• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah dicantumkan dalam Bab IV, ditarik beberapa kesimpulan seperti yang terurai di bawah ini:

1. Kebermaknaan hidup Mamat sebagai remaja yang orangtuanya bercerai Mamat sebagai remaja yang orangtuanya bercerai mampu memaknai hidupnya, yaitu Mamat mampu menunjukkan kebebasan berkehendak, hasrat hidup bermakna dan makna hidup dalam dirinya yang terealisasi melalui nilai kreativitas, nilai eksperiensal dan nilai bersikap. Kebebasan berkehendak pada diri Mamat terwujud melalui sikap positifnya dalam memandang dirinya sendiri, dunia atau pengalamannya dan masa depannya. Hasrat hidup bermakna dalam diri Mamat tetap ada walaupun dalam situasi tegang antara kenyataan yang ada pada diri Mamat dengan ketidakharmonisan dalam keluarganya. Mamat percaya apapun yang terjadi pada keluarganya Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik dan ia tidak mau menyia-nyiakan hidupnya. Dari penemuan dirinya, Mamat

berusaha menjadi orang yang berharga dan dewasa dalam menjalani hidupnya dengan berinisiatif sendiri membantu tugas ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Makna hidup Mamat dapat dilihat dari tujuan hidupnya yang positif, yaitu keinginannya untuk membahagiakan semua orang yang ada di dekatnya, termasuk kedua orangtuanya.

Kebermaknaan hidup Mamat juga terlihat dari realisasi nilai kreativitas, nilai eksperiensial dan nilai bersikap yang terwujud dalam kehidupannya. Nilai kreatif dalam diri Mamat terwujud melalui usahanya membantu pekerjaan rumah yang didasari rasa kasih pada ibu dan perasaan untuk meringankan beban ibu yang selalu pulang larut malam demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Nilai pengalaman Mamat terwujud pada keyakinannya terhadap nilai keberanian, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan serta cinta kasih, dimana nilai-nilai tersebut membawa dirinya untuk tidak tenggelam dalam keterbatasannya dan menjadikan hidupnya bermakna. Nilai bersikap itu terwujud pada diri Mamat yang mampu menerima keterbatasannya. Hal ini dapat terlihat dari pandangan Mamat yang awalnya sempat menyalahkan kedua orangtuanya dan dengan berjalannya waktu pandangan itu berubah dan Mamat semakin menyayangi ibunya serta berusaha bahwa kehadirannya dapat memberikan semangat pada ibunya.

2. Kebermaknaan hidup Gogok sebagai remaja yang orangtuianya bercerai Gogok sebagai remaja yang orangtuanya bercerai kurang mampu memaknai hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari kebebasan berkehendak,

hasrat hidup dalam dirinya yang terisolasi melalui nilai kreativitas, nilai eksperiential dan nilai bersikap. Gogok mempunyai kebebasan berkehendak dalam keterbatasannya, yaitu situasi yang dialaminya berbeda dengan apa yang diharapkannya. Kebebasan berkehendak Gogok terwujud pada pandangan negatif terhadap dirinya sendiri, dunia atau pengalamannya dan masa depannya. Gogok yakin bahwa setelah kedua orangtuanya bercerai, mereka sudah tidak mau peduli pada Gogok. Hal ini membuat Gogok juga tidak peduli pada dirinya sendiri, dunia atau pengalamannya dan masa depannya.Gogok berpikir dengan adanya keterbatasan hidup yang dialaminya, ia yakin bahwa dirinya tidak mempunyai harapan dan masa depan lagi. Pandangan itu terus dikembangkan Gogok sehingga ia memilih untuk bersikap menyerah dan membiarkan dirinya hanyut dalam pergaulan yang kurang baik, seperti: minum minuman keras, ngepil, ngganja, tawuran dan pergi dari rumah. Hasrat hidup bermakna yang ditunjukkan Gogok adalah harapannya untuk menyatukan kedua orangtuanya kembali. Harapan itu tidak terpenuhi dan Gogok berusaha menjadi orang yang mampu menikmati hidup, ia berusaha mencari makna di tengah teman-temannya yang membawa Gogok pada pergaulan yang kurang baik. Gogok masih memiliki makna hidup dalam dirinya walaupun kadarnya kecil. Ketika Gogok mulai menyadari bahwa ternyata kedua orangtuanya masih peduli dengan dirinya, Gogok mulai berproses. Ia berproses dari hidupnya yang tidak baik menjadi lebih baik.

Gogok juga termotivasi untuk hidup yang bahagia dan berusaha meraih cita-cita dan masa depannya serta berusaha menerima kenyataan hidup.

Kekurangmampuan Gogok memaknai hidupnya juga terlihat dari realisasi nilai kreativitas, nilai eksperiensial dan nilai bersikap yang terwujud dalam kehidupannya. Nilai-nilai kreativitas yang dimiliki Gogok walaupun kadarnya kecil, yaitu Gogok berusaha mengurangi hal negatif pada dirinya, Gogok berusaha terbuka pada orangtuanya, meningkatkan prestasi belajar dan menjadi Gogok yang baik seperti dulu. Nilai pengalaman Gogok terwujud pada keyakinannya yang baru saja ia temukan. Gogok percaya bahwa Tuhan itu Maha Adil dan tidak mungkin Ia berlaku tidak adil pada umatNya, pasti suatu saat akan ada jalan keluarnya. Nilai bersikap yang ditunjukkan Gogok terwujud setelah kegagalannya tidak naik kelas. Gogok mulai berusaha menerima kenyataan hidupnya, mengubah pandangannya yang semula penuh penderitaan menjadi bermakna.

3. Kebermaknaan hidup Lala sebagai remaja yang orangtuanya bercerai Lala sebagai remaja yang orangtuanya bercerai mampu memaknai hidupnya dan ia memilih untuk tidak tenggelam dalam keterbatasan hidupnya. Kebermaknaan hidup Lala terlihat dalam kebebasan berkehendak, hasrat hidup bermakna dan makna hidup yang ia pilih dan terealisasikan dalam nilai kreativitas, nilai eksperiensial dan nilai bersikap. Kebebasan berkehendak dalam diri Lala terwujud dalam pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri, dunia atau pengalamannya dan masa

depannya. Lala ingin membuktikan diri pada ayahnya. Lala mengawali pembuktian itu dengan menyiapkan diri menghadapi ujian nasional. Lala ingin dapat mengerjakan ujian dengan baik, lulus dengan nilai yang baik, mencari kerja dan membahagiakan ibu meringankan beban hidupnya. Pandangan positif yang dimiliki Lala mampu mendasari dirinya untuk menerima dengan baik kenyataan hidupnya. Lala tidak pernah berpikir sedikitpun untuk menghabiskan waktu dengan hal yang tidak bermanfaat dan membuang waktu. Lala menghabiskan waktunya dengan membantu ibu berjualan kue keliling. Hasrat hidup bermakna ditunjukkan Lala dengan menghabiskan waktunya berjualan kue keliling. Lala melakukan hal itu dengan penuh semangat sebagai usahanya menjadi orang yang mampu menikmati hidup dan Lala tidak mau tenggelam dalam penderitaan batinnya. Makna hidup itu sendiri terlihat dari semangat Lala dalam menjalani hidupnya.

Kebermaknaan hidup pada diri Lala juga didukung dengan nilai kreativitas, nilai eksperiensial dan nilai bersikap yang ditunjukkan Lala dalam kehidupannya. Nilai kreativitas ditunjukkan Lala dengan kegiatan bersekolah dan membantu ibu berjualan kue keliling. Nilai eksperiensial ditunjukkan Lala dengan keyakinannya terhadap nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan serta cinta kasih. Lala yakin bahwa semua orang yang ada di sekitarnya mencintai dan menyayangi Lala. Nilai bersikap ditunjukkan Lala dengan berusaha

merubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Lala berusaha menjalankan sholat dengan rajin.

4. Kebermaknaan hidup Titi sebagai remaja yang orangtuanya bercerai Titi sebagai remaja yang orangtuanya bercerai memilih hal yang sama dengan Lala. Titi memilih untuk tidak tenggelam dalam keterbatasannya dan ia mampu memaknai hidupnya dengan baik. Kebermaknaan hidup Titi terlihat dalam kebebasan berkehendak, hasrat hidup bermakna dan makna hidup yang ia miliki serta terealisasi dalam nilai kreativitas, nilai eksperiensial dan nilai bersikap. Kebebasan berkehendak dalam diri Titi terwujud pada pandangan diri, dunia atau pengalamannya dan masa depannya yang positif. Tidak dipungkiri bahwa sebelum pandangan positif itu muncul, Titi sempat memiliki pandangan diri yang negatif. Titi berusaha mengubah nasibnya agar lebih baik dari keadaannya yang sekarang. Titi memperjuangkan itu semua untuk kebahagiaan ibu dan dirinya. Titi menyadari bahwa ayahnya sudah menjadi orang sukses, tetapi Titi memilih untuk bisa menjadi dewasa dan tidak berharap pada ayahnya. Titi juga percaya bahwa orangtuanya sangat mencintainya. Pandangan Titi yang positif ditunjukkan pula dengan sikap yang positif. Hasrat hidup bermakna pada diri Titi ditunjukkan dengan bersikap positif dan mampu menikmati hidupnya dengan kegiatan positif. Makna hidup pada diri Titi ditunjukkan dengan perasaan senang dan syukur karena ia masih bisa merasakan kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri serta ia mampu mengambil hikmah dari penderitaannya.

Kebermaknaan hidup Titi juga didukung dengan nilai kreativitas, nilai pengalaman dan nilai bersikap. Nilai kreativitas yang dapat ditemukan dalam diri Titi adalah ia mampu melakukan kegiatan positif dalam kesehariannya. Titi percaya bahwa apabila ia melakukan hal yang baik untuk ibunya, berarti hal tersebut juga baik untuknya. Nilai pengalaman Titi terwujud dari sikap Titi menjalani aturan agamanya dengan sungguh-sungguh. Titi yakin terhadap nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan serta cinta kasih. Nilai bersikap pada diri Titi dapat dilihat dari caranya mengurungkan niat untuk melampiaskan kekecewaannya ke hal negatif. Titi lebih memilih mengisi waktunya dengan bekerja, mengikuti karang taruna, membantu group band teman dan berjualan aqua.

Dari keempat responden dapat ditarik kesimpulan bahwa satu responden kurang mampu memaknai hidupnya dan tiga responden mampu memaknai hidupnya. Kesimpulan dari para responden mendukung teori Frankl, yang berpendapat bahwa hasrat yang paling mendasar dari setiap manusia yaitu hasrat untuk hidup bermakna. Apabila hasrat itu dapat dipenuhi, kehidupan akan dirasakan berguna, berharga dan berarti. Sebaliknya apabila tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak bermakna. Mamat, Lala dan Titi lebih menunjukkan hidupnya berguna, berharga dan berarti, sedangkan Gogok lebih menunjukkan hidupnya tidak berguna karena hasratnya tidak terpenuhi.

Ketiga responden, yaitu: Mamat, Lala dan Titi lebih menunjukkan kekuatan atau ketahanan diri dalam mengatasi keterbatasannya. Bagi ketiga responden, perceraian orangtuanya merupakan contoh situasi yang sangat buruk, yang dapat menimbulkan keputusasaan dan penderitaan. Tetapi situasi tersebut memberikan kesempatan pada mereka untuk menemukan arti, sehingga mereka mampu berpandangan positif, berpikiran dewasa dan bersikap positif. Mereka bersama-sama berusaha untuk menunjukkan bahwa hidupnya mampu menjadi lebih baik dari situasi nyata mengenai kedua orangtuanya.

Selain itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa kosep dasar Logotherapy yang dikembangkan oleh Victor Frankl sudah tepat untuk mengungkapkan dan mengumpulkan data mengenai makna hidup orang Indonesia. Konsep dasar yang dikembangkan Frankl, walaupun dikembangkan di Wina tetapi mampu dilaksanakan di Indonesia, karena konsep dasar yang dikembangkan mengacu pada masa depan, dimana individu diajak untuk optimis menghadapi masa depan betapa pun kendala yang dihadapi cukup berat.

Konsep dasar yang dikembangkan Frankl mengajak individu untuk berpikir secara rasional, sehingga individu tersebut mampu mengolah perasaannya dengan lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan munculnya pandangan positif yang baru pada diri individu (pandangan diri, pengalaman dan masa depannya), setelah mereka mengalami penderitaannya. adanya pandangan baru tersebut mengajak individu untuk mampu mengambil keputusan dan sikap-sikap dalam hidup.

Konsep dasar dari Frankl juga lebih mudah dipahami, karena konsep tersebut sudah dijabarkan dengan lebih spesifik, baik ditinjau dari landasan filosofi logoterapi maupun sumber-sumber makna hidup. Logoterapi yang dikembangkan Frankl juga sangat cocok dengan budaya Indonesia yang kental dengan spiritualnya, karena Frankl mengakui dimensi kerohanian, selain dimensi ragawi dan kejiwaan.

Dokumen terkait