• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Dalam dokumen Apartment dan Rumah Susun Kwala Bekala (Halaman 4-114)

BAB III METODOLOGI

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.4 Kesimpulan

Pada tahap metodologi ini data yang dikumpulkan dan di observasi sudah lengkap dan sesuai dengan penelitian yang diinginkan. Dengan cara seperti ini penelitian akan menghasilkan keluaran yang maksimal dengan data yang valid. Selain itu dengan cara metodologi pembahasan penelitian tersaji atau tersusun dengan sistematis dan dapat membantu perancangan “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” ke tahap selanjutnya atau ke bab selanjutnya.

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 4.1 Analisa Proyek

Secara geografis Kwala Bekala terletak diantara 2º 57′ -3º16′ LU dan 97º 52′ - 98º45′ BT. Beriklim tropis dengan suhu minimum 22 º C dan suhu maksimum 34 º C. Memiliki site yang bekontur dan memiliki ketinggian paling rendah 67.6 meter dan paling tinggi 94.38 meter diatas permukaan laut.

Gambar 4.1 Lokasi site

SITE

4.2 Analisa Tapak

4.2.1 Analisa Pencapaian

Gambar 4.2 Analisa pencapaian

Pencapaian menuju site dapat ditempuh melalui 4 akses jalan yaitu, Jalan. Jend Jamin Ginting, Jalan RSU H. Adam Malik, Johor / Kota Medan, dan Tuntungan.

4.2.2 Analisa Sirkulasi

Gambar 4.3 Analisa Sirkulasi

Site terletak diantara jalan Bunga Turi yang merupakan arteri primer 2 arah dengan lebar total 30 meter dan backbone yang merupakan jalur pedestrian dengan lebar 14meter. Potensi yang terdapat pada jalan tersebut yaitu dapat mempermudah pencapaian ke dalam site, dilalui oleh angkutan umum, becak, mobil, dan sepeda motor, dan melalui backbone yang merupakan point utama kawasan Kwala Bekala sebagai penghubung titik-titik transit utama yaitu stasiun dan terminal.

4.2.3 Analisa Kebisingan

Pada analisa berikut dapat dilihat bahwa pada bagian barat merupakan jalan utama kendaraan bermotor yang mengakibatkant tingkat kebisingan yang tinggi. Perlu adanya solusi untuk mengurangi akustik dari jalan raya. Bagian selatan site merupakan area taman dan pejalan kaki yang menjadi penghubung antara bangunan hotel dengan apartment. Pada bagian utara site merupakan pusat pasar yang mengakibatkan kebisingan yang tinggi karna banyaknya aktifitas jual beli pada pasar tersebut dibutuhkan solusi untuk mengurangi kebisingan seperti meletakan banyaknya pepohonan yang dapat meredam kebisingan.

4.2.4 Analisa Matahari

Pada gambar tersebut dapat terlihat orientasi matahari berada di sebelah timur dan barat site. Hal ini dapat memberikan dampak negatif dan juga positif bagi site. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah matahari pagi-siang yang terpancar langsung ke sisi timur site sehingga perlu ditanggulangi dengan penerapan

sun-shading pada bangunan.

4.2.5 Analisa Angin

Menurut data dari BMG, arah angin yang mendominasi di daerah ini adalah dari arah Utara ke Selatan, Timur ke Barat dan Timur laut ke Barat daya (Gambar ). Angin yang berhembus dari arah Utara ke Selatan lebih bersifat stabil, sehingga akan lebih mempengaruhi desain dari bangunan.

Gambar 4.6 Analisa Angin

4.2.6 Analisa Bentuk

Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor : a. Kesesuaian bentuk site

b. Orientasi bangunan c. Konstruksi bangunan d. Efisiensi ruang e. Ekonomi bangunan

Gambar 4.7 Analisa Bentuk Bangunan (sumber pribadi)

Akses skybridge dari rumah susun dan apartmen ke terminal dari lantai 02

Akses pedestrian mengarah langsung ke pusat pasar

Akses pedestrian mengarah ke taman sebagai penghubung antara hotel dengan apartmen dan rumah susun

4.3 Analisa Struktur yang sesuai dengan Design 4.3.1 Struktur

Struktur terdiri dari :

a. Sub Structure (pondasi bangunan)

b. Upper Structure (badan dan atap bangunan)

Kriteria pemilihan struktur : a. Kriteria teknik

Sistem struktur harus dapat memenuhi persyaratan esensial yaitu kekakuan, kekuatan, kestabilan dan ketahanan terhadap kebakaran.

b. Kriteria fungsi

Sistem struktur harus dapat memenuhi fungsi ruang fasilitas utama dalam bangunan.

c. Kriteria estetika

Sistem struktur harus dapat mengekspresikan keindahan Sub Structure

Jenis pondasi terbagi dalam 2 (dua) klarifikasi, yaitu :

1. Pondasi dangkal : untuk bangunan sederhana, berlantai sedikit, yang bebannya relatif ringan, berupa pondasi setempat maupun lajur.

2. Pondasi dalam : untuk bangunan kompleks, berlantai banyak, yang bebannya relatif besar berupa pondasi tiang, sumuran dan terapung.

Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, harus memperhatikan: a. Kondisi beban

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam kota, ada beberapa keadaan di mana diusahakan dengan cara apapun untuk memasukkan kondisi lingkungan ke dalam pertimbangan.

Berdasarkan analisa di atas, maka bangunan Eco Business Park menggunakan pondasi tiang pancang.

2. Upper Structure

Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan :

1. Dapat memenuhi kebutuhan fungsi bangunan pada Eco Business Park 2. Keuntungan struktur yang ekonomis, tahan gempa dan mudah dalam

pelaksanaannya.

Berdasarkan kriteria di atas, maka bangunan Eco Business Park menggunakan sistem struktur rigid frame dengan konstruksi beton. Keuntungan struktur rigid frame :

1. Mudah pelaksanaannya 2. Tahan gempa

3. Ekonomis

4. Bukaan dan pembagian ruang yang lebih bebas karena dinding bukaan sebagai struktur hanya pengisi.

Kriteria Minimalis Modern Penerapan dalam design Gambar Keindahan dan bentuk sederhana Setiap ruang memiliki fungsi sederhana

Bentuk bangunan menggunakan modul manusia Setiap bangunan dan ruang disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan manusia Memilki bentuk ruangan yang sederahana Bentuk ruangan bersifat kubisme

Fleksibel Ruang harus sederhana karena disitu terdapat estetika Ruang terbentuk karena adanya interaksi dengan lingkungan Setiap ruangan dan bangunan di hubungkan dengan kegiatan lingkungan sekitar

BAB V

KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan

5.1.1 Konsep Lokasi Proyek

Pada gambar 5.1 merupakan hasil akhir master plan yang berikutnya akan diambil salah satu sitenya untuk di desain sesuai dengan fungsi bangunan yang telah di tentukan berupa fungsi Apartmen dan Rumah Susun.

5.1.2 Penerapan tema Modern Minimalis Architecture pada bangunan

Pada perancangan Apartmen dan rumah susun kwala bekala, pendekatan perancangan dilakukan dengan memperhatikan aspek Minimalis Modern, dimana hal yang paling pokok dalam perancangan bangunan yang efesiensi ruang adalah dengan memperhatikan aspek lingkungan, bentuk, dan ruangan. Bangunan yang

fungsional selalu berupaya menjaga keseimbangan alam, memperhatikan aspek

bentuk sehingga tercipta ruang-ruang sosial/interaksi yang nyaman dan juga selalu berupaya menciptakan bangunan yang ekonomis, baik itu saat pembangunannya maupun dalam perawatannya. Bentuk alami diciptakan melalui desain bangunan yang tidak terlalu tebal sehingga cahaya matahari bebas masuk. Beberapa strategi yang di upayakan untuk menciptakan bangunan dengan tema Minimalis Modern yaitu :

Gambar 5.2 Apartment dan rumah susun

1. Penggunaan single loaded sebagai sunscreen adalah langkah untuk menambahkan estetika pada bangunan tersebut.

2. Bangunan terlihat fungsional dan juga berbentuk sederhana dan juga fleksibel.

Dapat dilihat bahwa bentuk bangunan berupa bentuk kubisme sama seperti kriteria pada tema modern minimalis yaitu bangunan dan ruang berbentuk kubisme dan juga futuristik. Ditambah dengan kriteria tema yaitu ruang yang

5.2 Konsep Perancangan Tapak 5.2.1 Penzoningan Tapak

Konsep perancangan tapak pada site ini dilakukan dengan mengintegrasikan ruang luar dengan ruang dalam, sehingga terjalin ruang fungsional atau aliran kegiatan dari luar ke dalam bangunan serta untuk memanfaatkan kawasan yang merupakan kawasan TOD

Gambar 5.3 Zoning tapak Area parkir

5.2.2 Gubahan Massa

Bangunan Apartment dan rumah susun kwala bekala ini dirancang dengan mengambil bentuk dasar site yang memanjang kearah timur. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi ruang yang lebih baik dan penyesuaian dengan bentuk tapak. Bentukan massa yang mengikuti tapak menciptakan pergerakan angin dari segala sisi bangunan

Gambar 5.4 Gubahan massa

Gambar 5.5 Tampak depan apartment

Bangunan apartment terdapat didepan site dan dibelakang site terdapat rumah susun yang dipisahkan dengan ruang terbuka dan juga lahan parkir. Berikut adalah tampak dan gubahan masa dari rumah susun

Gambar 5.6 Gubahan massa rumah susun

5.3 Konsep Perancangan Bangunan

Gambar 5.8 Konsep perancangan bangunan Area publik

5.3.1 Penzoningan Ruangan

Penzoningan pada bangunan apartment dan juga rumah susun dapat di lihat pada gamabar.

Gambar 5.9 Zoning lantai 01 pada apartment

Gambar 5.11 Zoning lantai 01 Rumah susun

BAB VI

PERANCANGAN ARSITEKTUR

6.1 Sketsa Suasana

Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar hasil rancangan serta foto-foto gambar dan maket.

A B

C D

Gambar 6.1 (a) Prespektif Apartment dan rumah susun (b) Suasana pada lapangan terbuka (c) Suasana pada ruang bersama (d) Tampak depan rumah susun

A b

C D

Gambar 6.2 (a) Suasana Lobby Apartment (b) Tampak prespektif Apartment (c) Tampak prespektif apartment (d) tampak belakang apartment

6.2 Foto Maket

Berikut ini adalah hasil maket dari proyek Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala.

6.3 Gambar kerja

Hasil perancangan pada proyek Apartment dan Rumah Susun Kwala Bekala merupakan gambar kerja yang meliputi:

1. Site Plan (lampiran 1)

2. Denah basement apartment (lampiran 2)

3. Denah lantai 01 dan denah tipikal apartment (lampiran 3) 4. Tampak apartment (lampiran 4)

5. Potongan apartment (lampiran 5) 6. Potongan apartment (lampiran 6)

7. Denah lantai 01 Rumah susun (lampiran 7)

8. Denah tipikal lantai 02-06 Rumah susun (lampiran 8) 9. Tampak Rumah susun (lampiran 9)

10.Potongan Rumah susun (lampiran 10) 11.Potongan Rumah susun (lampiran 11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Apartment dan Rumah Susun Kwala Bekala. Berikut ini merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut :

1 Rumah

Menurut Lili T.Erwin Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan berkumpul suatu keluarga. Rumah juga merupakan tempat seluruh anggota keluarga berdiam dan melakukan aktivitas yang menadi rutinitas sehari-hari. Sedangkan menurut Diana Tantiko Rumah adalah tempat untuk pulang, tempat seseorang (atau sebuah keluarga) memperoleh ketenangan, istirahat, dan perlindungan

2 Rumah Susun

Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun veritikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda bersama dan tanah-bersama. (Rudy Dewanto)

3 Kwala Bekala

Kwala Bekala adalah kelurahan di kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. 4 Apartemen

Apartment adalah suatu ruang atau rangkaian ruang yang dilengkapi dengan fasilitas serta perlengkapan rumah tangga dan digunakan sebagai tempat tinggal. (Harris; 1975; 20)

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa Rumah Susun kwala bekala merupakan tempat tinggal yang merupakan tempat seluruh anggota keluarga

bertempat tinggal dan melakukan aktivitas yang menjadi tempat rutinitas sehari-hari, yang berada di suatu bangunan yang bertingkat tinggi dalam arah horizontal ataupun vertikal yang setiap keluarganya mempunyai tempat tinggal masing-masing.

2.2 Lokasi

Kwala Bekala merupakan wilayah kelurahan yang terletak di Medan Johor, Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Tuntungan terletak di ketinggian 6 - 12 m diatas permukaan laut, yang terletak pada:

Peta Kwala Bekala

MasterPlan Gambar 2.1 Lokasi site SITE

Lintang Utara : 2º.27’ - 2º.47’ Bujur Timur : 98º.35 - 98º.44’

Kecamatan Medan Tuntungan sendiri berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Medan Johor

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat : Kecamatan Medan Selayang

2.2.1. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Sebagai Tapak Rancangan Luas lahan : ± 22.7 ha

Kontur : relatif datar (kontur tanahnya tidak terlalu bergelombang) KDB/KLB : 60% / 1-5

Luas site : 9654 m2 Batas-batas site : Barat : Terminal Timur : Perkebunan Utara : Pusat pasar

Selatan : Hotel Mixed Used Pemilik : PTPN II

Bangunan eksisting : Lahan kosong Keistimewaan site :

1. Posisi site sangat strategis yaitu berada di jalan arteri primer

2. Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, taksi, sepeda motor, dsb).

3. Posisi site bersebelahan dengan Pusat Pasar Lau Chi 4. Posisi Berhadapan dengan Terminal Kwala Bekala

2.3 Studi Literatur 2.3.1 Mebidangro

Presiden telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro), yang meliputi 52 kecamatan di seluruh Kota Medan, seluruh Kota Binjai, seluruh Kabupaten Deli Serdang, dan sebagian Kabupaten Karo. Perpres mengatur mengenai peran dan fungsi Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro, cakupan, tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang, serta peran masyarakat dalam penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro. Selain itu, Perpres juga memuat Peta Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro, Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro, dan Indikasi Program Utama Lima Tahunan Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidangro berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara yang memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia Thailand -Singapura (IMT-GT). Posisinya yang strategis ini menjadi perhatian penting dalam pengembangan Metropolitan Mebidangro ke depan. Medan-Binjai-Deli Serdang & Karo sendiri memiliki visi yang jauh ke depan (visi 2027) yaitu kota yang nyaman dihuni, memiliki fasilitas kota yang terjangkau, mendorong gairah berakitivitas sosial, ekonomi maupun kebudayaan, banyak ruang publik yang mudah dicapai dengan bersepeda atau jalan kaki dan transportasi umum yang andal. Selain itu, sebagai PKN dan KSN Ekonomi, Rencana Pengembangan Metropolitan Mebidangro telah disiapkan sampai tahun 2030. Tujuannya agar Mebidangro mampu menjadi pusat pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT-GT, di samping melayani penduduknya dengan prima. Luas

Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada tahun 2009 total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai 4.2 juta Jiwa.

Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar 30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun 2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung

fisik dasarnya, sekitar 37,55% lahan Metropolitan Mebidangro, yaitu 113.280 ha, potensial dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan Metropolitan Mebidangro mencapai 6,8 juta jiwa.Metropolitan Mebidangro didukung dengan keberadaan Bandara Kualanamu (dalam proses pembangunan) sebagai pengganti Bandara Polonia. Bandara Kualanamu ditetapkan sebagai bandara internasional dengan hierarki pusat pengumpul skala primer (KM 11 Tahun 2010, Tatanan Kebandarudaraan Nasional). Bandara Kualanamu direncanakan memiliki kapasitas pelayanan untuk penerbangan pesawat tipe B.747400, dengan rencana luas wilayah bandara minimal 1.365 ha. Metropolitan Mebidangro juga didukung keberadaan pelabuhan laut Belawan dengan status pelabuhan internasional (PP No. 26 tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Dalam melaksanakan pengelolan Kawasan Metropolitan, penguatan kelembagaan eksisting melalui

pola kerjasama daerah menjadi perhatian penting terkait implementasi pengembangan Metropolitan Mebidangro 2030. Penguatan kelembagaan berorientasi pada sinergi program pembangunan, kepastian hukum dan perpendekan proses birokrasi sehingga mampu meningkatkan gairah investasi di wilayah Metropolitan Mebidangro.Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:

1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand;

2. Peningkatan akses pelayanan pusat pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara internasional, nasional, dan regional;

4. Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka diambillah lima langkah strategis pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu pengembangan koridor ekonomi internasional Belawan –Kuala Namu, pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru, revitalisasi pusat kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli, pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro, dan pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro. Selanjutnya yang dimaksud dengan pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru adalah membangun pusat -pusat pelayanan kota baru yang berfungsi sekunder dan menghubungkan mereka dengan sistem jaringan transportasi massal yang dapat menampung serta melayani sekitar 500.000 jiwa untuk masing-masing pusat pelayanan sekunder. Di sisi lain, dilakukan pula pengembangan koridor kegiatan primer berdasarkan skalanya. Sementara itu revitalisasi pusat Kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli menitikberatkan pada penataan pusat Kota Medan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.

Pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro dimaksudkan untuk memantapkan kawasan hutan di kawasan hulu dan hilir Mebidangro yang berfungsi sebagai resapan air, perlindungan daerah di bawahnya, dan perlindungan flora fauna. Selain itu dilakukan pula pembangunan sempadan sungai yang membentang dari perbukitan Bukit Barisan sampai Selat Malaka, sempadan waduk/danau, dan sempadan pantai yang berhadapan dengan perairan Selat Malaka sebagai ruang terbuka hijau. Sedangkan, pengembangan akses strategis Mebidangro berarti mengembangkan keterhubungan sistem jaringan jalan arteri primer sebagai akses pergerakan pusat produksi ke pusat distribusi dan koleksi. Termasuk pula di dalamnya pembangunan sistem jaringan angkutan massal berbasis jalan dan kereta api yang menghubungkan antar pusat kegiatan sekunder, dan pembangunan keterpaduan simpul sistem jaringan transportasi yang memadukan transportasi darat, udara, dan laut di Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu dan Stasiun Medan

2.3.2 Transit Oriented Development (TOD)

TOD adalah peruntukan lahan campuran berupa perumahan atau perdagangan yang direncanakan untuk memaksimalkan akses angkutan umum dan sering ditambahkan kegiatan lain untuk mendorong penggunaan moda angkutan umum. Peruntuan lahan sekitar stasiun BRT/MRT dikembangkan dengan perbedaan tingkat kepadatan.

Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda.

besar khususnya di kawasan kota baru yang besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong, Singapura, yang memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropa.

Pengembangan wilayah berbasis TOD belum banyak dilakukan di perkotaan Indonesia. Rencana TOD di stasiun Manggarai belum terbukti sampai saat ini, begitu juga dengan stasiun Kota dan Dukuh Atas di Jakarta. Namun, pengembangan TOD yang masih terbatas sudah banyak dilakukan, namun tidak berdampak luas karena tidak sinerginya ke-4 faktor, yaitu :

1. Mixed-use 2. High Density

3. Akses Kendaraan Tidak Bermotor 4. Dekat dengan Stasiun MRT/BRT

Kaitan TOD dengan angkutan Massal TOD harus ditempatkan:

1. Pada jaringan utama angkutan massal

2. Pada koridur jaringan bus/ BRT dengan frekuensi tinggi

3. Pada jaringan penmpan bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama angkutan massal.

Kalau persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh suatu kawasan maka perlu diambil langkah untuk menghubungkan dengan angkutan massal, disamping itu yang juga perlu menjadi pertimbangan adalah frekuensi angkutan umum yang tinggi.

2.3.2.1 Defenisi Transit Oriented Development (TOD)

Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) adalah :

A mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space, and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and employees to travel by transit, bicycle, foot, or car

Sumber : Calthrope dalam Wijaya (2009) Gambar. 2.2

Konsep TOD

Konsep Transit Oriented Development (TOD) ini menawarkan alternative menuju pola pengembangan dengan menyediakan fungsi-fungsi working, living,leisure dalam populasi yang beraneka ragam, dalam kepadatan yang rendahsampai dengan tinggi, dengan konfigurasi fasilitas pedestrian dan akses transit. Karakteristik bentuk kota ini bercirikan keragaman dan densitas tinggi dalam skala lokal/kawasan, dan terhubungkan dengan bagian kota lain oleh sistem transit. Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan. Pergerakan sebagai salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia, diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit, sehingga diharapkan dapat mendorong penggunaan transportasi publik. Pusat-pusat aktivitas dihubungkan antara satu dengan yang lain dalam jarak tempuh berjalan yang nyaman dan aman sebagai upaya untuk mengurangi pergantian antar moda (Wijaya, 2009).

2.3.2.2 Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD) Ciri Tata Ruang TOD

Ada beberapa ciri tata ruang campuran yang bisa dicapai dengan mudah cukup berjalan kaki atau bersepeda. Beberapa ciri penting yang akan terjadi dalam pengembangan TOD[2] yaitu:

1. Penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, serta

Dalam dokumen Apartment dan Rumah Susun Kwala Bekala (Halaman 4-114)

Dokumen terkait