• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai proses agribisnis komoditas stevia di sentra pengembangan bibit dan produk stevia di Desa Cibodas Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung Barat diketahui bahwa :

1. Preferensi petani pelaku usahatani stevia di dua sentra pengebangan stevia Jawa Barat masih belum mau menggunakan stevia bibit hasil mutasi in vitro dikarenakan

- Harga mahal

- Daun tidak banyak dan relatif tipis

- Batang Besar dan Batang belum begitu kuat sehingga mudah roboh

- Perlakuan harus hati-hati dan membutuhkan waktu yang lebih pengawasan.

- Proses panen bibit in vitro berbeda dengan bibit yang sekarang digunakan, jika pemotongan terlalu bawah atau sama dengan bibit yang saat ini digunakan maka bibit hasil in vitro sekali panen kemungkinan akan mati. Selain itu petani belum mau mengambil resiko dari bibit baru sebelum diperlihatkan (demplot) penggunaan bibit di lokasi petani.

2. Perbandingan pendapatan petani antara menggunakan bibit yang saat ini dan bibit hasil mutasi in vitro terdapat perbedaan. Perbandingan ini mengabaikan biaya yang diakibatkan pengadaaan bibit menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan, untuk periode penanaman 1 tahun dengan panen 6 kali setahun pendapatan dengan bibit yang saat ini menghasilkan nilai bersih tahun petama sebesar Rp. 879.000,- sedangkan dengnan bibit hasil mutasi in vitro dengan proses full control dan pengawasan yang ketat dan proses panen yang berbeda menghasilkan pendapatan Rp. 2.987.333,-.

3. Sistem kelembagaan petani pelaku pengembangan stevia baik di Desa Cibodas maupun Desa Mekarsari masih dilakukan oleh individu dan bukan kelompok meskipun di Desa Cibodas mengatasnamakan kelompok tapi legal formal kelompok belum ada. Di Desa Cibodas pengebangan lebih kepada ujicoba bibit dan produk hasil sedangkan di Desa Mekarsari pengebangan dilakukan lebih kepada memperbanyak dan memperluas usaha

dan pengembangan pasar dengan bekerjasama dengan perusahaan eksportir. Namun kedua Desa sentra penghasil stevia memerlukan pendampingan lebih lanjut dalan membuat dan mengatur manajemen kelembagaan.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan analisis usahatani secara kompresensif terhadap komoditas stevia yang dikelola oleh petani sehingga luaran kebutuhan biaya dan keuntungan usahatani semakin jelas.

2. Perlunya penguatan kelembagaan baik di Desa CIbodas maupun di Desa Mekarsari sebagai sentra pengebangan stevia Jawa Barat.

3. Perlunya membangun sinergi antar sentra produksi terutama di Jawa Barat seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. Saat ini petani stevia di Cianjur mendistribusikan produk hasil ke Kabupaten Garut karena perusahaan eksportir mempunyai gudang dan mesin di daerah Cikajang.

4. Stevia merupakan komoditas baru sehingga memaasyarakatkan stevia sebagai komoditas ustam mengalami kesulitan sehingga perlu di perhatikan kontinyuitas produk dari petani ke perusahaan mitra.

5. Belum adanya kebijakan produksi dan pengolahan lebih lanjut hasil stevia di tingkat petani yang tentunya membutuhkan bantuan dan kerjasama dari pemerintah pusat maupun daerah.

REFERENSI

Almekinders, C.J.M., Thiele, G., Danial, D.I. 2007 . Can cultivars from participatory plant breeding improve seed provision to small scale farmers ? Euphytica Journal, No. 153 : 363-372

Abdul Rodjak. 2005. Manajemen Usahatani. Bandung : CV. Giratuna.

Bishaw, Z. & Turner, M. 2008. Linking participatory plant breeding to the seed suppley system. Euphytica Journal, No. 163 : 31-44

Budiarso, Irwan T.2008. Karsinogen Kimiawi dan Mikokarsinogen. Departemen Kesehatan R.I. Jakarta.

Buchori, 2007. Pembuatan Gula Non Karsinogenik Non Kalori dari Daun stevia, 11 (2). Pp. 57-66. ISSN 0852-0798. http://stevia-steviacide.com. Di akses tanggal 27 Januari 2014.

Ditjenbun,. 2013. Mengenal Stevia (sweat Honey Leaf) Sebagai Sumber Pemanis. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tansim/berita-160-mengenal-stevia-sweathoney-leaf-sebagai-sumber-pemanis-.html. Diakses pada tanggal 30 April 2014.

IAEA. 1984. Selection in mutation breeding. Proceedings of a Consultants Meeting Joint FAO/IAEA, Vienna, 21-25 June 1992. ISBN 92-0- 111284- X.

Ken Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Maudy E., Paimin, dan Fendy R. 1992. Budidaya Stevia. Trubus, No. 274 Tahun XXIII, hal. 22-23.

Maria. 2009. Analisis Kebijakan Tataniaga Gula terhadap ketersediaan dan Harga Domestik Gula Pasir di Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

http://www.indonesiafinancetoday.com/read/2897/Produksi-Gula-NasionalMasih-defisit-. (diakses 17 January 2012). 5 iAP XQDQdDr dDQ ) Dru yo3DIP IQ, “ . D X PDQiA-EXJ D D dDQ 3eQgR0DKDQ”Penebar Swadaya 2001.

Totok Mardikanto. 2012. Metoda Penelitian dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat, untuk Akademisi dan Praktisi. Program Studi Penyuluhan Pembangunan / Pemberdayaan Masyarakat, Program Pascasarjana, UNS.

Suseno Amien, Sarifah Nurjanah, dan Hepi Hapsari. 2015. Seleksi Hasil dan Kompenen Tanaman Stevia Hasil Mutasi in Vitro untuk Memenuhi Kebutuhan Gula Rendah Kalori Nasional. Laporan Penelitian Strategis Nasional, UNPAD. Belum dipublikasi.

Suseno Amien. 2015. The Seeds Study from Two Accessions Crossing Ability of Stevia rebaudiana bertoni. International Confference on Tropical Natural Resources. Mataram University, Lombok, Indonesia. Tgl. 10-13 Juni 2015.

Witcombe, J.R., Petre, R., Jones, S. & Joshi, A. 1999. Farmer participatory crop improvment. Experimental Agriculture, No. 35 : 471-487l

Zuhri Sepudin, 2010. Tahun Depan RI Impor Gula 269.618 Ton. http://www.bisnis.com/articles/tahun-depan-ri-impor-gula-269-dot-618-ton.

Lampiran 2. Deskripsi Stev dan EMS.

Jumlah tanaman Aksesi B Sinar Gamma dan EMS sete hasil aklimatisasi di Lapanga tanaman, Luas Daun dan B menghasilkan planlet terbaik mempunyai jumlah daun seb cm2.

Tabel 1 . Penampilan Tan

si Stevia Hasil Induksi Mutagen Radiasi Sinar

ksesi Bogor yang dihasilkan dari perlakuan induksi S setelah diaklimatisasi adalah 1 9 tanaman. Pe pangan, Aksesi Bogor menunjukkan bahwa jumla dan Berat Panen bervariasi. Radiasi Sinar Gam erbaik diantara tanaman Stevia aksesi Bogor lainn un sebanyak 36 buah, tinggi tanaman 21 cm, Lu

n Tanaman Stevia Hasil Aklimatisasi Lapangan A

Sinar Gammma

induksi mutasi Radiasi Penampilan Stevia jumlah daun, Tinggi r Gamma 5 Gy telah r lainnya, yaitu B5A2 cm, Luas Daun 12,66

Berat panen 1,67 g. Induksi mu terbaik diantara tanaman Stev daun sebanyak 65 buah, tingg g. Tanaman Stevia aksesi Bo

Tabel 2. Penampilan Tanaman

ksi mutasi menggunakan EMS 0,5% telah menghas n Stevia aksesi Bogor lainnya, yaitu BEA3 memp , tinggi tanaman 10,7 cm, luas daun 23,00 cm2, be esi Bogor tanpa perlakuan menunjukkan hasil

naman Stevia Hasil Aklimatisasi Lapangan Aksesi

enghasilkan planlet mempunyai jumlah

m2, berat Panen1,1

lebih rendah dalam jumlah dau yang dihasilkan perlakuan in Tabel 3. Penampilan Tanaman

Tawangmangu

setelah diaklimatisasi adalah 2 mempunyai jumlah daun 26 b 5,31 cm2 dan berat panen 0,5

lah daun, tinggi tanaman, Luas Daun, Berat Panen. J uan induksi mutasi Radiasi Sinar Gamma dan EM

aman Stevia Hasil Aklimatisasi Lapangan Aksesi

dalah 24 tanaman. Tanaman aksesi Garut tanpa pe un 26 buah, tinggi tanaman mencapai 10,2 cm, Lu en 0,56 g. Induksi mutasi radiasi sinar gamma seb

anen. Jumlah tanaman EMS.

npa perlakuan m, Luas daun

telah menghasilkan tanaman Stevia dengan penampilan terbaik diantara tanaman yang dihasilkan dan mempunyai jumlah daun 120 buah, tinggi, 30,6 cm, luas daun 2 1,88 cm 2, dan berat panen 11,15 g. Pada radiasi sinar gamma sebesar 5 Gray telah menghasilkan tanaman Stevia dengan penampilan terbaik diantara tanaman lainnya, yaitu G5A2 yang mempunyai jumlah daun 118 buah, tinggi 27,1 cm, luas daun 13,5 cm 2, dan berat panen 6,41 g. Tanaman aksesi Garut yang diinduksi dengan EMS 0,5% (GE) telah menghasilkan tanaman GEA3 dengan karakeristik jumlah daun 17, tinggi tanaman 15,2 cm, Luas daun 8,99 cm2 dan berat panen 0,79 g. Sementara Tanaman Stevia aksesi Garut yang tidak diberi perlkaukan umumnya lebih rendah dalam karakter jumlah daun, tinggi tanaman, luas daun dan berat panen.

Jumlah tanaman yang dihasilkan perlakuan induksi mutasi Radiasi Sinar Gamma dan EMS setelah diaklimatisasi adalah 12 tanaman. Pada Tabel 3. Radiasi Sinar Gamma 3,5 Gray telah menghasilkan planlet terbaik diantara tanaman Stevia aksesi Tawangmangu lainnya, yaitu T3.5B2 mempunyai jumlah Daun sebanyak 44 buah, tinggi tanaman 27,3 cm, Luas Daun 12,88 cm2, Berat Panen1 ,28 g. Induksi Mutasi menggunakan EMS 0,5% telah menghasilkan planlet terbaik diantara tanaman Stevia aksesi Tawangmangu lainnya, yaitu TED1 mempunyai jumlah Daun sebanyak 45 buah, tinggi tanaman 21,2 cm, Luas Daun 10,25 cm2, Berat Panen1,48 g. Tanaman Stevia aksesi Tawangmangu tanpa perlakuan menunjukkan hasil lebih rendah dalam jumlah Daun sebanyak, tinggi tanaman, Luas Daun, Berat Panen berturut-turut 42 daun, tinggi tanaman 19,2 cm, luas daun 10,3 9 cm2 . dan berat panen 4,25.

Tanaman yang mewakali hasil aklimatisasi dianalisis kandungan gula totalnya dengan menggunakan metode Analisis Gula Total Metode Luff Schoorl. Pada Tabel 4. dapat dilihat hasil Analisis Gula Total dari Tanaman Stevia Hasil Aklimatisasi di lapangan. Tankan Kontrol aksesi Bogor mengandung belum dapat terdeteksi kandungan gula

totalnya, namun satu tanaman hasil induksi mutasi TED menghasilkan kandungan gula total sebesar 9,18%. Pada tanaman Stevia aksesi Garut yang tidak diberi perlakuan

adalah 6,12% dan 10,13%. P gula total sebesar 6,56%, seda gamma dan EMS menunjukk aksesi Garut dan Tawangmang

Variasi jumlah gula tot fisik dan kimia adalah rando duplikasi, aberasi, inversi m perlu memastikan apakah pe epigenetik atau genetik. Ana membuktikan hipotesis ini.

Tabel 4. Hasil Analisis G

Analisis morfologi Da perlakukan mutagen radiasi si Stevia terbaik dari penelitia Stevia Aksesi Bogor, Garut da Aksesi Bogor yang diradiasi 0,5%, Gambar 2D Aksesi Gamma 3,5 Gy, 2F. Aksesi Aksesi Tawangmangu (Kon diradiasi Sinar Gamma 3,5 Sinar Gamma 5 Gy.

13%. Pada aksesi Tawangmangu Kontriol diper , sedangkan hasil mutasi EMS sebesar 8,76%. Ha unjukkan hasil gula total lebih tinggi dibandingkan

gmangu.

ula total tersebut di atas dapat terjadi karena sifa random. Perubahan yang terjadi dalam kromosom ersi maupun translokas. Pengujian yang dilaku kah perubahan penampilan komponen hasil gula k. Analisis berdasarkan marka molekuler menjadi

alisis Gula Total dari Tanaman Stevia Aksesi Bogor, Tawangmangu di lapangan

gi Daun Stevia menunjukkan adanya variasi diasi sinar gamma maupun EMS. Penampilan Mor

nelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Penam arut dan Tawangmangu. Gambar 2A Aksesi Bogo adiasi Sinar Gamma 3,5 Gy, 2C. Aksesi Bogor ya ksesi Garut (Kontrol), 2E. Aksesi Garut yang Aksesi Garut yang diradiasi Sinar Gamma 5 G

(Kontrol), sedangkan Gambar 2H. Aksesi Tawa a 3,5 Gy, dan Gambar 2I. Aksesi Tawangmangu

diperoleh kandungan Hasil mutasi sinar ingkan dengan kontrol

na sifat dari mutagen mosom dapat berupa dilakukan selanjutnya il gula total bersifat enjadi alternatif untuk

Bogor, Garut,

variasi setelah diberi n Morfologi tanaman Penampilan Tanaman Bogor (Kontrol), 2B. gor yang diberi EMS yang diradiasi Sinar a 5 Gy. Gambar 2G i Tawangmangu yang mangu yang diradiasi

Gambar 2. Penampilan Tanaman Stevia Aksesi Bogor, Garut dan Tawangmangu

A. Aksesi Bogor (Kontrol), B. Aksesi Bogor yang diradiasi Sinar amma 3,5 Gy, C. Aksesi Bogor yang diberi EMS 0,5%, D. Aksesi Garut (Kontrol), E. Aksesi Garut yang diradiasi Sinar Gamma 3,5 Gy, F. Aksesi Garut yang diradiasi Sinar Gamma 5 Gy G. Aksesi Tawangmangu (Kontrol), E. Aksesi Tawangmangu yang diradiasi Sinar Gamma 3,5 Gy, F. Aksesi Tawangmangu yang diradiasi Sinar Gamma 5 Gy

Dokumen terkait