• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalama perkara No. 1455/K/PDT/2007 ada 3 (tiga) hal penting yang menjadi dasar dari

pihak tertanggung memperkarakan masalah asuransi yang dialaminya, yaitu; A. penggugat terlambat mengajukan Klaim Asuransi karena berdasarkan ketentuan Polis Asuransi, klaim harus diajukan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak terjadinya peristiwa yang menimpa objek asuransi. B. Berdasarkan laporan survey dari loose Adjuster, kerugian yang dialami oleh tertanggung adalah disebabkan oleh pencurian dengan kekerasan (perampokan) dan kerugian tersebut tidak ada diatur dalam jaminan Polis Asuransi dan Perluasan Jaminan Kode 4.1.A. C. Polis-polis atas nama Penggugat tersebut telah jatuh tempo pada tanggal 30 Desember 2000 dan tanggal 13 Januari 2001, sudah tidak diperpanjang lagi. Dalam usahanya mencari keadilan hingga ke tingkat Mahkamah Agung, pada akhirnya Mahkamak Agung dalam putusannya menetapkan dalam perkara No.1455/K/PDT/2007 bahwa PT. ASURANSI WAHANA TATA telah melakukan tindakan wanprestasi. Pihak PT. ASURANSI WAHANA TATA menolak membayar klaim asuransi dengan alasan peristiwa yang terjadi pada tanggal 11,24 dan 26 Desember 2000 adalah pencurian dengan kekerasan bukan penjarahan atau huru-hara sesuai dengan polis asuransi tentang perlindungan perluasan. Dengan mengabulkan pemohonan kasasi PT.WIRA PERCA. Mahkamah Agung berpendapat bahwa kejadian yang terjadi pada tanggal 11,24 dan 26 Desember 2000 merupakan penjarahan atau huru-hara bukan merupakan perampokan dengan kekerasan dan menyatakan perbuatan tergugat (PT. ASURANSI WAHANA TATA) yang tidak bersedia membayar klaim adalah perbuatan wanprestasi. Oleh karena itu pihak penanggung atau PT. Asuransi Wahana Tata

diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak tertanggung senilai Rp. 22.328.608.665,00,- (dua puluh dua Milyar tiga ratus dua puluh delapan juta enam ratus delapan ribu enam ratus enam puluh lima rupiah)

2. Pentingnya Menambahkan klausula perlindungan perluasan (extension coverge) terhadap

keadaan force majeure dalam Asuransi sangatlah penting karena adalah sebagai bentuk

perlindungan terhadap pemegang polis. Perlindungan perluasan terhadap keadaan force

majeure ini seperti yang dimaksud sebelumnya adalah bukan hanya terhadap peristiwa dari guncangan keadaan alam yang mengakibatkan terhalangnya suatu kegiatan tertentu

namun juga diakibatkan diluar dari keadaan alam atau God acts yaitu seperti ekonomi dan

situasi politik. Menambahkan klausula ini dengan tujuan memberikan perlindungan asuransi yang efektif kepada tertanggung. Halangan-halangan di dalam polis yang harus ditambahkan klausulnya adalah suatu halangan yang bersifat:

a. Tidak dapat diperhitungkan kehadirannya dari peristiwa force majeure tersebut ketika

kontrak tersebut disepakati

b. Terjadinya bukan merupakan akibat kesalahan ataupun diakibatkan oleh tindakan

debitu sendiri

c. Halangan tersebut berada diluar dari kemampuan debitur tersebut untuk mengatasinya

Penambahan klausula terhadap perlindungan perluasan terhadap keadaan force

majeure dengan mencantumkan fleksibilitas dari pelaksanaan suatu prestasi. Hal ini diakibatkan karena perubahan-perubahan prestasi tersebut dapat pula mengakitbakan perubahan-perubahan pada bentuk pelaksanaan dari prestasi itu sendiri dari hal-hal yang telah disepakati sebelumnya. Salah satu klausula yang dapat ditambahkan adalah dengan membuka kesempatan untuk menegosiasikan ataupun merevisi kembali pola pelaksanaan prestasi yang tertunda, misalnya konsekuensi harga kontrak ataupun cara pengiriman barang tersebut, atau juga pengaturan tentang konsekuensi pelaksanaan kontrak tersebut

dalam hal langkah ataupun pembicaraan untuk merevisi kontrak tersebut ternyata tidak berhasil disepakati

3. Penyelesaian sengketa asuransi dapat dilakukan dengan cara melalui litigasi dan non-

litigasi. Melalui pengadilan disebut dengan cara litigasi dimana suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan dan putusannya bersifat mengikat. Melalui pengadilan dilakukan dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan negeri setempat kemudian dilanjutkan sesuai dengan hukum acara perdata sesuai dengan HIR/RBG. Lembaga peradilan memberikan kesempatan dengan beberapa tahap yaitu tahap di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi (banding) dan Mahkamah Agung (kasasi). Apabila dimungkinkan, salah satu pihak jugadapat melakukan Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung. Penyelesaian sengketa asuransi berikutnya dapat dilakukan melalui non-litigasi yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. Negosiasi adalah cara dimana kedua belah pihak yang bersengketa melakukan pembicaraan secara dua arah tanpa ada pihak ketiga yang menjadi penengah. Cara ini dilakukan dengan proses tawar menawar untuk mencapai kesepakatan yang diinginkan. Negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda. Mediasi adala cara dimana kedua belah pihak yang bersengketa ditengarai oleh pihak ketiga yang fungsinya bertujuan untuk memberi masukan-masukan kepada pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan sengketa yang ada. Mediasi dalam asuransi disebut dengan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI). Konsiliasi adalah cara dimana para pihak yang bersengketa melibatkan pihak ketiga dalam upaya memberikan masukan secara memaksa agar dipatuhi dan menjalankan apa yang diputuskan oleh pihak ketiga tersebut. Arbitrase adalah cara dimana para pihak yang bersengketa memilih suatu lembaga yang memiliki putusan yang berkekuatan hukum tetap sehingga tidak dapat dibanding atau dikasasi.

B. Saran

1. Dalam putusan Mahkamah Agung No.1455/K/PDT/2007 PT. WIRA PERCA menganggap

PT. ASURANSI WAHANA TATA melakukan tindakan wanprestasi. Apabila dipahami dalam perkara ini, pentingnya meletakkan klausula perlindungan perluasan terhadap objek

asuransi adalah sangat penting. Kalau dipahami kembali, suatu peristiwa atau evenemen

yang berupa peristiwa yang menjadi penyebab terjadinya kerugian merupakan bagian dari teori kausalitas, akan tetapi penyebab timbulnya kerugian tidak selalu sesuai dengan evenemen yang diperjanjikan dalam polis namun dapat terjadi karena peristiwa yang lain. Dalam hal ini, pihak asuransi harus memahami mengenai perlindungan perluasan atas suatu objek asuransi, hal ini bukan saja dikarenakan tanggung jawab hukum yang tertera

dalam polis namun juga tanggung jawab moril, dengan demikian akan memberikan good

coorporate gorvenence dalam suatu perusahaan juga. Pentingnya pemahaman akan perlindungan perluasan atas suatu objek asuransi sudah saatnya diberlakukan ketika calon pemegang polis akan membentuk perjanjian dengan perusahaan asuransi.

2. Pentingnya menambahkan klausula perlindungan perluasan (extension coverge) terhadap

Keadaan force majeure dalam asuransi adalah dengan tujuan memberikan perlindungan

objek asuransi pemegang polis secara efektif dan maksimal. Ketidakpedulian perusahaan asuransi terhadap klausula perlindungan perluasan adalah sangat tidak baik dan tidak menunjukkan itikad baik kepada pemengan polis karena hanya demi tujuan kepentingan dan keuntungan sepihak dengan merugikan pemegang polis. Oleh karena, klausula perlindungan perluasan sudah sebaiknya ditambahkan dengan tujuan agar tidak munculnya sengketa dikemudian hari sehingga akan menyulitkan kedua pihak.

3. Penyelesaian sengketa dalam asuransi dapat dilakukan berbagai cara, yaitu secara litigasi

dan non-litigasi, akan tetapi penyelesaian secara non litigasi adalah yang lebih disarankan. Hal ini mengingat apabila melalui cara pengadilan akan memakan banyak waktu yang

cukup banyak dan juga memakan biaya yang tidak sedikit. Penyelesaian secara non- litigasi adalah lembaga yang dapat dilakukan dengan waktu yang cepat dan tidak memakan biaya yang banyak. Hal ini disebabkan dalam penyelesaiannya, aspirasi kedua belah pihak saling diperdengarkan dan hasilnya akan memberikan hasil yang memuaskan karena seusai dengan kedua belah pihak yang bersengketa. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa secara non-litigasi adalah penyelesaian yang sangat dianjurkan.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Al-Bugha, Mustafa Dib. Buku Pintar Transaksi Syariah (Menjalin Kerja Sama Bisnis dan

Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam. Jakarta. Al-Hikmah. 2010

Ali, H. Zainuddin. Metode Penelitian Hukum.Sinar Grafika. Jakarta. 2009

Ali, Zainuddin. Hukum Asuransi Syariah. Sinar Grafika. Jakarta. 2008.

Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Alumni. Bandung. 2005

... KUHPerdata Buku III. Alumni. Bandung. 2006.

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandru. Bank dan Lemabga Keuangan Lain. Salemba .

Jakarta. Empat. 2006

Djazuli, A. dan Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan). Cetakan ke-1. Bab IV. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.2010.

Fuady, Munir. Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis.Cetakan Ketiga. PT.

Citra Aditya Bakti. Bandung .2007

Gunanto, H. Asuransi Kebakaran di Indonesia. Logos Wacana Ilmu. Tanggerang. 2003

Hartono, Sri Rezeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. cetakan keempat. Sinar

Grafika. Jakarta. 2008

Hidayat, Wahyu. “Polis Asuransi Jiwa sebagai Jaminan untuk Mendapatkan Kredit pada

Perbankan”. skripsi. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Medan. 2009.

HS, Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. Edisi Sinar Grafika. Jakarta. 2008

... Hukum Kontrak.Sinar Grafika. Jakarta. 2008.

Irawan, Candra. Aspek Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan.

Mandar Maju. Bandung. 2010.

Meliala, Djaja S. Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan.

cetakankedua.Nuansa Aulia. Bandung. 2006

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Asuransi Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

2006.

Muis, Abdul. Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian. Fakultas Hukum

Muslehuddin, Muhammad. Insurance Law and Islamic Law.(Terjemahan oleh Burhan Wirasubrata). Menggugat Asuransi Modern: Mengajukan suatu alternatif baru dalam prespektif hukum islam. Cetakan ke-I. Lentera. Jakarta. 1999.

Naja, Daeng. Contract Drafting. PT Citra Aditya Bakti. Bandung. 2006.

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi Indonesia. Penerbit Intermasa. Jakarta. 1996.

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. cetakan keenam. Bandung. Citra Aditya Bakti. 2006

... Hukum Perjanjian di Indonesia. Pustaka Yustisia. Yogyakarta.

2009.

Rastuti, Tuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. Pustaka Yustisia. Yogyakarta. 2011

Salim, Abbas. Asuransi dan Manajemen Resik. .Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2000.

Sastrawidjaja, Man Suparman. Aspek – Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga. Alumni.

Bandung. 2003

...Man Suparman. Hukum Asuransi. Alumni. Bandung. 2004.

Sembiring, Jimmy Joses. Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan: negosiasi.

mediasi. konsiliasi & arbitrase. Transmedia Pustaka. Jakarta. 2001.

Sidjaja, Gunawan. Memahami Prinsip Keerbukaan dalam Hukum Perdata. PT. RajaGrafindo

Persada. Jakarta .2006.

Simanjuntak, PNH. Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia.Djambatan. Jakarta. 2009

Simanjuntak, Ricardo. Hukum Kontrak: Teknik Perancangan Kontrak Bisnis. edisi kedua.

PT. Gramedia. Jakarta.2010.

Sjahdeini, Sutan Remi. Asas Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Institut Bankir Indonesia. Jakarta. 1993.

Suhendi, H.Hendi dan Deni K. Yusuf. Asuransi Tkaful (dari teoritis ke praktis).Mimbar

Pustaka. Bandung. 2005

Syaifuddin, Muhammad. Hukum Kontrak. Bandung: Mandar Maju. 2012.

Umam, Khotibual. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. PT. Suka Buku. Jakarta 2010.

Wardana, Kun Wahyu. Hukum Asuransi:Proteksi Kecelakaan Trasnportasi. Mandar Maju.

Bandung. 2009

Sumber Online

“Pengertian dan Sejarah Asuransi”, 14 September 2010, dalam http://asuransiaja.blogspot.com/2012/08/pengertian-dan-sejarah

asuransi.html#.UWRB4OyhjIU, terakhir diakses pada 9 April 2013

“Produk Asuransi Adira Insurance”, dalam http://www.asuransi.adira.co.id/Products/Autocillin/AutocillinProductInformation/tab

id/92/language/id-ID/Default.aspx , diakses pada 10 November 2013

“Pengertian analisis data”, dalam http://fattkhy.blogspot.com/2011/01/pengertian-analisis- data.html?m=1”, diakses pada tanggal 28 November 2013

“Tips mencermati polis asuransi kendaraan”, dalam http://m.merdeka.com/otomotif/tips-

mencermati-polis-asuransi-kendaraan.html, diakses pada tanggal 28 November 2013. 

“Teknik pengumpulan data tesis hukum” , dalam http://www.pusattesis.com/teknik- pengumpulan-data-tesis-hukum/, diakses tanggal 3 Desember 2013.

Dokumen terkait