• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Persepsi

Kajian persepsi tidak dapat dijelaskan dari konsumen itu sendiri. Masyarakat dunia dewasa ini dapat dikatakan sebagai masyarakat konsumen. Alasannya jelas, semua orang dalam satu atau lain bentuk tanpa terkecuali adalah konsumen dari salah satu barang yang diperoleh melalui kegiatan bisnis. Bisnis sudah merasuki seluruh masyarakat di dunia dan semua sendi kehidupan manusia. Karena itu, tidak satu orangpun luput dari bisnis. Semua manusia adalah konsumen, termasuk pelaku bisnis atau produsen sendiri. Karena itu, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa bisnis adalah bagian integral dari masyarkat modern, dan mempengaruhi manusia baik secara positif maupun secara negatif. Bisnis ikut menentukan baik buruknya dan maju tidaknya kebudayaan manusia pada abad modern ini.

Berdasarkan kenyataan ini dalam konteks ekonomi, masing masing individu (konsumen) memiliki pandangan subjektif tentang realitas yang menjadi kesadaran dirinya. Apa yang dilakukan merupakan reaksi terhadap pandangan subjektifnya bukan berdasarkan realitas objektif, inilah yang disebut persepsi. Apabila seorang konsumen berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi merupakan pikirannya mengenai realitas yang akan mempengaruhi tindakannya,

seperti keputusannya dalam membeli produk.6 Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan melihat reaksi setiap orang akan berbeda sekalipun stimuli yang dihadapi adalah sama, baik bentuknya, tempatnya, dan waktunya. Misalnya, dua orang pada lingkungan yang sama akan berbeda bentuk reaksinya dalam menghadapi stimuli yang sama. Hal ini karena komposisi potensi dan kapabilitas mereka berbeda dalam menunjukkan kemampuan, kualitas berpikir, dan keakuratan mengambil tindakan. Kaitan ini sifatnya sangat individual.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.7

Menurut Muhammad Dani, Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.8

Persepsi menurut Bilson Simamora adalah “Bagaimana kita melihat dunia sekitar kita”.9 Secara formal lebih lanjut menurutnya, persepsi didefinisikan sebagai suatu proses, dengan nama seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi stimuli kedalam gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh.

Persepsi dalam Ensiklopedi Britanica didefinisikan sebagai suatu proses

6Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 91-92.

7Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 863

8Putri Primanova Ivada, Pengaruh Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Jasa Asuransi Syariah, (Jakarta: Fak. Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009),h.35

9Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.102

melalui stimulasi sensorik yang terorganisir atau pengalaman-pengalaman berarti. Adapun persepsi tersebut sangat mungkin untuk dipengaruhi oleh berbagai harapan dan keinginan, berbagai macam kebutuhan, ide-ide yang tersembunyi atau tanpa disadari, dan juga oleh nila-nilai yang berlawanan. Setiap orang berkecenderungan untuk memahami perintah berdasarkan pengalaman mereka.

Sedangkan Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk mengartikan persepsi sebagai proses yang dilakukanindividu untuk memilih, mengatur , dan meafsirkan ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia.10 Sementara menurut Philip kotler, persepsi adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengelola dan menafsirkan suatu input informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang memiliki arti. Persepsi ini tidak hanya bergantung pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Ketiga poin inilah yang menjadi elemen dasar terjadinya sebuah persepsi.

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan.11

1. Proses pembentukan persepsi

Oleh karena persepsi terbentuk dari stimuli-stimuli yang ada, maka dalam psikologi kontemporer secara umum ia diperlakukan sebagai suatu variable campur

10 Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)h. 92

11Abdul Rahman Saleh, PSIKOLOGI: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Kencana, 2008)Ed. 1, Cet.3., h. 110

tangan (intervening variabel), bergantung pada factor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat keadaan jiwa atau suasana hati, dan factor-faktor motivasional. Menurut Rita Damayanti proses pembentukan persepsi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.12

Gambar 2.1

Proses pembentukan persepsi

ii

Proses pertama dalam pembentukan persepsi adalah penerimaan rangsangan atau data dari berbagai sumber. Sumber-sumber diterima individu melalui panca indera yang dimiliki dan akan diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pendirian arti terhadap rangsangan lain. Dengan banyaknya rangsangan dan beragam yang

12Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi, (Jakarta: FKM UI 2000), h. 14

Proses pengorganisasian seleksi Rangsangan sensasi interpretasi lingkungan PERSEPSI Proses belajar Pengalaman

masuk dan diterima, maka proses kedua adalah proses penyeleksian terhadap rangsangan-rangsangan yang diterima.13 Hal itu terjadi karena tidak memungkinkan untuk memperhatikan keseluruhan rangsangan yang datang dan diterima. Setelah penyeleksian dilanjutkan dengan tahap ketiga, proses penyusunan data atau rangsangan yang telah diterima dan disusun, proses keempat adalah individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah rangsangan atau data tadi ditafsirkan.

Persepsi pada prinsipnya adalah memberikan arti kepada berbagai data. Terdapat beberapa persepsi yang dapat mempengaruhi penafsiran, di antaranya adalah perangkat persepsi, nilai-nilai atau kepercayaan yang dianut individu akan mempengaruhi persepsi yang diterima. Kepercayaan dan pendapat-pendapat, dapat disebut sebagai perangkat-perangkat persepsi.14 Persepsi lain yang dapat mempengaruhi penafsiran adalah pembelaan persepsi, apabila terdapat data atau rangsangan-rangsangan yang diterima individu bertentangan dengan nilai dan keyakinan yang dimiliki, maka individu melakukan apa yang disebut persepsi dengan mekanisme menolak data yang diterima, memodifikasi data, pembenaran sikap dan kepercayaan, data itu diterima.

13Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi, (Jakarta: FKM UI, 2000), h.15 14Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi, (Jakarta: FKM UI, 2000), h.15

2. Faktor Utama yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikelompokkan pada dua kategori; internal dan eksternal. Faktor internal di antaranya adalah kebutuhan psikologi, latar belakang kepribadian, pengalaman, sikap dan kepercayaan, serta penerimaan diri. Faktor eksternal diantaranya; kuat lemahnya rangsangan, baik secara intensitas maupun ukuran, kontras, pengulangan, gerakan, keakraban dan sesuatu yang baru.

Faktor internal berupa kebutuhan psikologi akan mempengaruhi persepsi manusia seperti seseorang yang sedang kehausan ditengah padang pasir yang panas, dan dia melihat di kejauhan pemandangan seperti air berupa fatamorgana. Latar belakang pendidikan juga mempengaruhi penerimaan stumulus seseorang. Individu yang memiliki pengalaman pendidikan rendah akan lebih sulit menerima informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari pada orang yang lebih tinggi. Kepribadian diri seseorang akan mempengaruhi seleksi dalam persepsi. Seseorang yang introvert, pemalu dan suka bekerja sendiri akan mempunyai persepsi yang berbeda dengan seseorang extrovert dalam menilai sikap teman sekerja atau sikap atasannya.

Faktor eksternal dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya adalah kuat lemahnya rangsangan, baik secara intensitas maupun ukuran. Kontras, yaitu sesuatu yang berbeda dengan sekeliling yang lebih menarik perhatian. Pengulangan, misalnya lambaian tangan yang berulang-ulang. Gerakan, yaitu barang yang selalu bergerak.

Keakraban, menunjukkan kepada sesuatu yang familiar dan akrab, serta sesuatu yang baru.

Menurut Pang S. Asngari, pengalaman masa silam memiliki peran penting yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi, yaitu pada tahap interpretasi stimuli-stimuli atau yang disebut dengan proses seleksi. Sedangkan Jalaludin Rahmat mengatakan bahwa faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang disebut sebagai faktor-faktor personal.15 Lebih lanjut dia menjelaskan yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli.

Penjelasan lebih lengkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi datang dari Robbins. Dia menjelaskan faktor-faktor yang membentuk atau yang dapat memutarbalikkan persepsi seseorang adalah pertama, pelaku persepsi (perceiver). Bila seseorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari perilaku persepsi individual tersebut. Di antara karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi pelaku persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi).

Kedua, target. Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita memandangnya. Karena target dipandang dalam keadaan terpencil, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip. Ketiga, situasi. Merupakan konteks dimana kita melihat objek-objek atau peristiwa-peristiwa. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi manusia. Berikut skema yang bisa digambarkan:

Gambar 2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Situation: - Waktu - Keadaan tempat kerja - Keadaan sosial Perceiver: - Sikap - Motif - Kepentingan - Pengalaman - pengharapan Object/target: - Hal baru - Gerakan - Bunyi - Ukuran - Latar belakang - kedekatan PERSEPSI

B. Teori Tentang Preferensi

Sedangkan pengertian preferensi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pilihan, kecenderungan; kesukaan.16 Preferensi adalah pilihan-pilihan yang dibuat oleh para konsumen atas produk-produk yang dikonsumsi. Kekuatan preferensi konsumen akan menentukan produk-produk apa yang mereka beli dari pendapatan mereka yang terbatas, dan juga permintaan (demand) untuk produk-produk.17 Jadi preferensi adalah pilihan konsumen atas suatu produk yang akan dikonsumsi sesuai dengan pendapatan yang dimiliki.

Preferensi juga diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk barang/jasa yang dikonsumsi. Kotler berpendapat bahwa preferensi digambarkan sebagai sikap konsumen terhadap produk dan jasa sebagai evaluasi dari sifat kognitif seseorang, perasaan emosional dan kecenderungan bertindak melalui objek/ide.18

Membeli merupakan kegiatan tertentu dari proses perencanaan, pembelian dan mengkonsumsi produk-produk. Untuk menerangkan tentang mengapa seseorang membeli suatu produk tertentu, perlu dipahami latar belakang pembeli yang bersangkutan, dan harus diketahui pengetahuan dan pengalaman orang tersebut berkaitan dengan produk atau merek yang akan dikonsumsi.

16Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 894.

17Tumpal Rumapea dan Posmon Haloho, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1994), h.300.

Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan pilihan sikap dasar yang digunakan untuk menerangkan pilihan, menentukan tingkah laku individu dalam masalah penetapan pilihan.

C. Teori Tentang Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut mowen dan minor (2002:6) adalah studi tentang unit pembelian (buying habit) dan proses pertukaran yangmelibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan Engel, Blackwell dan miniard (1994: 3), mendefinifikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa. Termasuk proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu (atau kelompok/organisasi) yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan barang dan jasa.

1. Model Perilaku Konsumen dalam Pemilihan Keputusan Konsumen Muslim Fahim Khan (1993)

Gambar 2.5

Konfigurasi pilihan konsumsi diatas memaparkan empat pilihan yang dihadapi konsumen Muslim, yaitu pilihan pertama terdiri dari duniawi dan ukhrawi (belanja di jalan Allah), pilihan kedua terdiri dari konsumsi saat ini (present

PILIHAN PERTAMA

Ukhrawi (belanja dijalan Allah)

Akan Datang PILIHAN KEDUA PILIHAN KETIGA Duniawi PILIHAN KEEMPAT Saat ini 1 Dharuriyat 3 Tahsiniyat pengganti 2 Hajiyat pengganti pengganti

consumption) dan konsumsi akan datang (future consumption), pilihan ketiga terdiri dari (1) dharuriyat, dimaksudkan untuk memelihara lima unsur pokok dalam kehidupan manusia (2) hajiyat, dimaksudkan untuk menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok menjadi lebih baik (3)

tahsiniyat, dimaksudkan agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk menyempurnakan pemeliharaan lima unsur pokok tersebut19. Menurut imam asy-Syatibi, kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila unsur pokok dapat diwujudkan dan dipelihara, yaitu agama, jiwa, akal , keturunan, dan harta. Dan pilihan keempat pengganti ( choice between substitudes ). Menurut Fahim Khan (1995: 40), ekonomi konvensional hanya membatasi pada pilihan kedua dan keempat dan mengabaikan pilihan pertama dan ketiga, sedangkan ekonomi islami mencakup seluruh pilihan diatas.

Ekonomi konvensional secara sadar menganut prinsip self-interest, elemen manusia yang dipakai hanya rasio (‘agl), nafs nabatiyah, dan nafs hayawaniyah.

Sistem riba (rente) berkaitan dengan konsumsi saat ini (present consumption)

dibolehkan, karena secara aksiomatik konsumsi saat ini lebih berharga, lebih penting, dan lebih utama daripada konsumsi akan datang.

Berbeda dengan ekonomi konvensional, ekonomi Islam menganut prinsip keadilan dan keihsanan. Keduanya dibingkai dalam upaya mardhatillah. Dalam Islam, perilaku konsumen digerakkan oleh seluruh aktivitas unsur manusia, yakni

19Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Granada Press, 2007), h.209

ruh, nafs (nahatiyah, hayawaniyah, dan natiqah), ‘aql, dan qalb. Mereka menimbulkan daya konsumsi manusia dalam menyeimbangkan kepentingan duniawi dan ukhrawi, memperhitungkan konsumsi saat ini dan akan datang, mengutamakan konsumsi dharuriyat,mengokohkannya dengan hajiyat,dan memperindahnya dengan

tahsiniyat, dan menggunakan choice between substitutes manakala diperlukan. Dengan demikian, motif mardhatillah mengantarkan konsumen Muslim pada kesejahteraan fisikal dan spiritual yang hakiki.

Perilaku pembelian konsumen banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Titik tolak untuk memahami perilaku pembelian adalah model rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu.

Ada faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yakni faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis ( kotler, hal: 183-200, 2000).

d. Faktor budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak cirri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggotanya. Sub budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

Masih dalam lingkup budaya terdapat kelas social atau strata sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogeny dan permanen. Yang tersusun secara hirarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang berupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indicator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal.

b. Faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurangnya melalui tiga jalur. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi produk dan merk aktual seseorang.

c. Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis mempengaruhi keputusan seseorang dalam melakukan pembelian. Ada empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.

1. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. Sigmun Freud mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis membentuk perilaku manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat memahami motivasi dirinya secara menyeluruh. 2. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk

memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

3. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan, dan penguatan.

4. Keyakinan dan sikap adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan dibentuk berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan (faith).

2. Teori Tentang Pengambilan Keputusan

Konsumen mengambil keputusan untuk membeli jika produk, barang atau jasa memenuhi kebutuhannya akan dirasakan kefaedahannya atau akan menunjang gaya hidupnya. Dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli, konsumen

dipengaruhi selain oleh faktor-faktor lain dari lingkungannya, yaitu kebudayaan, keluarga, status sosial dan kelompok acuannya.20

Adapun model proses pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Hawkins dan rekan 21dapat dilihat pada gambar bagan berikut ini.

Gambar 2.6

Proses Pengambilan Keputusan

SITUASI SITUASI

Gambar diatas menunjukkan unsur-unsur dasar dalam proses pengambilan keputusan dari konsumen. Pengambilan keputusan konsumen semakin ekstensif dan majemuk dengan meningkatnya keterlibatan dalam membeli.

Dalam pengambilan keputusan yang lebih selektif, maka pencarian informasi

20Ashar Sunyoto, Psikologi Industri dan Organisasi, (Jakarta: UI-Press), 2004, h.436

21Ashar Sunyoto,Psikologi Industri dan Organisasi, (Jakarta: UI-Press), 2004, h.437

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Proses pasca pembelian Evaluasi dan Seleksi

Seleksi saluran distribusi dan pelaksanaan keputusan

menjadi lebih lama dan luas, penilaian alternatif menjadi lebih luas dan mejemuk, dan evaluasi pasca pembelian menjadi lebih teliti dan mendalam.

Untuk lebih dapat dipahami tentang unsur-unsur dalam proses pengambilan keputusan konsumen dapat dijelaskan sebagai berikut tahapan-tahapannya:

a. Pengenalan masalah. Proses pengambilan keputusan konsumen mulai dengan mengenali masalah, mengenali adanya masalah merupakan langkah penting dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Masalah konsumen adalah perbedaan antara yang ada (apa yang dipersepsikan oleh konsumen sebagai yang telah ada sekarang) dengan satu keadaan yang diinginkan (apa yang diinginkan oleh konsumen). Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang ada, kedua-duanya dipengaruhi oleh gaya hidup konsumen dan situasi yang berlaku sekarang. Jika perbedaan antara kedua keadaan dirasakan sebagai cukup besar dan penting, maka konsumen mulai mencari jawaban.

b. Pencarian informasi. Langkah kedua dalam proses pengambilan keputusan konsumen ialah pencarian informasi. Konsumen dapat melakukan pencarian informasi yang ektensif internal (informasi yang disimpan dalam ingatan) diperoleh secara aktif melalui pencarian-pencarian sebelumnya dan pengalaman pribadi atau diperoleh secara pasif melalui pembelajaran denga keterlibatan yang rendah informasi, selain dapat dicari dari ingatan sendiri, dapat dicari pula dari empat macam sumber external, yaitu pertama, sumber-sumber pribadi seperti teman, kenalan dan keluarga; kedua, sumber-sumber bebas seperti kelompok-kelompok konsumen, professional bayaran, dan badan-badan pemerintah; ketiga,

sumber-sumber pemasaran seperti karyawan penjualan dan iklan; dan keempat, sumber-sumber pengalaman langsung seperti pencobaan langsung dengan produk. c. Penilaian dan seleksi dari alternatif. Selama dan setelah konsumen mengumpulkan

informasi tentang jawaban-jawaban alternatif terhadap satu masalah yang dikenali, konsumen menilai alternatif-alternatif dan menyeleksi tindakan yang tamapknya paling baik memcahkan masalahnya. Kriteria penilaian adalah berbagai cirri yang dicari konsumen sebagai jawaban terhadap satu masalah.

d. Seleksi saluran distribusi dan pelaksanaan keputusan. Kebanyakan produk konsumen diperoleh melalui salah satu bentuk saluran distribusi atau penyaluran eceran. Dengan demikian konsumen juga harus menyeleksi saluran distribusi sebgaimana harus menyeleksi produk.

e. Proses pasca pembelian. Setelah melakukan pembelian, beberapa konsumen mengalami kesangsian atau kecemasan tentang kebijakan pembeliannya. Gejala ini dikenal sebagai pertentangan pasca pembelian. Pada umumnya terjadi: pertama, antara indvidu-individu dengan kecenderungan mengalami kecemasan; kedua, setelah satu pembelian yang tidak dapat ditiadakan; ketiga, jika penting bagi konsumen, dan keempat jika melibatkan pilihan yang sulit antara dua atau lebih alternative perusahaan sering memanfaatkan fakta bahwa konsumen mencari penguatan sesudah pembelian penting sebagai dasar dalam iklan untuk meyakinkan konsumen bahwa mereka telah membuat pilihan yang tepat.

D. Produk-produk Asuransi Syariah

Ir. Muhammad Syakir Sula dalam bukunya “ Asuransi Syariah (Life and General)”, memberi beberapa contoh produk-produk Life Insurance dan produk-produk General Insurance yang diambil dari salah satu perusahaan asuransi syariah yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga sebagai pionir asuransi syariah di Indonesia.22

1. Produk-produk Asuransi Jiwa (life Insurance)

a. Produk-produk individu yang ada unsur tabungan (Saving) 1. Takaful Dana Investasi

2. Takaful Dana Siswa 3. Takaful Dana Haji 4. Takaful Dana Jabatan 5. Takaful Dana Hasanah

b. Produk-produk individu tanpa unsur tabungan (Non Saving) 1. Takaful Kesehatan Individu

2. Takaful Kecelakaan Diri Individu 3. Takaful al-Khairatindividu c. Produk-produk kumpulan

1. Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan 2. Takaful Kecelakaan siswa

3. Takaful Wisata dan Perjalanan

22Putri Primanova Ivada, Pengaruh Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Jasa Asuransi Syariah, (Jakarta: Fak. Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009),h.28

4. Takaful Pembiayaan 5. Takaful Majelis Taklim 6. Takaful al-Khairat

7. Takaful Medicare

8. Takaful al-Khairat + Tabungan Haji (Takaful Iuran Haji) 9. Takaful Perjalanan Haji dan Umroh

2. Produk-produk Asuransi Kerugian (General Insurance) a. Produk-produk Simple Risk

1. Takaful Kebakaran

2. Takaful Kendaraan Bermotor 3. Takaful Kecelakaan Diri b. Produk-produk Mega Risk

1. Takaful Kebakaran 2. Takaful Rekayasa 3. Takaful Pengangkutan 4. Takaful Surety Bond

5. Takaful Rangka Kapal 6. Takaful Energi

E. Asuransi Dana Pendidikan (Fulnadi)

Asuransi Pendidikan adalah kontrak antara perusahaan asuransi dan orangtua yang menyebutkan bahwa orang tua setuju untuk membayar sejumlah premi asuransi secara berkala kepada pihak perusahaan asuransi, untuk kemudian orang tua akan mendapatkan jumlah dana pendidikan tertentu dari perusahaan asuransi, pada saat anak Anda memasuki usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Dokumen terkait