• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SPIRITUALITAS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES

C. Injil Yohanes 13:1-20

1. Pendahuluan (ayat 1-3)

1. Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

Peristiwa pembasuhan kaki berada dalam konteks perayaan Paskah. Dalam Yohanes, ini adalah perayaan Paskah yang ketiga (bdk. Yoh. 2:13,23; 6:4)

sepanjang karya Yesus (O’day, 1995: 721). Yesus melakukan pembasuhan kaki dalam sebuah perjamuan makan malam bersama murid-murid-Nya. Perjamuan

makan malam diadakan “sebelum hari Raya Paskah mulai” (Yoh. 13:1). Tanggal perjamuan malam sebelum wafat Yesus memiliki perbedaan antara Injil Sinoptik dengan Injil Yohanes. Menurut Injil Sinoptik (Mrk. 14:12, Mat. 26:17 dan Luk. 22:7) Yesus makan perjamuan Paskah bersama para murid di malam sebelum Dia wafat (Brown, 1970: 555). Ketiga Injil Sinoptik menuliskan hampir serupa yakni bahwa hari itu akan diadakan hari raya Roti Tak Beragi, kemudian diceritakan Yesus meminta murid-murid-Nya untuk pergi ke kota dan mempersiapkan tempat perjamuan Paskah yang terakhir (bdk. Mrk. 14:14, Mat. 26:18 dan Luk. 22:11). Maka, dapat disimpulkan bahwa perjamuan makan malam sebelum Yesus ditangkap adalah perjamuan Paskah. Injil Yohanes memiliki penanggalan yang berbeda mengenai perjamuan makan malam sebelum Yesus ditangkap. Brown (1970: 555) mengatakan bahwa Yohanes memberikan gambaran waktu perjamuan makan malam terakhir yang berbeda. Perjamuan Terakhir berada dalam periode sebelum Paskah (13:1), dan penghukuman dan penyaliban Yesus ditanggal persiapan Perayaan Paskah , Nisan tanggal 14 (Yoh. 18: 28, 39; 19: 14). Jika kita melihat berdasarkan urutan kejadian, kita mulai dari Yoh. 13:1 yang saat itu merupakan makan malam yang disebutkan sebelum Paskah. Setelah Yesus selesai memberi wejangan-wejangan terakhir, Ia berdoa (Yoh. 13:21-17:26). Masih malam yang sama kemudian Yesus ditangkap dan dibawa kepada Hanas sampai

pagi hingga peristiwa penyangkalan Petrus (Yoh. 18:1-27). Saat pagi, Yesus dibawa ke gedung pengadilan tetapi orang Israel tidak ikut masuk yang disebabkan takut najis karena mereka hendak makan Paskah (Yoh. 18:28). Yesus kemudian berhadapan dengan Pilatus (Yoh. 18:29-19:16a). Dalam Yoh. 18:39 Pilatus memberi hadiah Paskah kepada orang Israel dengan membebaskan tahanan. Dari sini jelas bahwa perayaan Paskah baru akan berlangsung. Untuk

lebih jelas, dalam Yoh. 19:14 dikatakan bahwa “hari itu ialah hari persiapan

Paskah, kira-kira jam dua belas.” Maka perjamuan malam yang disertai pembasuhan kaki malam sebelumnya bukan perjamuan Paskah, tetapi perjamuan malam terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya.

Ayat 1 adalah pendahuluan dari Buku Kemuliaan. Buku Kemuliaan merupakan kisah dimana Yesus akan meninggalkan dunia melalui kematian di

salib. Yohanes menuliskan bahwa “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.” (Yoh. 13:1). Kata “tahu” memperlihatkan keilahiaan Yesus yang mengetahui rencana Allah yang Agung.

Kata “saat-Nya” menunjuk kepada kematian Yesus yang tidak akan lama lagi. Saat kematian Yesus itu sama artinya dengan waktunya memimpin dengan kemuliaan-Nya yang lebih besar (Schnackenburg, 1975: 15). Hal ini karena melalui kematian-Nya yang sudah Ia ketahui, Yesus akan mengakhiri aktifitas- Nya di dunia ini dan akan kembali kepada Bapa. Bersama Bapa-Nya Yesus akan melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia sebagai Putra Allah Yang Tunggal yang sudah tidak lagi berwujud manusia. Kematian Yesus bukan merupakan akhir dari hidup Yesus. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus mengalahkan maut dan

melalui kenaikan-Nya ke surga Ia dipermuliakan sebagai Anak Tunggal Allah, Sang Penebus Dosa. Yesus akan memimpin para murid dan dunia dengan kemuliaan Putra Bapa yang duduk di sisi kanan Bapa. Kematiaan Yesus menandakan untuk kembali kepada Bapa. Apapun yang berasal dari Bapa akan kembali kepada Bapa, maka Yesus yang berasal dari Bapa akan kembali kepada Bapa melalui jalan terjal dan kematian.

Di frase kedua Yesus menunjukkan cinta-Nya kepada siapapun dan sampai selama-lamanya. Frase kedua (1b. Sama seperti Ia senatiasa mengasihi murid- murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya) merupakan pendahuluan dari pembasuhan kaki dan perjamuan terakhir karena di sana Yesus menunjukkan cinta-Nya yang begitu besar kepada para murid. Yesus mencintai semua orang. Kematiaan-Nya bukan semata untuk para murid dan orang-orang dekat Yesus tetapi untuk semua orang demi

penebusan dosa dunia. Kata “mereka” menunjuk kepada siapa yang mencintai,

mendengarkan dan mengikuti jalan-Nya (Schnackenburg, 1975: 16). Yesus mencintai sampai pada kesudahan-Nya merupakan tanda bagaimana kualitas cinta Yesus (O’day, 1995: 721). Cinta yang ditunjukkan Yesus adalah cinta seorang gembala kepada dombanya yang akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi domba-domba yang dicintainya. Yesus melakukan tindakan cinta itu pada saat pembasuhan kaki. Tetapi bukti cinta sampai akhir akan diwujudkan ketika Ia menyerahkan hidup-Nya di kayu salib.

Ayat 2 dan 3 adalah pendahuluan pembasuhan kaki. Sekalipun ayat 1 juga demikian, dalam ayat 2 dan 3 tampak lebih jelas. Dalam ayat 2 dikisahkan bahwa

mereka sedang makan bersama dan saat yang bersamaan iblis membisikkan rencana kepada Yudas untuk mengkhianati Yesus. Mengenai saat iblis membisikkan rencana pengkhianatan kepada Yudas, Injil Yohanes berbeda dengan Injil Sinoptik. Injil Sinoptik menceritakan bahwa Yudas telah dibisikkan rencana untuk mengkhianati Yesus dan melakukannya sebelum perjamuan makan malam berlangsung (bdk. Mat. 26:14-16, Mrk. 14:10-11, Luk. 23:3-6). Dalam Injil Sinoptik, Yesus mengatakan tentang pengkhianatan akan diriNya saat makan bersama. Yohanes mengisahkan bahwa iblis baru membisikkan rencana pengkhianatan saat mereka makan bersama dan akan dilaksanakan dalam ayat 27. Pengkhianatan masuk dalam ayat 2 yang sudah masuk dalam buku kemuliaan, sehingga pembaca dapat menghubungkan pembasuhan kaki dan kematian Yesus secara lebih jelas (Brown, 1970: 563).

“Yesus tahu” dalam ayat 3, dapat menunjukkan 2 hal sekaligus. Yesus

mengetahui bahwa iblis telah membisikkan rencana pengkhianatan kepada Yudas dan Yesus juga tahu bahwa Ia diberi kuasa untuk memilih jalan-Nya oleh Bapa. Yohanes menunjukkan kekuatan dan kemuliaan Yesus melalui ini. Kita tidak perlu kaget dengan kemuliaan, kekuatan dan pengetahuan Yesus. Kita sudah

mengetahuinya dalam ayat 1 melalui kata “saatnya” yang menunjukkan

pengetahuan Yesus, dan bahwa diri-Nya akan dipermuliakan pada nantinya. Yesus diberi kuasa oleh Bapa untuk menentukan nasib-Nya sendiri. Yesus tahu bahwa bisa saja Ia menolak kematian yang menghadang di depan, tetapi Ia adalah Putra yang taat kepada Bapa. Kedatangan-Nya di dunia memiliki tujuan dan Ia akan menyelesaikan tujuan itu sekalipun Ia harus melalui kematian. Yesus berasal

dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Frase ini menunjukkan hubungan erat antara Yesus dengan Bapa. Hal ini seperti menegaskan bahwa Yesus adalah Putra Bapa yang berasal dari Bapa, datang ke dunia menyelesaikan tugas dari Bapa- Nya. Saat semua tugas telah selesai, Ia akan kembali ke rumah, kembali kepada Bapa-Nya. Yesus memiliki kekuatan yang besar, tetapi Ia akan menunjukkan sesuatu dari sisi yang lain dari kekuatan-Nya. Pada saat pembasuhan kaki nantinya, sekalipun Yesus memiliki kekuatan dan kemuliaan yang jauh lebih besar dari manusia, Ia menunjukkan kerendahan hati seorang pelayan kepada para murid-Nya.

Dokumen terkait