• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 17 MEDAN T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 17 MEDAN T.A 2015/2016."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI KUBUS DAN BALO K DI KELAS VI II S MP

NE GERI 17 MEDAN T.A 2015/2016

Oleh:

Whyta Leli P Damanik NIM. 4122111023

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP

NEGERI 17 MEDAN T.A 2015/2016

Whyta Leli P Damanik (4122111023) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/2016.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimen dengan populasi seluruh siswa SMP Negeri 17 Medan. Sampel dipilih melalui teknik random sampling, diperoleh kelas VIII-5 sebagai kelompok eksperimen A yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas VIII-9 sebagai kelompok eksperimen B yang diajar melalui pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan metode observasi. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan test, dengan test essay sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli baik yang kelas eksperimen A maupun kelas eksperimen B. Data dianalisis dengan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis menggunakan uji-t.

Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen A diperoleh rata-rata pretes 41,3125 dan simpangan baku pretes 11,42278 sedangkan nilai rata-rata postest 84,18 dan simpangan baku postest 10,30. Pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata pretes 38,875 dan simpangan baku pretes 8,928931, sedangkan nilai rata-rata postest 75,75 dan simpangan baku postest 10,08.

Berdasarkan hasil perhitungan data postes siswa diperoleh pada dk

62 dan α = 0,05 diperoleh dan . Karena

maka Ho ditolak dan diterima.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan anugrah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 17 Medan

T.A 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr. Syafari, M.Pd, dan Bapak Drs. W. L Sihombing, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.

(6)

v

lainnya di SMP Negeri 17 Medan yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda M. Damanik dan Ibunda M.br Manurung yang selalu setia memberikan dukungan, doa, bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di UNIMED. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada kedua Abangku Heri Suhendra Damanik dan Polar Yanto Damanik, serta kepada kedua Adikku tersayang Pandi Laba Halomoan Damanik dan Ester Natalia Adventa Damanik yang juga setia memberikan dukungan, semangat dan doa.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku yaitu Hasian Napitu dan Riski Setia Ayu, yang selalu memberikan doa, mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Terimakasih juga kepada teman seangkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, khususnya buat kelas Dik C 2012 atas dukungan dan doanya. Terima kasih juga buat teman-teman Kost Berlina Rubi Yanti Situmorang dan Monalisa Simatupang serta teman-teman PPLT di SMK Negeri 1 Sei Rampah, adik-adik junior dan kakak-kakak senior di Jurusan Matematika yang selalu memberi doa dan mendukung penulis.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Defenisi Operasional 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran

Matematika 10

2.1.2. Masalah dalam Matematika 12

2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 14

2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 16

2.1.5. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika 17

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif 18

(8)

vii

2.2.2. Tujuan dan Implikasi Positif Pembelajaran Kooperatif 19

2.2.3. Sintaks Pembelajan Kooperatif 20

2.3. Pembelajaran Kooperatif STAD 21

2.3.1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

STAD 24

2.3.1.1. Kelebihan Model Pembelajaran STAD 24

2.3.1.2. Kekurangan Model Pembelajaran STAD 25

2.4. Pembelajaran Konvensional 25

2.4.1. Sintaks Pembelajaran Konvensional 26

2.5. Materi Pelajaran 27

2.5.1. Pengertian Kubus 27

2.5.1.1. Sifat-sifat Kubus 29

2.5.1.2. Jaring-jaring Kubus 29

2.5.1.3. Luas Permukaan Kubus 31

2.5.1.4. Volume Kubus 31

2.5.2. Pengertian Balok 32

2.5.2.1. Sifat-sifat Balok 34

2.5.2.2. Jaring-jaring Balok 35

2.5.2.3. Luas Permukaan Balok 36

2.5.2.4. Volume Balok 37

2.6. Kerangka Konseptual 37

2.7. Penelitian Yang Relevan 39

2.8. Hipotesis Penelitian 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 41

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 41

3.2.1. Populasi Penelitian 41

3.2.2. Sampel Penelitian 41

3.3. Variabel Penelitian 41

(9)

viii

3.5. Prosedur Penelitian 42

3.6. Instrumen Penelitian 44

3.7. Validasi Ahli Terhadap Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah 47

3.8. Teknik Analisis Data 47

3.8.1. Untuk Menghitung Mean 47

3.8.2. Untuk Menghitung Simpangan Baku 48

3.8.3. Untung Menghitung Varians 48

3.8.4. Uji Normalitas 48

3.8.5. Uji Homogenitas 49

3.8.6. Hipotesis Penelitian 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 52

4.1.1. Hasil Pretes Matematika Siswa 52

4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 54

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 58

4.2.1. Uji Normalitas Data 58

4.2.2. Uji Homogenitas 59

4.2.3. Uji Hipotesis 60

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 64

5.2 Saran 64

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH 27

Gambar 2.2. Diagonal Bidang Kubus 27

Gambar 2.3. HB merupakan Diagonal Ruang Kubus ABCD.EFGH 27

Gambar 2.4. ACGE nerupakan Bidang Diagonal Kubus

ABCD.EFGH 27

Gambar 2.5. Kubus ABCD.EFGH 29

Gambar 2.6. Jaring-jaring Kubus ABCD.EFGH 30

Gambar 2.7. Jaring-jaring Kubus yang Diperoleh 30

Gambar 2.8. Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus 31

Gambar 2.9. Kubus dan Jaring 31

Gambar 2.10. Kubus Satuan 32

Gambar 2.11. Diagonal Bidang 32

Gambar 2.12. Diagonal Ruang 32

Gambar 2.13. Balok 33

Gambar 2.14. Bidang Diagonal 34

Gambar 2.15. Balok ABCD.EFGH 34

Gambar 2.16. Alur Pembuatan Jaring-jaring Balok 35

Gambar 2.17. Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok 36

Gambar 2.18. Balok dan Jaring 36

Gambar 2.19. Balok-balok Satuan 37

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 44

Gambar 4.1. Histogram Nilai Pretes Kelas Eksperimen A dan Kelas 54

Eksperimen B

Gambar 4.2. Histogram Nilai Postes Kelas Eksperimen A dan Kelas 56

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 5

Tabel 2.1. Alternatif Pemberian Skor Pemecahan Masalah 17

Tabel 2.2. Langkah-langkah Tipe Pembelajaran Kooperatif 20

Tabel 2.3. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 22

Tabel 2.4. Perhitungan Skor Perkembangan 23

Tabel 2.5. Sintaks Pembelajaran Konvensional 26

Tabel 3.1. Desain Penelitian 42

Tabel 3.2. Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 45

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen A dan B 52

Tabel 4.2 Predikat Pretes Kelas Eksperimen A 53

Tabel 4.3 Predikat Pretes Kelas Eksperimen B 54

Tabel 4.4 Data Postes Kelas Eksperimen A dan B 55

Tabel 4.5 Predikat Postes Kelas Eksperimen A 55

Tabel 4.6 Predikat Postes Kelas Eksperimen B 56

Tabel 4.7 Data Postes Aspek Pemecahan Masalah Kelas 57

Eksperimen A Dan Kelas Eksperimen B

Tabel 4.8 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kedua Kelas 57

Tabel 4.9 Ringkasan Rata-rata Nilai Postes Aspek Pemecahan 57

Masalah Kelas Eksperimen A

Tabel 4.10 Ringkasan Rata-rata Nilai Postes Aspek Pemecahan 58

Masalah Kelas Eksperimen B

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 58

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pemecahan 58

Masalah

Tabel 4.13 Data Hasil Uji Homogenitas 60

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 RPP I Kelas Eksperimen A 67

Lampiran 2 RPP II Kelas Eksperimen A 72

Lampiran 3 RPP III Kelas Eksperimen A 76

Lampiran 4 RPP I KelasEksperimen B 80

Lampiran 5 RPP II Kelas Eksperimen B 83

Lampiran 6 RPP III Kelas Eksperimen B 86

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa I 89

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa II 92

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa III 99

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS I 106

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian LAS II 109

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS III 116

Lampiran 13 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah 122

Lampiran 14 Soal Pretes 124

Lampiran 15 Soal Postes 127

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Soal Pretes 130

Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Soal Postes 134

Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 139 (Pretes)

Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 141 (Postes)

Lampiran 20 Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen A dan 143 Kelas Eksperimen B

Lampiran 21 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen A dan 147

Kelas Eksperimen B

Lampiran 22 Data Postes Aspek Pemecahan Masalah Matematika 148

Siswa Kelas Eksperimen A

Lampiran 23 Data Postes Aspek Pemecahan Masalah Matematika 149

(13)

xii

Lampiran 24 Perhitungan Rata-rata, Varians, dan Simpangan Baku 150

Siswa Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B

Lampiran 25 Perhitungan Uji Normalitas Data 157

Lampiran 26 Perhitungan Uji Homogenitas Data 166

Lampiran 27 Perhitungan Uji Hipotesis 169

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan, pendidikan memegang peran penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Mengacu pada konsep pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang, maka dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang dihadapi peserta didik di masa yang akan

datang. Buchori ( dalam Trianto, 2011:5) mengungkapkan: “Pendidikan yang baik

adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.”

Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika memegang peranan penting, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan juga sistematis.. Matematika juga merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional yang harus dibina sejak dini. Seperti yang diungkapkan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) Selalu digunakan dalam berbagai segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran kekurangan; dan (6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

(15)

2

berminat dalam belajar matematika. Abdurrahman (2012 : 202) menyatakan bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar siswa melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) http://litbang.kemdikbud.go.id/,

(16)

3

Fakta diatas sebagai bukti bahwa prestasi siswa Indonesia khususnya di bidang studi matematika masih rendah dan kurang memuaskan, salah satunya disebabkan karena kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah. Pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (Problem Solving), berdasarkan hasil belajar matematika yang semacam itu maka Lerner (dalam Abdurrahman, 2012:204) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah seorang guru bidang studi matematika (Darwani Harahap, S.Pd) di SMP Negeri

17 Medan (Senin, 18 Januari 2016) menyatakan bahwa “Siswa mengalami

kesulitan jika diberi soal yang bervariasi dan berbeda dari contoh yang diberikan. Hal ini disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Selain itu, model pembelajaran yang diterapkan tidak bervariasi dan masih menggunakan pembelajaran konvensional karena kurangnya pemahaman terhadap model-model pembelajaran sehingga membuat siswa malas dan menjadi cepat bosan dalam proses

pembelajaran.” Kepada beberapa siswa juga diadakan wawancara. Mereka

menyatakan bahwa “Matematika merupakan pelajaran yang sulit, kurang diminati, membosankan dan hanya terdapat beberapa siswa saja yang turut aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang monoton dan terkesan menegangkan. Sejalan dengan pendapat Trianto (2011:5) mengemukakan bahwa:

(17)

4

memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut ternyata model pembelajaran yang digunakan oleh guru secara umum masih bersifat teacher oriented. Sebagian besar kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep-konsep dari materi yang diajarkan sementara siswa hanya mendengarkan dan membahas soal dari guru akibatnya siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Armanto ( dalam Herman, 2007:48) menyatakan bahwa “tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia.” Selanjutnya Herman menambahkan bahwa “Pembelajaran matematika yang bercirikan: berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk), siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat dan

menyalin.” Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak mengakomodasi

pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi matematika. Akibatnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

Selanjutnya peneliti memberikan tes awal kemampuan pemecahan masalah kepada 27 siswa SMP Negeri 17 Medan dalam bentuk soal uraian. Soal yang digunakan yaitu:

1. Whyta ingin membuat kerangka balok yang memiliki ukuran panjang 10 cm,

lebar 5 cm, dan tinggi 7 cm dengan kawat besi. Jika Whyta memiliki kawat besi sepanjang 3 m, berapa banyak kerangka balok yang dapat dibuat Whyta dan berapa sisa kawat besi yang dimiliki Whyta ?

2. Penampung air berbentuk kubus dengan panjang 4 m. Arum ingin penampung

air baru berbentuk kubus yang dapat menampung 61 m3 air lebih besar dari

(18)

5

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang melakukan kesalahan dan menyelesaikan soal uraian di atas, seperti pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal

No Hasil Pekerjaan Siswa Analisis Kesalahan

1 Tidak mampu

melaksanakan

pemecahan masalah

dimana siswa

tersebut

menggunakan rumus yang tidak tepat. Siswa juga kurang mampu

mengonversikan satuan dengan tepat.

2 Tidak mampu

melaksanakan

pemecahan masalah

dimana siswa

tersebut tidak

memahami soal

dengan baik.

(19)

6

yang mengalami kesulitan dalam memisalkan mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika (membuat model), dan kurangnya pengetahuan dasar yang seharusnya dimiliki untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Juga disebutkan dalam Minarni (2013):

Rendahnya kemampuan Pemecahan Masalah Matematik telah menarik perhatian banyak peneliti di berbagai belahan dunia. Sebagai peneliti menemukan kesulitan siswa memecahkan masalah diakibatkan oleh minimnya pengetahuan dasar matematik yang seharusnya dimiliki siswa, serta tidak terampilnya siswa memilih dan menerapkan pengetahuan (aplying knowleadge) yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas memecahkan masalah.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang direncanakan adalah melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Rusman (dalam

Istarani, 2015: 55) menyatakan bahwa “Dalam STAD, siswa dibagi dalam

kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya”.

Dengan menerapkan model pembelajaran STAD, suasana belajar yang ditimbulkan akan lebih terasa menyenangkan karena siswa belajar dan saling bertukar pikiran dengan temannya sendiri. Selain itu, diharapkan juga siswa bisa berpikir kreatif melalui interaksi dengan teman sehingga dapat menyelesaikan masalah yang sistematis.

Dari beberapa kutipan di atas menjelaskan begitu penting arti dan peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka peneliti perlu

melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas

(20)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Negeri 17

Medan masih rendah.

2. Pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan yang masih

bersifat konvensional.

3. Kurangnya minat siswa Indonesia dalam belajar matematika.

4. Prestasi belajar siswa Indonesia dalam bidang studi matematika masih

rendah.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Medan pada materi kubus dan balok masih rendah,sehingga menjadi kendala dalam proses pembelajaran matematika dan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran yang efektif dan bervariasi.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional pada pokok materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/2016?

1.5. Tujuan Penelitian

(21)

8

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

2. Bagi calon guru/ guru matematika

Sebagai sumber informasi dalam menentukan alternatif model pembelajaran pada materi kubus dan balok.

3. Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

1. Model Student Teams Acievement Division (STAD) adalah model

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan 4 - 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Langkah - langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain (1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) Menyajikan informasi, (3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok- kelompok belajar, (4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) Evaluasi, dan (6) Memberikan penghargaan.

2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang pada umumnya

(22)

9

tulis (siswa bekerja secara individual atau bekerja sama dengan teman yang duduk disampingnya), (7) Siswa mencatat materi yang diterangkan dan diberikan tugas rumah.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika secara tertulis adalah

kemampuan atau kesanggupan dalam membangun suatu kretivitas, pengertian dan imajinasi yang digunakan untuk menghadapi masalah matematis secara tertulis dan menyelesaikannya. Indikator kemampuan pemecahan masalah antara lain (1) mampu memahami masalah, (2)

mampu merencanakan penyelesaian, (3) mampu melaksanakan

(23)

64

64 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan temuan di lapangan yang

diuraikan pada bagian sebelumnya, hasil pengujian taraf signifikan dan

dk = n1 + n2 – 2 = 62 dengan thitung = 3,31 dan ttabel = 1,669. Dengan demikian thitung

> ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen A dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen B pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain :

1. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Negeri 17 Medan disarankan untuk

saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.

2. Kepada Guru matematika, dapat menjadikan pembelajaran kooperatif tipe

STAD ataupun pembelajaran konvensional sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

3. Kepada peneliti lanjutan, hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan

(24)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Anak berkesulitan belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Herman, H., (2007), Paradigma Baru Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit UM Press. IKIP Malang.

Husna., Ikhsan, M., dan Fatimah, Siti., (2013), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink-Pair-Share (Tps), Jurnal Peluang 1 : 84.

Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Istarani., (2015), 50 Tipe Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Media Persada, Medan.

..., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persada, Medan.

Jihad, Asep., (2013), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Multi Pressindo, Yogyakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2011), Survei Internasional TIMSS, http://litbang.kemdikbud.go.id/. (Accessed 20 Januari 2015)

Nazir, M., (2009), Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bandung.

Sabri, Ahmad., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Quantum Teaching, Ciputat.

Slameto., (2013), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana., (2008), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.

(25)

66

Susanto., (2012), Model-Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit PAU-PPAI, Jakarta

Trianto., (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Kencana, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.1 Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal

Referensi

Dokumen terkait

Governance as a socio cybernetic system , artinya dampak hasil kepemerintahan (kebijakan pemerintah) bukanlah produk dari apa yang dilakukan (tindakan )

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 855.. Lokasi/Kewenangan/Program/Satker/Kegiatan

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum

Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan

1) Jaringan irigasi primer, yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas: bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi,

Syarat yang perlu diperhatikan dalam langkah awal usaha penggemukan sapi potong adalah : (1) keseragaman sapi, dalam hal ini menyangkut keseragaman tipe, umur

“ PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS BARIUM FERRUM TITANAT (BFT) DENGAN METODE SOL GEL ” adalah hasil kerja saya atas arahan pembimbing dan sepengetahuan saya hingga saat

[r]