnya mengalami kesulitan yang penting dalam menentukan strategi

mereka dengan jelas. Kebanyakan nonprofit dan pemerintahan mengalami kesulitan dengan arsitektur asli Balance Scorecard, dimana perspektif finansial dtempatkan diatas hierarki,

karena memperoleh keuntungan finansial adalah bukan tujuan utama bagi kebanyakan organisasi tersebut, arsitekturnya dapat di atur ulang sehingga menempatkan customer atau

(25)

The Mission

Customer Perspective Fiduciary Perspective

Internal Perspective

“ If we succed, how will look to our taxpayers (or

donors)”

“ To achieve our vision, how must look to our customer “

“ To satisfy our customer and financial donors, which

business process must we excel at ?

Learning and Growth Perspective

“ To achieve our vision, how must our organization learn

and improve “

"

Gambar 2.3. Adapting the Balance Scorecard Framework to Nonprofit and Public Organization

2.1.6 Balance Scorecard and Strategy Maps

Konsep Balaced Scorecard pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S.

Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul ”Balanced Scorecard – Measures that Drive Performance”. Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di

Amerika untuk mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. Balanced Scorecard

terdiri atas tolok ukur keuangan (financial perspective) yang merupakan keluaran atau hasil

dari kegiatan perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada perspektif-perspektif operasional lainnya, seperti customer, internal business process, dan learning and growth.

Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard dikembangkan untuk menghubungkan

(26)

Review, ”Putting the Balanced Scorecard to Work” (Kaplan dan Norton, 1993). Dalam artikel tersebut Kaplan & Norton menunjukkan bagaimana beberapa perusahaan

menggunakan Balanced Scorecard. Intinya adalah pengukuran yang efektif harus merupakan bagian integral dari proses manajemen.

Mulai tahun 1993, perusahaan konsultan yang dipimpin oleh David P. Norton,

Renaissance Solution, Inc., menerapkan Balanced Scorecard sebagai sarana untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan strategi di berbagai perusahaan kliennya. Sejak

saat itu, Balanced Scorecard tidak saja digunakan sebagai sistem pengukuran kinerja, namun berkembang lebih jauh sebagai sistem manajemen strategis. Keberhasilan pemanfaatan

Balanced Scorecard tersebut dituangkan dalam artikel Harvard Business Review dengan judul ”Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System” (Norton, 1996). Artikel tersebut menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan harus bersaing dalam era

informasi dengan meningkatkan kemampuannya dalam mengeksploitasi intangible assets

secara lebih baik dari sekadar mengelola tangible assets-nya. Artikel tersebut Kaplan &

Norton mengawali bukunya yang berjudul ”The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action” (Kaplan dan Norton 1996).

Dalam perjalanannya penerapan Balanced Scorecard di perusahaan-perusahaan yang

menerapkannya saat itu mengalami kesulitan ketika strategi bisnis mereka berubah menjadi strategi bisnis baru yang berbeda sama sekali dengan strategi sebelumnya. Kaplan & Norton

menuliskan pengalaman perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam menerapkan Balanced Scorecard sekalipun strateginya berubah dalam sebuah bukunya yang kedua “The Strategy-Focused Organization” (Kaplan dan Norton, 2001). Buku tersebut mengangkat tema tentang

bagaimana mengimplementasikan strategi perusahaan dan melakukan pengendalian terhadap implementasi strategi tersebut. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang prinsip-prinsip sebuah

(27)

1. Translate the strategy into operational terms 2. Align the organization to the strategy

3. Make strategy everyone’s everyday job 4. Make strategy a continual process

5. Mobilize change through executive leadership

Buku ketiga, Strategy Maps (Kaplan dan Norton, 2004), Kaplan & Norton mengupas salah satu prinsip pada buku kedua mereka - “The Strategy-Focused Organization” (Kaplan

dan Norton, 2001) yaitu Translate the strategy into operational terms dan artikel ”Having Trouble with Your Strategy? Then Map It” (Kaplan dan Norton, 2001) yaitu bagaimana mengubah intangible asset menjadi tangible asset. Artikel dan buku ke tiga tersebut

memperkenalkan beberapa hal baru antara lain:

1. Sebuah template yang menjelaskan bagaimana komponen-komponen dasar dalam perspektif internal process dan learning & growth dapat menciptakan nilai tambah; 2. Tema-tema strategi, yang mengartikulasikan dinamika strategi;

3. Sebuah kerangka (framework) untuk menggambarkan, mengukur, dan menyelaraskan (align) ketiga komponen dalam perspektif learning & growth, seperti human capital, information capital, dan organization capital.

Balance Scorecard Strategy Map (BSC Maps) terbukti melekat didalam sistem

pelaporan manajemen dan menyediakan agenda strategis untuk pertemuan manajemen strategis dan itu membuktikan adanya transformasi yang diperluakan untuk perubahan.

(28)

Sebuah perusahaan pasti ingin memenangkan persaingan dalam berbisnis. Kemajuan yang pesat dan persaingan yang ketat dalam dunia industri menuntut setiap industri untuk

meningkatkan kinerja.

Kaplan dan Norton ( 2000), menjelaskan bahwa BalanceScorecard lebih dari sekedar

sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard

sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang ( gambar 2.5). Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan

berbagai proses manajemen penting :

• Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.

• mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis.

• Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. • meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategi.

Gambar 2.5. Balance Scorecard sebagai suatu kerangka kerja tindakan strategis

2.1.7 Perspektif dalam Balance Scorecard

(29)

perspektif, keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Balance scorecard memberi kerangka kerja bagi eksktutif mengkomunikasikan misi dan

strategi. Scorecard menggunakan ukuran dan memberikan informasi kepada pekerja tentang keberhasilan saat ini dan yang akan datang.

2.1.7.1 Financial Perspective

Kaplan dan Norton masih tetap mempertahankan penggunaan perspektif financial,

karena ukuran financial masih memegang peranan penting bagi sebuah perusahaan, dan merupakan akibat langsung dari tindakan ekonomis yang diambil oleh sebuah perusahaan.

Ukuran financial ini memberikan petunjuk penting apakah strategi yang telah diambil dan pelaksanaanya memberikan kontribusi atau tidak terhadap peningkatan laba perusahaan. Tujuan financial biasanya berhubungan dengan profitabilitas, yang biasanya di ukur dengan

laporan rugi laba, return on capital employed (ROCE), return on investment (ROI), payback period, dan nilai tambah ekonomi (Value added).

2.1.7.2 Customer perspective

Dalam perspektif pelanggan Balance Scorecard, manajer harus mengidentifikasi

pelanggan dimana unit bisnis beroperasi dan bersaing. Perspektif ini biasanya terdiri dari beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan dari strategi yang telah

dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Beberapa ukuran itu adalah kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, pangsa pasar di segmen sasaran. Selanjutnya proporsi nilai yang akan di berikan perusahaan/organisasi terhadap pelanggan segmen pasar

sasaran. Pelanggan inti dari sebuah perusahaan juga perlu di perhatikan, karena pelanggan inti inilah yang menentukan akan loyal/tidak terhadap perusahaan. Perspektif terhadap

(30)

pelanggan dan pasar yang akan berakibat pada keuntungan financial di masa yang akan datang.

2.1.7.3 Internal Business Process Perspective

Dalam perspektif proses bisnis internal, menurut Kaplan dan Norton(2000) para ekskutif harus mengidentifikasi berbagai proses internal yang penting yang harus dikuasasi dengan baik oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk :

Memberikan proposisi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahakan pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan memenuhi harapan keuntungan financial yang

tinggi para pemegang saham. Menurut Kaplan dan Norton ada dua perbedaan pokok dalam dalam memandang proses bisnis internal antara pendekatan tradisional dan pendekatan BSC. Pertama, pendekatan tradisional akan memandang proses bisnis internal digunakan untuk

memantau dan meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Pendekatan ini masih memungkinkan melampui ukuran kinerja financial dalam hal pemanfaatan alat ukur yang

berdasar pada mutu dan waktu. Kunci dari pendekatan ini adalah bahwa semua progai ses bisnis dialokasikan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada saat ini. Sedangkan pendekatan BSC pada umumnya akan mengidentifikasi berbagai proses baru/inovasi yang

harus dikuasai dengan baik untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan dan financial. Perbedaan yang kedua, sistem pendekatan tradisional berfokus pada penyampaian

produk dan jasa yang akan di sampaikan kepada pelanggan pada saat ini. Sistem tradisonal digunakan untuk mengendalikan dan memperbaiki proses saat ini untuk menciptakan sebuah nilai. Sedangkan pendekatan BSC mengedepankan berbagai proses inovasi (gambar 2.3) yang

(31)

2.1.7.4 Learning and Growth

Menurut Kaplan dan Norton (2000), perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah

mengidentifikasi berbagai infrastruktur yang harus dibangun oleh perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Pada perspektif

pelanggan, proses bisnis internal, menjelaskan bahwa manajer harus memandang jauh kedepan dan membuat strategi yang mengarah pada jangka panjang.

Pembelajaran dan pertumbuhan melibatkan tiga faktor yaitu manusia, system dan

prosedur didalam perusahaan. Tujuan financial, pelanggan, proses bisnis internal pada BSC biasanya akan menghasilkan kesenjangan ke-tiga faktor tersebut untuk menghasilkan kinerja

yang penuh inovasi. Hal inilah yang menuntut sebuah perusahaan untuk melakukan investasi dengan melatih ulang para pekerja, meningkatkan tekhnologi dan sistem informasi dan menyelaraskan berbagai prosedur kegiatan sehari-hari.

2.1.8 Balance Scorecard untuk sektor Public Sector

Balanced Scorecard untuk public sector membantu usaha organisasi dalam mengembangkan dan melaksanakan strategi program dan pelayanan untuk melaksankan misi. Organisasi biasanya menggunakan BSC untuk mengkomunikasikan misi dan strategi kepada

seluruh karyawannya untuk mengukur keberhasilan program dan pelayanan yang diberikan, dan melakukan kajian-kajian akan perubahan yang perlu di lakukan organisasi untuk

melakukan peningkatan efisiensi dan keefektifan program. Scorecard kinerja merupakan bagian dari agenda pimpinan manajemen , dan digunakan untuk menelusuri perkembangan dari program dan layanan sebuah organisai.

Balance scorecard untuk public sector merupakan perspektif yang menyeluruh untuk mengukur kinerja secara tepat dalam organisasi public sector. Dimana keuntungan (profit)

(32)

melakukan penyesuaian kembali perspektif yang ada pada BSC. Pada BSC untuk public sector, misi menggantikan hasil financial sebagai tujuan puncak dari organisasi public sector

dan di dukung oleh tiga perspective yang penting lainnya yaitu cost, benefits, dan legitimizing authorities.

Dalam Balance Scorecard untuk public sector yang dimaksud Cost perspective adalah

financial cost dan social cost. Tidak seperti pada organisasi yang berorientasi pada profit

yang senantiasa di ukur dengan financial, organisasi pada public sector biasanya manfaat

ukuran pelaksanaan program dan kebijakan di nilai dengan positif dan negative. Perspektif legitimizing outhority pada BSC mengubah perspektif pelanggan.

" Gambar 2.6. The five perspective of the Public Sector Scorecard

(33)

BAB III

METODE DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuannya, bahwa penelitian ini mencoba merancang pemodelan

Strategy Maps dalam membantu Dinas Kesehatan mencapai Visi Misi-nya dalam bidang kesehatan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan Balance Scorecard, maka metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment. Dengan metode ini maka dapat

diindentifikasi model eksisting, untuk kemudian direkonstruksikan kedalam model idealnya.

Sementara itu, tahapan penelitian dalam pemodelan ini menggunakan Strategy Maps

berbasiskan Balance Scocarard, dalam hal ini model yang diadopsi untuk kebutuhan

penelitian. Adapun langkah-langkah-nya seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1. Alur Penelitian BENCHMARKING,

ANALISIS,FAKTOR, INTERNAL, ANALISIS,FAKTOR,

STRATEGIS,:,

Brainstorming,

Forum,Group,Discussion,, Hasil,Analisa,

Eksisting,

Model,Analisa,

Model,Analisa,Ideal,

(34)

Informan yang akan diteliti diambil dari stakeholder yang terkait dengan penyelenggaraan kesehatan di provinsi Jawa Barat, seperti Kepala dan atau pegawai Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kepala dan aparatur Rumah Sakit, Kepala dan aparatur Puskesmas, Ketua Bappeda Provinsi Jawa Barat, legislatif, dan perwakilan masyarakat.

Teknik pengumpulan menggunakan metode observasi dan wawancara (depth interview). Teknik analisa data yang akan digunakan menggukan teknik triangulasi data dan analisa data dibantu dengan software statistik untuk mempertajam analisa. Lokasi penelitian

dilakukan di lingkungan provinsi Jawa Barat, utamanya pada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Waktu dan jadwal penelitian seperti terlihat pada sub-tema waktu dan jadwal di

halaman akhir pada proposal ini.

3.2 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Jl. Pasteur No.25

(35)

3.2.2 Jadwal penelitian

Adapun waktu serta kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

3.3 Profil Organisasi

I. Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Departemen Kesehatan serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat

maka telah disusun Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu : ”Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat

Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi

dimana masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingungan dan perilaku yang buruk , serta mampu

memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.Dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Tahap Perizinan ✔ ✔

2 Kajian Literatur ✔ ✔

3 Pengumpulan Data ✔ ✔

4 Key In data ✔ ✔

5 Interpretasi Data ✔ ✔

6 Analisis Data ✔ ✔ ✔

7 Ujicoba model ✔ ✔ ✔

8 Forum Group Discussion 1 ✔

9 Interpretasi Data ✔ ✔

10 Analisis Data ✔

11 Forum Group Discussion 2 ✔

12 Analisis Data ✔ ✔

13 Model Final ✔ ✔ ✔

14 Penulisan Laporan Akhir ✔ ✔

15 Laporan Anggaran ✔ ✔

2012 2013 2014

(36)

maka telah dirumuskan Visi Dinas Kesehatan Jawa Barat sebagai berikut : ”Akselerator Pencapaian Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan, motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi

pendorong, penggerak, fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk

swasta, sehingga Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat menjadi Sehat.

II. Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, maka rumusan Misi Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu :

1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas 2. Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

3. Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

4. Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.

Prioritas pembangunan kesehatan tahun 2008 – 2013 merupakan penajaman, peningkatan cakupan dan kelanjutan dari prioritas pembangunan kesehatan periode

2005-2008. Prioritas pembangunan kesehatan tersebut dijabarkan setiap tahun dengan issu strategis. Issu strategis tahun 2010 sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, masyarakat miskin, di daerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan

(37)

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Sasaran :

1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas 2. Menigkatnya sumber daya dan infrastruktur pelayanan kesehatan

3. Meningkatnya pengendalian penyakit, gizi buruk dan tertanganinya krisis kesehatan akibat bencana

4. Terwujudnya kemitraan strategis dalam penerapan Sistem Kesehatan Provinsi

5. Meningkatnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

Kegiatan Unggulan :

1. Peningkatan pertolongan persalian oleh tenaga kesehatan yang kompeten di sarana/ fasilitas kesehatan;

2. Peningkatan promosi PHBS dan pengembangan kabupaten/kota siaga menuju kab/kota sehat;

3. Peningkatan pelayanan immunisasi dasar

4. Peningkatan penemuan kasus dan pengobatan TBC

III. Rencana Program Kegiatan Unggulan (Common Goals)

A. Program Upaya Kesehatan

1. Perbaikan Gizi Balita Provinsi Jawa Barat

2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin

3. Penunjang Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Di Kecamatan Rawan Kesehatan 4. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar

5. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan

6. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Khusus Operasi Katarak 7. Pengembangan Integrasi dan Kesehatan Kabupaten /Kota Siaga

8. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di berbagai Tatanan dan Gema Mapan Remaja (Safe Our Youth)

B. Program manajemen pelayanan kesehatan

1. Fasilitasi dan Penyusunan Perncanaan Pembangunan Kesehatan Jawa Barat 2. Monitorig dan Evaluasi Program Pembangunan Kesehatan

3. Pengembangan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKM) 4. Penyusunan Sistem Kesehatan Provinsi

C. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

1. Peningkatan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Immunisasi (PD3I)

(38)

4. Pemantapan Sistem Surveilans Penyakit

5. Peningkatan Pencegahan Dalam Penanganan Program IMS, HIV/AIDS Dan TB 6. Fasilitasi Pentalaksanaan ISPA Dan Diare

7. Pemanatapan Dan Penataksanaan Eliminasi Kusta Dan Filariasis 8. Pencegahan Penularan Penyakit DBD/Malaria

9. Fasilitasi Pengendalian Program Zoonosis 10.Manajemen Pengelolaan Kesehatan Lingkungan

11.Fasilitasi, Koordinasi Bantuan Alat Suntik Untuk Imunisasi

12.Kegiatan Penanganan Tanggap Darurat Dan Pasca Bencana/Kerusuhan

D. Program peningkatan sarana dan prasarana

1. Pemenuhan dan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana Puskesmas

2. Bindal ketersediaan pemerataan, mutu, keamanan obat, sediaan farmasi, alkes dan mamin

3. Pemenuhan dan Peningkatan Fasilitas Sarana dan Prasarana RS Rujukan Flu Burung, Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Umum PONEK

4. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

5. Kegiatan rehab sarana dan prasarana gudang obat dan perbekalan kesehatan 6. Pengembangan Balai Kesehatan Kerja Masyarakat

7. Pengembangan pelayanan laboratorium kesehatan 8. Peningkatan manajemen dan layanan kesehatan 9. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang medis

E. Program sumber daya kesehatan

1. Peningkatan kuantitas SDM Kesehatan (Penempatan tenaga kesehatan strategis) 2. Peningkatan kualitas SDM kesehatan

3. Peningkatan kualitas kompetensi tenaga kesehatan

4. Kemitraan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 5. kemitraan Peningkatan Kualitas Dokter dan Paramedis

IV. Rencana program kegiatan penunjang (non commons goal)

A. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

1. Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

2. Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Aparatur BPTKM Dinas Kesehatan

3. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur BPLK

(39)

B. Program pelayanan administrasi perkantoran

1. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Dinas Kesehatan 2. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BPLK

3. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BPTKM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

4. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BKKM 5. penyelenggaraan administrasi perkantoran

C. Program sarana dan prasarana aparatur

1. Penyediaan Sarana Prasarana serta peralatan Kantor pada KP4

D. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 1. Perencanaan, Evaluasi dan pelaporan Internal Dinas Kesehatan

2. Perencanaan, Evaluasi dan pelaporan Internal BPTKM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

3. Perencanaan, Evaluasi dan pelaporan Internal BPLK 4. Perencanaan, Evaluasi dan pelaporan Internal BKKM 5. Peningkatan Perencanaan, evaluasi dan pelaporan internal

E. Program pemeliharaan sarana dan prasarana aparatur

1. Kegiatan Pemeliharaan Sarana Prasarana Perkantoran pada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

2. Pemeliharaan Sarana Prasarana Perkantoran pada BPLK

3. Pemeliharaan Sarana Prasarana Kantor BPTKM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

4. Pemeliharaan sarana dan Prasarana Kantor

F. Program pengembangan data/informasi/statistik daerah

1. Pemutakhiran Data dan Informasi Kesehatan dan SIK Online

V. Rencana bantuan tidak langsung/bantuan keuangan

1. Perbaikan gizi balita Provinsi Jawa Barat

2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin

(40)

4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar

5. Pengembangan integrasi dan kesehatan kabupaten/kota siaga

6. Pemenuhan dan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana Puskesmas

7. Pemenuhan dan Peningkatan Fasilitas Sarana dan Prasarana RS Rujukan Flu Burung, Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Umum PONEK

8. Pengembangan Fungsi Puskesmas Menjadi Puskesmas PONED

9. Perbaikan pemeliharaan dan pengadaan mebelair rumah dinas dokter puskesmas terpencil

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dinas kesehatan jabar memiliki 13 prioritas yaitu : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, masyarakat miskin, di daerah terpencil, tertinggal

dan daerah perbatasan

2. Intensitas dan penyebaran penyakit (multiple burden of disease), gizi buruk, dan krisis kesehatan akibat bencana;

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

4. Peningkatan dan Pengembangan Manajemen Pelayanan Kesehatan 5. Peningkatan Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular 6. Peningkatan Sarana Dan Prasarana kesehatan

7. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

8. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 9. Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran

10.Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan 11.Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Aparatur

(41)

BAB IV

ANALISA DAN PERUMUSAN STRATEGY MAP

4.1 Permasalahan-Permasalahan Pada Profil Kesehatan Jawa Barat Saat Ini

4.1.1 Situasi Derajat Kesehatan Jawa Barat

Grafik 4.1 Umur Harapan Hidup Jawa Barat 2007-2011

Kenaikan umur harapan hidup Jawa barat masih jauh dari harapan standar internasional yaitu “80”. Dapat dilihat hingga akhir 2011 Umur Harapan hidup hanya mencapai pada 68.4 yang rata-rata naik 0.2 tiap tahunnya . untuk mencapai pada angka 80

maka terhitung dari tahun 2008-2013 harus memiliki peningkatan angka umur harapan hidup yaitu sebesar 2.44 tiap tahunnya. Umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh factor-faktor

antara lain Mortalitas yaitu Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita(AKABA), Angka Kematian Ibu(AKI) dan Morbiditas yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular.

67.6$

67.8$

68$

68.2$

68.4$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

(42)

4.1.2 PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

Grafik 4.2 Peserta Keluarga Berencana Aktif dan Baru Tahun 2007-2011

"

,

Layanan keluarga berencana bisa dikatakan membaik karena tingkat peserta KB aktif

dan baru setiap tahun terus meningkat. Pentingnya masyarakat untuk sadar mengikuti layanan keluarga berencana sebagai factor mengatur jumlah kelahiran dan menjarangkan kelahiran.

Oleh Sebab itu pemerintah harus mampu memberikan pelayanan KB kepada seluruh masyarakat Jawa Barat yang sudah menikah yaitu antara lain :

• Peningkatan Pembudayaan Keluarga Berencana • Jangkauan layanan keluarga berencana

• Sosialisasi alat kontrasepsi pada setiap lapisan masyakarat khususnya yang berekonomi rendah dan daerah pedalaman

76.24%$ 77.90%$ 74.43%$ 78.70%$ 99.61%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

KB%AKTIF%

Peserta$

15.51%$ 16.94%$ 16.86%$ 18.80%$ 24.30%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

KB%Baru%

(43)

4.1.3 GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT

4.1.3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Grafik 4.3 PHBS tahun 2007-2011

,

Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara langsung

maupun tidak langsung berpengaruh terhadap penanggulangan masalah kesehatan melalui pencegahan terjadinya kesakitan maupun kematian. PHBS mengisyaratkan slogan “Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati’. Program PHBS adalah upaya untuk pengalaman

belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat, yang menjadikan seseorang atau

keluarga dapat turut menangani masalah di bidang kesehatan serta berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. PHBS mencakup tatanan Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Tempat Umum dan Sarana Kesehatan. Indikator PHBS di tatanan rumah

tangga mencakup aspek-aspek sebagai beriktu yaitu : ibu bersalin oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI untuk balita, adanya jaminan pemeliharaan kesehatan, aktivitas fisik setiap

hari, tidak merokok, makan dengan gizi berimbang, ketersediaan air bersih, adanya jamban, tingkat kepadatan hunian, lantai rumah bukan dari tanah, bebas jentik.

Walaupun sedikit terjadi peningkatan tiap tahun untuk PHBS, namun ini menunjukan

kesadaran masyarakat meningkat akan kesehatan. Program PHBS perlu ditingkatkan secara berkesinambungan. Secara umum, persentase keluarga PHBS yang tinggal di perkotaan lebih

baik (45,1%) dibandingkan dengan di pedesaan (31,1%). Berdasarkan tingkat pengeluaran 38.40%$

32.13%$

41.42%$ 41.02%$

47.38%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

(44)

per kapita keluarga, semakin sejahtera tingkat sosial ekonomi keluarga semakin besar proporsi pencapaian keluarga bersih dan sehat. Program ini harus menjadi prioritas dalam

rencana strtegi kesehatan JABAR yang dikemas sebaik mungkin agar mendapat perhatian seluruh masyarakat JABAR

4.1.3.2 Menikah Pertama

Grafik 4.4 Usia Pernikahan Tahun 2007-2010

,

Umur perkawinan pertama mempunyai pengaruh yang besar terhadap tinggi rendahnya tingkat fertilitas, karena pangjangnya masa reproduksi berkaitan dengan umur pertama kali perempuan melakukan pernikahan. Makin muda usia perempuan pada

perkawinan pertama maka kecenderungan untuk memiliki anak lebih banyak semakin tinggi. Hal ini berkaitan antara usia perempuan saat perkawinan pertama dengan faktor risiko ibu

melahirkan.

Semakin muda usia perkawinan pertama, semakin besar risiko yang dihadapi bagi

keselamatan kesehatan ibu maupun bayi, secara mental perempuan muda yang cepat menikah umumnya sangat rentan perceraian karena emosi yang belum stabil dan belum siap untuk menjalankan rumah tangga serta belum siap menerima pengetahuan tentang kehamilan dan

persalinan. Demikian pula dengan semakin tua usia perkawinan pertama, maka risiko yang dihadapi semakin tinggi baik pada masa kehamilan maupun pada masa melahirkan.

0.00%$ 10.00%$ 20.00%$ 30.00%$ 40.00%$ 50.00%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$

Usia%10tahun%keatas%yg%menikah%pertama%

(45)

Perkawinan umur pertama sangat muda (10-15 Tahun) banyak terjadi pada perempuan di daerah perdesaan, pendidikan rendah, status ekonomi termiskin dan kelompok

petani/nelayan/buruh. Semakin tinggi persentase umur perkawinan pertama pada umur dini semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan dapat menunda umur perkawinan

pertama pada umur dini sehingga dalam hal ini perlunya kerjasama antara dinas kesehatan dan pendidikan:

• Pemerintah JABAR harus mempercepat peningkatkan program tamat pendidikan khususnya daerah perdesaan dan pada daerah status ekonomi rendah

4.1.4 Mortalitas Dan Layanan Kesehatan

4.1.4.1 Angka Kematian Bayi (AKB)

Grafik 4.5 Kematian Bayi tahun 2007-2011

Kematian bayi per 1000 kelahiran hidup (KH) pada tiap tahunya mengalami

fluktuatif, namun pada tahun 2011 angka kematian bayi mencapai 5.6 per 1000 KH. Untuk menurunkan angka kematian bayi maka pemerintah provinsi jabar harus melakukan pencegahan dan memberikan pelayanan kesehatan secara cepat, tepat dan akurat.

5.33$ 5.8$

6.8$

5.43$ 5.6$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

Kema@an%bayi%per%1000%KH%

(46)

4.1.4.1.1 Layanan Kesehatan Bayi

Grafik 4.6 Layanan Kesehatan bayi 2007-2011

Layanan kesehatan tiap tahunnya semakin meningkat hingga tahun 2011 mencapai

90.04%, ini bisa dikatakan baik karena indicator capaian nasional yaitu 85%. Namun seharusnya dalam pelayanan kesehatan khususnya bayi harus bisa mencapai 100% mendapat

pelayanan mengingat pada tahun 2011 angkat kematian bayi masih meningkat dr tahun sebelumnya. Dinas kesehatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Pertahankan dan tingkatkan program layanan kesehatan bayi • Pemerataan akses kesehatan khususnya daerah terpencil

• Peningkatan keahlian tenaga kesehatan melalui pendidikan dan latihan • Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan yang berkompeten

4.1.4.1.2 Layanan Neonatal

Grafik 4.7 Layanan Neonatal tahun 2007-2011

Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali dari tenaga kesehatan satu

70.83%$ 75.30%$ 77.31%$ 82.48%$ 90.04%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

KESEHATAN%BAYI%

LAYANAN$

80.96%$ 82.02%$

86.45%$

82.92%$

87.65%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

LAYANAN%NEONATAL%(bayi%krg%dari%1%

bulan)%

(47)

kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Angka ini menunjukan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Hal ini karena bayi hingga umur kurang dari 1

bulan mempunyai resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi. Indicator layanan neonatal (KN1) nasional yaitu 86%, Jawa barat sudah dapat dikatakan mencapai target karena pada

tahun 2011untuk layanannya sudah mencapai 87.65%. Sehingga perlu di lakukan oleh Dinkes yaitu:

• Masih perlu peningkatan tenaga kesehatan khususnya tenaga professional atau spesialis kesehatan bayi.

• Obat dan vaksin yang memadai

4.1.4.1.3 Imunisasi dasar lengkap

Grafik 4.8 Imunisasi Bayi Tahun 2007-2011

Pada dasarnya imunisasi dasar lengkap sudah mencapai target nasional yaitu sebesar 82%. Namun untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi, maka imunisasi dasar lengkap bayi harus terus ditingkatkan hingga seluruh bayi di Jawa Barat mendapatkan

imunisasi sehingga memiliki daya tahan tubuh yang baik dan terhindar dari penyakit-penyakit. Maka Penting untuk dinkes melakukan hal-hal ini:

• Peningkatan imunisasi dasar lengkap yang belum mencapai 100%

• Peningkatan Layanan imunisasi dimulai dari daerah yang memiliki kasus penyakit tertinggi yang dapat di cegah oleh imunisasi

• Sosialisasi pentingnya pelaporan bayi baru lahir kepada pemrintah • Sarana kesehatan yang merata dan mudah diakses masyarakat 0$

50$ 100$ 150$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

IMUNISASI%BAYI%

(48)

4.1.4.2 Angka Kematian Balita (AKABA)

Grafik 4.9 Kematian Balita Tahun 2007-2011

Kematian balita terjadi penurunan dimulai dari tahun 2010 sampai 2011 yaitu pada

angka 0.4 per 1000 KH. Upaya kesehetan untuk balita dari tahun 2010-2011 bisa dikatakan membaik karena terus tejadi penurunan. Kematian balita akibat sakit seharusnya dapat

dicegah dan walaupun terjadi adanya penyakit, akses pelayanan kesehetan harus mudah dijangkau oleh masyarakat dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang professional.

4.1.4.2.1 Universal Child Immunization(UCI)

Grafik 4.10 Universal Child Immunization Tahun 2007-2011

Indikator program imunisasi salah satunya adalah Persentase Desa/Kelurahan yang

mencapai “Universal Child Immunization” (UCI). Indicator UCI tingkat nasional yaitu 85%, 0.1$

0.5$

0.6$

0.54$

0.4$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

Kema@an%balita%/%1000%KH%

KemaAan$balita$/$1000$KH$

67.17%$ 69.99%$

81.13%$ 84.47%$ 82.45%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

(49)

pada tahun 2011 terjadi penurunan hingga Jawa Barat memiliki angka untuk UCI sebesar 82.45% maka bisa dikatakan sebagian desa/kelurahan belum memberikan pelayanan

imunisasi. Ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah untuk program pengningkatan angka UCI di Jawa Barat karena pelayanan pencegahan penyakit dapat diatas

oleh tingkat pemberian imunisasi. Maka Perlu :

• Pemerataan desa/kelurahan untuk mencapai UCI • Program tiap desa/kelurahan harus mencapai UCI

• Prioritas mencapai UCI dari perdesaan yang memiliki kasus penyakit tertinggi yang dapat dicegah oleh imunisasi

• Sosialisasi imunisasi pada daerah terpencil

• Sosialisasi pentingnya data pelaporan anak untuk pemerintah

4.1.4.2.2 Layanan Kesehatan Balita

Grafik 4.11 Layanan Balita tahun 2007-2011

Pada tahun 2011 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1-4) tahun sebesar 79,91%, sementara target yang harus dicapai 90%. Terjadi penurunan layanan pada kesehatan balita yang dapat mempengaruhi tingkat kematian balita.

• Sarana kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat

• Peningkatan Tenaga medis (spesialisasi anak) yang merata keseluruh lapisan masyarakat

• Peningkatan kualitas layananan baik proses penyembuhan dan procedural • Sosialisasi pentingnya pemeriksaan balita kepada masyarakat secara rutin

83.55%$

79.91%$

(50)

4.1.4.3 Angka Kematian Ibu

Grafik 4.12 Kematian Ibu tahun 2007-2011

Angka kematian ibu terlihat fluktuatif tiap tahunnya. Pada tahun 2011, terjadi

peningkatan angka kematian ibu yaitu 98.9 per 100.000 KH. Sangat memperihatinkan ketika masa ibu hamil, melahirkan, dan nifas harus ada ancaman kematian. Untuk itu, perlu terus

adanya peningkatan pelayanan ibu, imunisasi dan bimbingan agar kesehatan ibu dan anak terus terjaga dengan baik.

4.1.4.3.1 Layanan kesehatan ibu hamil

Grafik 4.13 Layanan Ibu Hamil tahun 2007-2011

"

95.81$

92.4$

97.87$

87.59$

92.9$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

AKI%/%100.000%KH%

0.00%$ 20.00%$ 40.00%$ 60.00%$ 80.00%$ 100.00%$ 120.00%$

2007$ 2008$ 2009$ 2010$ 2011$

Layanan%Kesehatan%Ibu%Hamil%

(51)

Dari data diatas terlihat terus adanya peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya yaitu K1 dan K4. Setiap pelayanan

K1 dan K4 selalu diberikan imunisasi ibu hamil seperti pemberian FE3, TT, TT1 dan TT2, namun pemberian imunisasi ini belum sepenuhnya didapatkan oleh ibu hamil sehingga dapat

menimbulkan kehamilan beresiko. Maka dinkes perlu memperhatikan hal berikut:

• Meningkatkan imunisasi pada ibu hamil

• Untuk terus memantau kehamilan ibu mendekati persalinan maka program-program K4 perlu terus ditingkatkan hingga semua ibu hamil terpantau kehamilannya.

• Tenaga professional untuk ibu hamil harus ditingkatkan sejalan dengan peningkatan layanan K1 dan K4 sehingga ibu hamil mendapat konsultasi me

Gambar

Gambar 2.6. The five perspective of the Public Sector Scorecard "
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Grafik 4.2 Peserta Keluarga Berencana Aktif dan Baru Tahun 2007-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Arikunto (2009: 4) yang menyatakan bahwa : “Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di

Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sun,dkk (2010), antara lain adalah tidak digunakannya variabel ukuran dewan direksi

Melihat kondisi tersebut dimana air tanah banyak digunakan untuk industri, air laut sering pasang tinggi sehingga membanjiri daerah tambak dan buangan industri maupun polutan dari

­ Transfer TENORM untuk kegiatan sejenis  dan tak sejenis ­ Menggunakan bahan mengandung TENORM 

KARTU INVENTARIS BARANG (KIB) E ASET TETAP

Traditional cultures have defined and differentiated people over the years, and globalization has offset this diversity by creating confusion. Indigenous

Sejalan dengan meningkatnya kepedulian manusia terhadap lingkungan hidup dan berkembangnya hukum lingkungan modern pada awal tahun 1970-an, peristiwa Perang Vietnam

Dalam melaksanakan pembinaan, pendampingan, dan pemulihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga