• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Sistem Agribisnis pada Komoditas Stevia

agribisnis secara umum terdiri lima subsistem yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.2. Sistem Agribisnis 4.3.1. Subsistem agribisnis Hulu (up-stream agribusiness)

Sub sistem agribisnis hulu atau sering disebut penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi atau input produksi yang dilakukan pada kegiatan usaha tani sehingga bisa tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk sehingga bisa mendatangkan output yang baik. Secara umum sarana dan prasarana produksi pertanian, dikelompokkan menjadi industri pembenihan, industri agrokimia dan industri agro otomotif. Petani dalam memperoleh sarana dan prasarana produksi melakukan kerjasama dengan perusahaan penyedia input produksi kecuali dalam hal pengadaan bibit, bibit stevia yang diusahakan oleh kelompok awalnya berasal dari Vietnam kemudian dilakukan perbanyakan melalui metode stek batang dan lebih banyak menggunakan perbanyakan dari biji tanaman stevia. Saat peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran yang melakukan penelitian terhadap stevia dan pengembangan bibit dengan metode in Vitro yang nanti diharapkan bisa diteriama oleh kelompok dan masyarakat umumnya.

Untuk penyedia sarana produksi lainya seperti pupuk didapat dari membeli ke PT. Alba, yang menyediakan pupuk dari urine untuk pemupukan stevia pada saat dipindahkan ke lahan. Untuk alat pertanian seperti mulsa, selang dan ember petani mendapatkannya dari toko petnaian ORBIT yang terdapat di daerah Ciwidey. Untuk alat pertanian umumnya digunakan seperti sepatu boots, cangkul, koret, keranjang kayu, gunting dan lainnya merupakan peralatan standar yang sudah dimiliki oleh anggota kelompok dibeli sendiri oleh anggota. Sedangkan peralatan perontok merupakan bantuan dari dinas pertanian.

4.3.2. Subsistem Usahatani (on-farm agribusiness)

Sub sistem usahatani merupakan kegiatan menggunakan barang barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer pertanian, seperti perencanaan, pemilihan lokasi usaha, jenis komoditas, teknologi dan pola tanam. Unsur subsistem usahatani diantaranya terdiri dari :

1. Lahan Usaha (Land)

Petani di Desa Cibodas merupakan juga anggota LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) menggunakan lahan PERHUTANI sehingga rata-rata kepemilikan lahan yang digunakan minimal 1 Ha. Untuk komoditas stevia dalam pengembangan bibit sendiri menggunakan lahan seluas 5 Ha yang merupakan milik pribadi dari masing-masing anggota yang dikelola oleh ketua kelompok sebagai ahli dalam kegiatan budidaya stevia. Keadaaan lahan merupakan kawasan hutan sehingga karakter tanahnya hampir keseluruhan bersifat lempung berpasir. Dikarenakan sifat tanahnya lempung berpasir Petani selain di tanam Kopi juga sangat cocok ditanami stevia karena kondisi tanah yang cocok karena memiliki derajat keasaman (pH) 5,5 hingga 6, menyebabkan tanaman Stevia bisa tumbuh dengan baik. Sedangkan Petani di Mekarsari menggunakan lahan milik sendiri dengan bantuan bibit dari perusahaan mita dan memperbanyak dari hasil budidaya dan stek batang yang dilakukan di lokasi perushaan dan lahan yang diusahaan oleh petani

2. Tenaga Kerja (Labour)

Tenaga kerja merupakan subsistem produksi, apabila faktor tenaga kerja tidak ada, maka produksi suatu tanaman tidak akan terjadi atau bahkan suatu sistem tersebut

wanita. Pekerjaan yang melibatkan kegiatan fisik berat seperti pembersihan lahan, persiapan lahan dan pemasanngan mulsa dilakukan oleh tenaga kerja prisa sedangkan perawatan tanaman sampai panen dan penjemuran dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Besaran biaya tenaga kerja dengan jumlah jam kerja dari jam 8 pagi sampai 12 siang sebesar Rp. 45.000, sedangkan tenaga kerja wanita sebesar Rp. 30.000,-, sedangkan untuk kegiatan usahatani yang dilakukan selam 1 hari (8 jam kerja) bisanya besaran biaya tenaga kerja pria adalah Rp 75.000 dan tenaga kerja wanita Rp 50.000.

Tenaga kerja di Desa Mekarsari Kecamatan Cikajang diupah untuk tenaga kerja laki-laki sebesar Rp.30.000,-/hari sedangkan permapuan sebesar Rp. 20.000,- / hari. Selain harian ada juga upah borongan yang dilakukan terutama untuk pengolahan lahan. Upah borongan untuk pengolahan lahan per 25 tumbak sebesar Rp.

500.000,-3. Modal (Capital)

Modal usahatani petani Desa Cibodas pada awal usaha stevia yang digunakan adalah modal pribadi namun dengan berkembangnya kegiatan yang dilakukan maka pada tahun 2012 petani mendapat bantuan modal dari pemerintah Kabupaten Bandung berupa modal uang sebesar Rp 175.000.000 dan juga modal alat perontok daun Stevia, yang berfungsi untuk memisahkan daun Stevia dari batangnya. Sedangkan untuk pengembangan stevia di petani, petani memberikan potongan harga kepada anggota (subsidi) dari harga dasar bibit sebesar Rp. 2.500 menjadi hanya Rp 1000,- per pohon. Harag jual bibit di kelompok relative lebih murah dibandingkan dengan di luar dimana harag di pasaran minimal Rp. 4000 per pohon. Bibit yang berasal dari petani akan diurus dan pindah tanamkan ke lahan masing-masing anggota dengan batas minimal bibit yang harus diambil anggota adalah sebanyak 1000 bibit.

Moadl usahatani petani Desa Mekarsari keseluruhan merupakan modal pribadi di lahan kecil namun dari keuntungan usahatani stevia bisa menambah luas lahan garapan dan membeli lahan menjadi 1 hektar, dukungan pemasaran dari perusahaan mitra menjadi motivasi dari petani.

4. Manajemen (Management)

Manajemen usahatani merupakan penggunaan secara efisien sumber-sumber daya yang terdapat dan sifatnya terbatas untuk mencapai tujuan usahatani melalui proses perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan.

Manajemen pengelolaan usaha yang dilakukan petani di petani sendiri menggunakan keluarga dan manajemen tradisional dimana:

- Pada kegiatan budidaya masih mengadalkan tenaga kerja dalam keluarga namun juga pada saat tertentu menggunakan tenaga kerja yang dibayar. Untuk penggunaan tenga kerja dalam keluarga tidak ada pembagian tugas yang jelas namun masing-masing sudah mengetahui apa yang harus dilakukan sedangkan pda penggunaan tenagar kerja di luar keluarga pembagaina tugas yang harus dilakukan di jelaskan termasuk waktu kerjanya yang umumnya dilakukan di Desa tersebut.

5. Proses Budidaya Stevia di Petani

1) Perbanyakan Tanaman (Pembibitan)

Bibit yang digunakan oleh Petani di Desa Ciboads jenis bibit unggul hasil pengembangan dan serangkaian ujicoba yang merupakan bibit Stevia unggul lokal dari jenis CM3 (Cibodasa Manis 3) yang telah memiliki sertifikat SKMB dari BP2MB Jawa Barat. Bibit yang digunakan oleh petani di lahan seluas 5 Ha sebanyak 500.000 bibit. Sedangkan petani di Desa Mekarsari menggunakan bibit stevia umum yang didapat dari perusahaan.

Pada proses perbanyakan tanaman Stevia, Petani melakukan dengan 2 cara yaitu vegetatif dan generatif.

1. Vegetative

Teknik perbanyakan vegetative dapat dilakukan dengan setek yang dipasang sungkup plastik yang kedap udara, sehingga suhu dan kelembapan dalam sungkup terjaga. Selanjutnya, setelah tanaman berusia 3-4 minggu, mata tunas dan akar setek tumbuh mencapa 1-2 cm maka setek telah dapat dipindahtanamkan ke lahan yang telah tersedia.

2. Generative

Untuk teknik perbanyakan generative dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

 Benih dapat diperoleh dari bunga yang telah mekar sempurna  Jemur benih siap sebar pada tempat yang teduh

Buang pappus dengan tangan secara halus dan lembut

2) Persiapan Lahan

Pada persiapan lahan stevia di petani untuk penanaman monokultur stevia dilakukan dengan cara penggunaan mulsa atau hanya guludan biasa saja agar tanaman dapat terlindungi dari genangan air dengan proses pengolahan lahan melalui pencangkulan dan dibajak sebanyak 2 kali, sehingga diperoleh tekstur tanah yang gembur. Selanjutnya dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang kira-kira 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan, dan lebar antara 100-125 cm. bedengan dapat dibuat dengan atau tanpa mulsa. Namun, pada Petani Petani bedengan disertai dengan pemasangan mulsa. Kegunaan mulsa yaitu untuk meminimalisir pertumbuhan gulma. Ketinggian masin-masing bedengan cukup sekitar 20-40 cm (tergantung pada jenis lahan dan tanah). Apabila penanaman dilakukan pada lahan berkontur miring, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu.

3) Persemaian Bibit

Tahapan dalam persemaian bibit yang dilakukan oleh petani adalah:  Persiapan bedengan

Persiapan bedengan dengan cara membuatnya dekat dengan sumber air dan tanah yang subur dengan arah timur barat. Bedengan dibuat dengan ketinggian 10cm, lebar 1,2-1,5 cm dan panjang 15-20 m. Bedenan yang telah siap diberi pupuk yang berasal dari kotoran sapi sebanyak 400 kg atau pupuk kandang ayam 100 kg pupuk mineral 3-5kg. Pupuk mineral digunakan untuk sterilisasi benih yang didalamnya harus mengandung mikroelemen yang dibutuhkan untuk perkecambahan benih. Setelah dibuat bedeng, tanah harus diolah setinggi 15 cm dan campur tanah dengan pupuk kandang.

 Penyemaian dan Penyungkupan

Pada tahap ini, dilakukan penyiraman tanahagar lembab untuk ditanam bibit Stevia hasil setek batang. Sedangkan benih dari biji dilakukan dengan ditaburkan sebanyak 25-50 kg benih pada tiap bedengan yang ditutup tipis dengan tanah. Diperlukan juga penutupan dengan sungkup menggunakan palstik UV, dengan ketinggian 40-50cm, dan lebar 1,8-2m. Setelah 50-60

hari benih menjadi bibit siap tanam. Pada saat musim panas, benih dapat menjadi bibit siap tanam dalam kurun waktu 40-50 hari.

 Perawatan Bedengan

Setelah bibit setek ditanam atau benih disebar, bedeng tanam harus dijaga agar tetap lembab hingga benih berkecambah dalam waktu 3-5 hari, setelah itu buka tungkup. Bedengan dijaga supaya tetap lembab sampai benih memiliki 3 daun. Suhu yang ideal untuk perkecambahan benih adalah 20-250c. jika suhu terlalu rendah, maka yang harus dilakukan adalah menambahkan potongan rumput agar suhu tetap hangat. Namun jika suhu mencapai 300c, harus diberikan naungan untuk menjaga agar tidak terlalu panas.

Saat benih telah memiliki kurang lebih 3 daun, sungkup dibuka sampai tanah agak mengering, kemudian ditutup kembali agar menjaga kelembapan. Pada saat benih memiliki 4 daun, sungkup dapat dibuka pada pagi hari dan ditutup kembali pada sore hari. Jika tanah masih dalam keadaan lembab, maka tidak perlu dilakukan penyiraman kembali. Pada saat benih telah memiliki 5 daun, sungkup dibuka total. Semprotkan pupuk setiap 5-10 hari sekali. Pada saat benih mempunyai 6 daun, maka siap dilakukan transplanting di areal pertanaman. Lima hari pertama tidak dilakukan penyiraman.

Benih yang sehat memiliki 5-6 daun, tinggi tanaman 12-15cm, batang sedikit berkayu, daun lebar, hijau, daun pucuk berbentuk konkaf (cekung), mempunyai 5-7 akar sekunder, 2-3 daun telah memiliki cabang.

Gambar 4.3. Penyemaian stevia di bedengan dari Biji

4) Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman

Terdapat beberapa langkah yang dilakukan Petani dalam melakukan penanaman dan pemeliharaan tanaman, diantaranya :

 Penanaman

Kebutuhan benih untuk satu hectare lahan diperlukan 95.000 sampai 100.000 Benih yang ditanam dengan jarak 25x25 cm atau 30x30 cm, sehingga setiap bedengan berisi 4-5 baris tanaman. Sebaiknya pada setiap lubang tanam diberi sekitar 250 kg pupuk organic (pupuk kandang atau pupuk kompos). Penanaman Stevia sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan agar persediaan air mencukupi dan tanaman cepat segar kembali (biasanya 1-2 hari setelah tanam).

 Pemupukan

Pemupukan dasar diberikan pada saat persiapan lahan dengan menggunakan pupuk organic dengan dosis 5-10 per Ha. Pemupukan susulan menggunakan pupuk urea dengan dosis 135kg per Ha atau 1,35 gram per lubang tanam yang diaplikasikan pada 30 hari setelah tanam setengah dosis dan 60 hari setelah tanam.

Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu bagian terpenting dalam penanaman Stevia. Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan

pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama serta penyakit. Pemberian pupuk yang berasal dari urine sapi dilakukan setiap kali tanaman Stevia baru dipanen. Pada saat tanaman Stevia berumur 2 minggu, sebaiknya setiap ujung tanaman dipangkas untuk membantu proses pembentukan cabang, sehingga tanaman yang dihasilkan lebih rimbun dan produksi daun akan lebih banyak.

 Pengairan

Stevia membutuhkan banyak pasokan air yang baik sepanjang tahun agar mendapatkan produksi yang stabil. Oleh karena itu, disekitar kebun Stevia diperlukan sumber air yang memadai. Pada Petani Petani sistem irigasi yang dilakukan yaitu menggunakan selang. Sistem irigasi tersebut dieseuaikan dengan kontur dataran pada lahan petani tersebut yaitu datar. Secara umum keberhasilan untuk penanaman Stevia adalah : kelembapan 70%, bahan organic 5%, dan suhu tanah 350c.

 Pengendalian OPT

Dalam penanaman Stevia oleh Petani, terdapat beberapa OPT. OPT tersebut akan sangat merugikan dan akan berpengaruh terhadap hasil produksi Stevia. OPT tersebut diantaranya Kutu Aphid, Ulat Tanah, dan Anjing Tanah. Selama penanaman Stevia, terdapat beberapa OPT namun tidak berpengaruh besar terhadap produksi Stevia.

5) Pemanenan

Petani melakukan proses panen daun stevia pada umur antara 40-60 hari setelah tanam dan untuk pemanenan berikutnya dapat dilakukan setiap 45-60 hari sekali. Proses panen harus dilakukan pawa waktu yang tepat karena dapat berpengaruh pada hasil panen, panen yang dilakukan lebih cepat akan menghasilkan kandungan gula daun stevia tidak maskimal sedangkan jika dipanen terlambat kandungan gulanya akan turun. Proses panen yang dilakukan selain berpatokan pada umur tanaman, Petani Petani juga melihat tinggi tanaman. Jika tanaman mempunyai tinggi antara 40-60 cm dengan pertumbuhan daun yang rimbun maka sudah bisa dipanen. Pada ketinggian seperti ini menurut petani tanaman sudah memasuki masa berbunga dan pada saat ini pula kandungan gula (stevioside dan kandungan lainnya) tanaman sedang dalam konsentrasi tingkat tertinggi.

Untuk waktu panen stevia yang baik dilakukan paad pagi hari dengan caara memotong batang atau tangkai kira-kira 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan gunting. Ketika pemanenan berlangsung, sisakan sebanyak 1-2 tangkai pada setiap tanaman (daun terbawah) supaya tanaman yang baru dipanen dapat tumbuh kembali. Selanjutnya batang atau ranting tersebut dirompes atau dipipil sehingga diperoleh daunnya saja.

4.3.3. Subsistem Hilir (down-stream agribusiness)

Subsistem hilir merupakan kegiatan pengolahan lebih lanjut dan dilakukan setelah proses pemanenan. Pada Petani Petani pengolahan hasil panen produk Stevia hanya sampai kepada produk mentah atau penjemuran yang selanjutnya akan kemas atau diolah menjadi produk setengah jadi atau jadi oleh mitra petani. Ada beberapa tahapan dalam subsistem hilir yang dilakukan oleh Petani Petani, diantaranya :

1. Perontokan Daun dari Batang

Pada tahap pasca panen, daun hasil panen, harus segera dipipil atau dirontokkan dari batang atau tangkai. Proses perontokan oleh Petani Petani dengan menggunakan mesin perontok yang didapat melalui bantuan pemerintah Kabupaten Bandung. Jika perontokan tidak segera dilakukan akan mengurangi kadar bahan pemanis yang terdapat di daun. Hal tersebut

dikarenakan, jika daun masih melekat pada batang atau tangkai maka proses perombakan bahan pemanis yang terdapat didalamnya akan terjadi. Jadi semakin cepat kegiatan perontokan, maka kualitas daun yang dihasilkan akan lebih baik.

2. Pengeringan

Pengeringan daun Stevia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sinar matahari dan alat pengering buatan. Apabila pengeringannya dilakukan dengan sinar matahari, maka daun diletakkan diatas alas plastik, tampi, atau jenis alas lain. Proses pengeringan pada Petani Petani masih menggunakan matahari. Bila keadaan cuaca baik, proses pengeringan dapat berlangsung sekitar 8 jam. Namun ketika cuaca sedang tidak baik, daun-daun Stevia dimasukkan kedalam green house buatan. Daun Stevia yang telah kering akan berwarna hijau kekuningan. Daun stevia yang bermutu baik akan memiliki kadar air maksimum 10%, kadar Stevioside minimum 10% dan kadar kotoran sekitar 3%. Suhu pada proses pengeringan akan berpengaruh terhadap kadar stevioside. Jika suhu yang digunakan mencapai diatas 700c akan terjadi penurunan kadar stevioside, dan jika sampai 800c maka akan menyebabkan daun berwarna hitam kecoklatan. Daun Stevia yang mengalami keterlambatan pengeringan akan berwarna hitam karena telah terjadi proses fermentasi oleh mikroorganisme dan telah terjadi perombakkan kandungan stevioside. Fermentasi juga akan terjadi apabila daun Stevia terkena air.

3. Pengepakkan

Proses pengemasan yang dilakukan oleh Petani Petani dengan menggunakan karung dengan berat 20 kg per bal. proses pengepakan yang baik akan membuat daya simpan daun stevia lebih lama

1. Stevia Hasil Pengeringan 2. Bubuk Stevia

Gambar 4.5.Stevia Hasil Produksi Petani 4.3.4. Sub sistem Pemasaran

Komoditas utama yang diusahakan oleh petani Desa Cibodas yang diantaranya: kopi, teh, hanjeli, kayu-kayuan dan stevia.untuk komoditas Stevia permintaan pasar sebanyak 100 ton per hari dari PT. Sosro belum bisa dipenuhi. Sedangnkan untuk saaat ini hasil produksi stevia masih di beli oleh Koperasi NUKITA yang merupakan pendamping dan juga pasar bahan mentah dari produk stevia. Permintaan produk stevia kepada Petani Petani diantaranya daun kering dan daun segar dengan batang. Untuk daun segar dengan Petani Petani menjual seharga Rp 30.000. Sementara itu, untuk daun kering petani Petani menjualnya dengan harga Rp 100.000. Sedangkan dalam kerjasamanya kepada Koperasi Nukita, harga yang diberikan sebesar Rp 40.000 untuk daun kering.

Petani Desa Mekarsari komoditas utama yang diusahakan sebelumnya adalah berbagai macam sayuran, namun setelah mengusahakan stevia maka stevia menjadi komdoitas utama karena jaminan pasar dan juga waktu produksi yang relative lama sampai 5 tahun dengan sekali investasi. Hasil produksi dipasarkan dan ditampung oleh peruhaan mitra yang selanjutnya di ekspor ke berbagai Negara diantaranya Jepang.

Gambar 4.7 Macam produk olahan dengan menggunakan stevia di Desa Cibodas

4.3.5. Subsistem Penunjang Atau Pendukung (Supporting System)

Untuk sub sitsem pendukung yang berperan selama ini di petani diantaranya berupa pelatihan yang dilakukan oleh beberapa instansi baik swata maupun negeri diantaranya: Pemerintah Kabupaten dengan studi banding, PT.BDA, PT.Kimia Farma, Faperta Universitas Padjadjaran (UNPAD), LIPI dan BPPT. Pendukung lainnya adalah koperasi dan Perusahaan mitra bagi petani Petani merupakan lembaga swasta yang paling penting dalam menunjang keberlangsungan usahatani Stevia karena merupakan mitra pendamping dan juga penampungan hasil produksi Stevia yang selanjutnya akan diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Walaupun kerjasama yang berlangsung antara keduanya tidak tertulis secara sah, namun hingga saat ini tidak pernah terjadi masalah yang serius terhadap kedua belah pihak.

Gambar 4.8 Berbagai Pihak dalam Penunjang di Petani Desa Cibodas

Gambar 4.9 Berbagai Pihak dalam Penunjang di Petani Desa Mekarsari

Dokumen terkait