• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian ini penulis akan menyampaikan beberapa pokok pikiran dari uraian sebelumnya serta menegaskan kembali hal-hal yang penting sehubungan dengan usaha menggali spiritualitas pelayanan katekis yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20 dan usaha menerapkan dalam kehidupan para katekis dalam sebuah program pembinaan.

1. Menggali Spiritualitas Katekis yang bersumber dari Injil Yoh. 13:1-20

Spiritualitas katekis adalah semangat hidup yang dijiwai Yesus Kristus oleh karena keterbukaan terhadap Roh Kudus yang membimbing, mendorong, memotivasi dan menggerakkan untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus di

dalam kehidupan nyata. Spiritualitas katekis merupakan semangat yang muncul dari dalam diri seorang katekis. Semangat tersebut tidak akan muncul jikalau katekis tidak mengerti atau memahami spiritualitas yang menjadi corak hidupnya. Spiritualitas katekis bercorak pada diri Yesus. Spiritualitas katekis harus berdasarkan pribadi Yesus karena dasar dari iman Kristiani adalah Yesus Kristus Putra Bapa yang diutus Allah Bapa ke dunia. Dengan demikian, katekis perlu mengenal dan dekat dengan Yesus jika ingin memiliki spiritualitas katekis yang original yang bersumber dari Yesus.

Yesus adalah pribadi yang menginspirasi seluruh umat beriman Kristiani khususnya para katekis. Spiritualitas yang Yesus tunjukkan dalam perkataan dan perbuatan-Nya selama di dunia juga merupakan inspirasi spiritualitas katekis. Seperti dalam kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20, Yesus memberikan teladan dan nasehat yang tentu dapat kita pelajari. Bab II sudah membahas mengenai spiritualitas yang ada dalam kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20.

Dalam pembasuhan kaki digambarkan Yesus adalah Putra yang melayani kehendak Allah. Kehendak Allah adalah keselamatan bagi semua manusia. Yesus melayani para murid-Nya dengan membasuh kaki mereka. Pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus merupakan tanda pembersihan dosa. Yesus ingin para murid memperoleh keselamatan dan juga ingin lebih banyak orang selamat, maka Yesus memerintahkan para murid untuk juga membasuh kaki sebagai pelayanan dan berkat keselamatan. Dalam melayani kehendak Allah, Yesus harus melakukan pengorbanan. Dalam pembasuhan kaki Yesus mengorbankan harga diri-Nya

sebagai Guru dan Tuhan untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Pengorbanan apapun akan Yesus lakukan asalkan keselamatan dapat diperoleh semua manusia.

Yesus adalah pribadi yang rendah hati. Dalam pembasuhan kaki dari Injil Yoh. 13:1-20 Yesus menunjukkan sikap rendah hati. Ia mengambil peran seorang hamba untuk membasuh kaki para murid-Nya. Dalam pembasuhan Yesus tidak melayani mereka dengan keterpaksaan tetapi dengan keramahan Ia melayani para murid. Semua pelayanan yang Yesus lakukan juga karena berdasarkan cinta-Nya kepada para murid-Nya. “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya

demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya” (Yoh.

13:1). Ia begitu mencintai para murid-Nya, sehingga melayani dengan membasuh kaki bukan sesuatu yang rendah, tetapi merupakan tindakan cinta yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya.

Spiritualitas bagi katekis yang bersumber dari Yesus adalah keharusan bagi katekis. Yesus adalah teladan bagi katekis. Apa yang Yesus lakukan pada pembasuhan kaki sangat baik menjadi spiritualitas bagi katekis. katekis harus mencintai umatnya sama seperti Yesus yang mencintai murid-murid-Nya. Katekis harus melayani kehendak Tuhan seperti juga Yesus melayani kehendak Tuhan. Katekis menunjukkan jalan keselamatan kepada orang-orang yakni jalan yang telah ditunjukkan Yesus. Katekis harus mengarahkan hidupnya menjadi sarana bagi keselamatan banyak orang. Segala tindakan dan perkataan katekis juga harus menjadi sarana jalan keselamatan. Oleh sebab itu katekis harus hidup sesuai dengan ajaran-ajaran Yesus agar dapat menjadi jalan yang benar menuju keselamatan.

Katekis harus memiliki semangat untuk berani berkorban demi tercapainya kehendak Allah. Pengorbanan adalah hal yang tak terelakkan jika ingin melayani Tuhan. Yesus juga melakukan pengorbanan dengan menyerahkan harga diri dan kehormatan bahkan nyawanya untuk menebus dosa manusia demi keselamatan manusia. Katekis berani mengorbankan pikiran, tenaga, waktu, materi bahkan mental/psikis untuk menawarkan keselamatan kepada banyak orang. Katekis juga adalah pribadi yang rendah hati sama seperti Yesus yang rendah hati. Katekis tidak merasa besar kepala sekalipun ia utusan Allah untuk mewartakan Injil. Katekis melayani tidak dengan keangkuhan, tetapi dengan penuh kerelaan dan kerendahan hati. apabila ia dihina karena tugasnya, katekis tidak marah tetapi menyapa mereka yang menghina dan menolak dengan ramah untuk diajak ke jalan yang benar.

Maka, katekis yang memiliki spiritualitas melayani kehendak Allah, berani berkorban, rendah hati dan penuh cinta yang bersumber dari Yesus akan memiliki semangat hidup yang membuat katekis terus tergerak, termotivasi, terbimbing dan terdorong untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus di dalam kehidupan nyata.

2. Menghayati Spiritualitas Katekis ysng bersumber dari Injil Yoh. 13:1-20

Bagi katekis menghayati spiritualitas katekis merupakan bukan sesuatu yang instan. Menghayati spiritualitas katekis adalah proses mempelajari spiritualitas dengan pikiran dan hati yang menghasilkan semangat dari Roh yang nampak dalam tindakan nyata sehari-hari. Katekis perlu memiliki spiritualitas katekis

sebagai bekal menjalai tugas pewartaannya. Maka paroki atau keuskupan harus memberikan pembinaan untuk menumbuhkan spiritualitas katekis.

Katekis harus memahami pentingnya menumbuhkan spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus sebagai identitas pribadi para katekis. Program-program dari paroki atau keuskupan tidak banyak berarti bila katekis sendiri tidak menyadari pentingnya memiliki spiritualitas katekis. Katekis perlu berkorban untuk melatih dirinya menumbuhkan spiritualitas katekis dalam dirinya. Ada banyak katekis di daerah-daerah yang tidak memahami spiritualitas-spiritualitas katekis yang ada. Paroki dan keuskupan harus aktif memberikan pemahaman mengenai spiritualitas katekis kepada katekis-katekis di lingkungan umat basis.

Program pembinaan untuk menumbuhkan spiritualitas katekis adalah salah satu program untuk mengenalkan, memahami dan menghayati spiritualitas katekis. Program yang penulis susun dalam Bab IV merupakan salah satu usaha untuk memberikan bekal spiritualitas katekis khususnya spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus dalam kisah pembasuhan kaki dari Yoh. 13:1-20. Program tersebut harus ditunjang dengan kemauan dari katekis untuk menghayati spiritualitas. Maka, dalam menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus dalam kisah pembasuhan kaki dari Yoh. 13:1-20 katekis harus memiliki keinginan pribadi untuk memiliki spiritualitas yang ditunjang dengan program pembinaan menumbuhkan spiritualitas katekis, sehingga spiritualitas katekis benar-benar dapat menjadi bagian dari diri para katekis.

Dokumen terkait