• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013:5) makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, atau psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar, yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Pemerolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni, 2007:5). Sehingga, hasil belajar merupakan perubahan pada diri siswa kearah yang lebih baik yang menyangkut aspek pengetahuan (knowlage), sikap (attitude), maupun keterampilan (skill).

Klasifikasi hasil belajar menurut Uno (2009:21), variabel hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasikan dengan cara yang sama. Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Keefektifan

Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran, yakni:

1) Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau yang

sering disebut dengan “tingkat kesalahan”.

2) Kecepatan unjuk kerja. 3) Tingkat alih belajar.

4) Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

b. Efisiensi Pembelajaran

Biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.

c. DayaTarik

Daya tarik pembelajaran, erat sekali kaitannnya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

Menurut Anni (2007:14) seperangkat faktor yang memberikan konstribusi terhadap hasil belajar peserta didik adalah kondisi internal dan kondisi eksternal, yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Kondisi internal (kondisi dari dalam peserta didik), mencakup kondisi fisik, seperti kemampuan kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

b. Kondisi eksternal (kondisi dari luar peserta didik), antara lain variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

B. Matematika

Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang

diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar,” juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar” (Sriyanto, 2007:12). Dari pengertian tersebut, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut matematika, karena bila kita tidak suka matematika berarti kita tidak suka belajar.

Menurut Jannah (2011:17-25) pada awalnya, matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan berbagai benda ataupun yang lainnya. Kalau kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Matematika merupakan ilmu pasti dan konkret. Artinya matematika menjadi ilmu nyata (real) yang bisa

diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bentuk. Jadi dalam penerapan hidup kita sehari-hari tidak terlepas dari ilmu matematika.

Menurut Susanto (2013:185) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia Sekolah Dasar (SD).

Standar kompetensi untuk mata pelajaran matematika SD/MI terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Bilangan.

b. Pengukuran dan Geometri. c. Pengolahan Data.

Sehingga, penjumlahan dan pengurangan pecahan termasuk ke dalam kelompok bilangan. Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah

yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.

Prosedur:

1. Pembilang < Penyebut (Biasa disebut dengan “Pecahan Murni”).

2. Bila ada pecahan campuran dalam operasi, maka angka yang utuh dihitung terlebih dahulu.

3. Luas petak pada pecahan pertama harus sama dengan luas petak pada pecahan kedua.

1. Penjumlahan Pecahan

a. Penjumlahan Pecahan Biasa

Menurut Saleh (2009:16) dua buah pecahan dapat dijumlahkan jika kedua pecahan tersebut memiliki penyebut yang sama. Jadi apabila penyebutnya berbeda, penyebutnya disamakan terlebih dahulu. Penyamaan penyebutnya dapat dilakukan dengan menggunakan media petak persegi satuan seperti contoh dibawah ini:

.𝟏

𝟐+𝟐𝟑= 36+46= 76

Gambar 2.1 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa

Keterangan:

Warna Merah = pembilang. Warna Hitam = penyebut.

Garis Biru = persamaan penyebut.

1) Lihat pecahan pertama pada operasi tersebut. Karena pecahan pertama berpenyebut 2, maka tebalkan mikaberbentuk kotak1 yang luasnya dua petak persegidengan spidol berwarna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.2 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa

2) Kemudian, lihat penyebut pada pecahan pertama. Karena pembilangnya 1, maka tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) lain pada kotak1 tersebut yang luasnya hanya satu kotak persegi satuan.

Gambar 2.3 Contoh Kotak1 Penjumlahan Pecahan Biasa

3) Lihat pecahan kedua pada operasi tersebut. Karena pecahan kedua berpenyebut 3, maka tebalkan mika berbentuk kotak2yang luasnya tiga petak persegi (buat di bawah/disamping gambar pecahan pertama)dengan spidol berwarna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.4. Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa

4) Lalu, lihat penyebut pada pecahan kedua. Karena pembilangnya 2, maka tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) pada kotak2 tersebut yang luasnya dua petak persegi satuan.

Gambar 2.5. Contoh Kotak2 Penjumlahan Pecahan Biasa

5) Samakan penyebut dari kedua pecahan tersebut dengan cara menggambar ulang kotak1 dan kotak2

secara continue sehingga luas kotak menjadi sama. Agar gambar terlihat jelas maka tebalkan kotak hasil akhir dari kedua pecahan dengan spidol warna biru. Selanjutnya pembilangnya dapat dihitung sesuai dengan operasi penjumlahan pecahan dengan melihat jumlah kotak berwarna merah dengan penyebutnya adalah jumlah kotak pada kotak akhir dari masing-masing kotak1 dan kotak2. (Lihat Gambar 2.1 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa).

Langkah-langkah tersebut menunjukaan bahwa dalam menjumlahkan pecahan yang memiliki penyebut berbeda, maka harus disamakan penyebutnya terlebih dahulu. Gambar petakan-petakan persegi yang telah ditebalkan dan diarsir menunjukkan KPK dari dari masing-masing pecahan dalam operasi tersebut.

KPK penyebut pecahan (2 dan 3): Kelipatan 2 = 2, 4, 6, .... Kelipatan 3 = 3, 6, .... Maka KPK dari 2 dan 3 = 6.

b. PenjumlahanPecahanCampuran

Caranya hampir sama dengan penjumlahan pada pecahan biasa namun, bilangan bulat pada pecahan campuran tersebut dijumlahkan terlebih dahulu. Apabila salah satu pecahan bukan pecahan campuran maka bilangan bulatnya dianggap sebagai 0 (nol).Contohnya:

.11

2+ 123= (1 + 1) + (12+23) = 2 + [36+46=76]

= 2 + 116 = 316

Cara mengubah ke benttuk pecahan campuran:

.7

6= 1 1

6

Sisa dari hasil bagi 7 dengan 6 Bilangan pembagi (penyebut)

Hasil Bagi 7 dengan 6

(ubah ke bentuk pecahan campuran apabila pembilang lebih besar daripada penyebutnya)

Gambar 2.6 Contoh Hasil Penjumlahan Pecahan Campuran

2. Pengurangan Pecahan

a. Pengurangan Pecahan Biasa

Sama halnya pada penjumlahan, pengurangan pecahan pun hanya dapat dilakukan jika kedua pecahan tersebut memiliki penyebut yang sama. (Saleh, 2009:19) Contohnya:

.𝟐

𝟑𝟏𝟐= 4636=

1 6

Gambar 2.7 Contoh Pengurangan Pecahan Biasa

1) Lihat pecahan pertama pada operasi tersebut. Karena pecahan pertama berpenyebut 3, maka tebalkan mika berbentuk kotak1 yang luasnya tiga petak persegi dengan spidol berwarna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.8Contoh Pengurangan Pecahan Biasa

2) Lalu, lihat penyebut pada pecahan pertama. Karena pembilangnya 2, maka tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) pada kotak1 tersebut yang luasnya dua petak persegi satuan.

Gambar 2.9 Contoh Kotak1 Pengurangan Pecahan Biasa

3) Lihat pecahan kedua pada operasi tersebut. Karena pecahan kedua berpenyebut 2, maka tebalkan mika berbentuk kotak2 yang luasnya dua petak persegi. Dengan spidol warna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.10 Contoh Pengurangan Pecahan biasa

4) Kemudian, lihat penyebut pada pecahan kedua. Karena pembilangnya 1, tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) pada kotak2 tersebut yang luasnya satu petak persegi satuan.

Gambar 2.11Contoh Kotak2 Pengurangan Pecahan Biasa

5) Samakan penyebut dari kedua pecahan tersebut dengan cara menggambar ulang kotak1 dan kotak2

secara continue sehingga luas kotak menjadi sama. Agar gambar terlihat jelas maka tebalkan kotak-kotak hasil akhir dari kedua pecahan dengan spidol warna biru. Selanjutnya pembilang dapat dihitung sesuai dengan operasi pengurangan pecahan dengan mengurangkan jumlah kotak berwarna merah pada kotak1 dengan jumlah kotak berwarna merah pada kotak2dengan penyebut adalah jumlah kotak pada kotak akhir dari masing-masing kotak1 dan kotak2

(Lihat Gambar 2.7 Contoh Pengurangan Pecahan

Biasa).

Langkah-langkah tersebut menunjukaan bahwa dalam menjumlahkan pecahan yang memiliki penyebut berbeda, maka harus disamakan penyebutnya terlebih dahulu. Gambar petakan-petakan persegi yang telah ditebalkan dan diarsir menunjukkan KPK dari dari masing-masing pecahan dalam operasi tersebut, yaitu KPK penyebut pecahan (3 dan 2): Kelipatan 3 = 3, 6, ....

Kelipatan 2 = 2, 4, 6, .... Maka KPK dari 3 dan 2 = 6.

b. Pengurangan Pecahan Campuran

Caranya hampir sama dengan pengurangan pada pecahan biasa namun, bilangan bulat pada pecahan campuran tersebut dijumlahkan terlebih dahulu. Apabila salah satu pecahan bukan pecahan campuran maka bilangan bulatnya dianggap sebagai 0 (nol).

Contohnya: .2𝟐 𝟑− 1𝟏𝟐= (2-1) + [4636] = 1 + 1 6 = 11 6

Gambar 2.12 Contoh Pengurangan Pecahan

C. Media Petak Persegi Satuan

1. Pengertian Media Petak Persegi Satuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) media berarti alat (sarana) komunikasi yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya), perantara, atau penghubung. Menurut Arsyad (1997:4) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pengajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pengajaran diganti dengan istilah lain yaitu alat peraga.

Media dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit,serta mudah dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi pembelajaran (Asnawir dan Usman, 2002:20).

Menurut Asnawir dan Usman (2002:15-16), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain; tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa/mahasiswa, ketersediaan perangkat keras (hardware), dan peranngkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku (behaviour).

b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan mesia yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

c. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi siswa. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.

d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru.

e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yangakan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana memungkinkan lebih menguntungkan daripada menggunakan media yang canggih (teknologi tingggi) bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan.

Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1983:36-38), adapun faktor yang dipakai dalam menentukan alat peraga ialah:

a. Berdayaguna (Effectiveness).

b. Kesederhanaan.

c. Jumlah waktu yang tersedia dalam menyiapkan alat peraga

software.

d. Biaya.

e. Panjangnya masalah. f. Sifat masalah.

g. Fasilitas lingkungan yang mengharuskan digunakannya alat peraga, seperti ruangan, cahaya, listrik, dan lain-lain.

Sedangkan Hidayah dan Sugiarto menyatakan dalam

workshop I, FMIPA UNNES, 2004 yang dimaksud dengan petak persegi satuan ialah alat peraga yang dibuat dari plastik transparan (mika) berbentuk persegi atau persegi panjang digaris menjadi petak-petak persegi. Namun penulis melakukan sedikit modifikasi dengan mengganti mika dengan kertas karton atau white board. Penggunaan media tersebut pada pembelajaran matematika dapat digunakan dengan menggunakan spidol atau mika berwarna-warni untuk membedakan tiap bagian kotak yang telah digunakan untuk menulis. Dengan perkembangan ketersediaan bahan saat ini, kertas bertitik/berpetak ini dapat dibuat menggunakan white board

(dengan titik/petak menggunakan spidol permanen), dan penger-jaannya dengan spidol white board yang dapat dihapus (Muhsetyo.,dkk, 2011:2.30).

Gambar 2.13 Petak Persegi Satuan

2. Langkah Pembuatan Petak Persegi Satuan

a. Menyiapkan kertas karton atau white boardberukuran 33 x 39 cm.

Gambar 2.14 Pembuatan Petak Persegi Satuan

b. Membuat petak-petak persegi dari kertas karton atau white board tersebut dengan ukuran 3 x 3 cm. Sehingga terbentuk 143 petak persegi satuan (Lihat pada Gambar 2.13 Petak Persegi Satuan).

c. Melapisi kertas karton atau white board dengan mika dengan melekatkan dengan double tip dan menebalkannya dengan spidol.

39 cm 33 cm

3. Cara Pemakaian Petak persegi Satuan untuk Menghitung Operasi Penjumlahan Pecahan

Cara menggunakan/memakai media petak persegi satuan pada operasi penjumlahan pecahan, sebagi berikut:

a. Siapkan soal penjumlahan pecahan yang akan dijawab. b. Membuat pecahan dari soal dengan menggunakan dua mika

berbeda (yang satu untuk pembilang dan satunya lagi untuk penyebutnya) dankemudian akan ditempelkan pada petak persegi satuan.

c. Bersama siswa menyusun pecahan dari mika-mika yang telah dibuat. sehingga kedua pecahan memiliki ujung dan akhir yang sama (jumlah seluruh kotak-kotak dipenuhi mika yang sama banyak).

d. Tebalkan dengan spidol setiap bagian pecahan dari mika yang telah dibuat tadi, agar dapat dibedakan jumlah dari pecahan yang disamakan penyebutnya (menunjukkan KPKnya).

e. Hitung banyaknya mika berwarna merah (dapat dengan menggunakan warna lain) yang menunjukkan pembilang dengan mika berwarna lain yang menunjukkan penyebutnya. f. Operasi penjumlahan pecahan dapat dilakukandengan

mengitung seluruh kotak yang berwarna merah sebagai

pembilang dan jumlah kotak yang dipenuhi mika sebagai penyebutnya.

4. Cara Pemakaian Petak Persegi Satuan untuk Menghitung Operasi Pengurangan Pecahan

Cara menggunakan/memakai media petak persegi satuan pada operasi pengurangan pecahan, sebagi berikut:

a. Siapkansoalpengurangan pecahan yang akandijawab.

b. Membuat pecahan dari soal dengan menggunakan dua mika berbeda (yang satu untuk pembilang dan satunya lagi untuk penyebutnya) dan kemudian akan ditempelkan pada petak persegi satuan.

c. Bersama siswa menyusun pecahan dari mika-mika yang telah dibuat. sehingga kedua pecahan memiliki ujung dan akhir yang sama (jumlah seluruh kotak-kotak dipenuhi mika yang sama banyak).

d. Tebalkan dengan spidol setiap bagian pecahan dari mika yang telah dibuat tadi, agar dapat dibedakan jumlah dari pecahan yang disamakan penyebutnya (menunjukkan KPKnya).

e. Hitung banyaknya mika berwarna merah (dapat dengan menggunakan warna lain) yang menunjukkan pembilang dengan mika berwarna lain yang menunjukkan penyebutnya.

f. Operasi pengurangan pecahan dapat dilakukan dengan mengurangkan pembilang pecahan pertama (jumlah seluruh kotak yang berwarna merah pada kotak1) dengan pembilang pecahan kedua (jumlah seluruh kotak berwarna merah pada kotak2) dengan penyebutnya merupakan jumlah kotak yang dipenuhi mika.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus

Kegiatan pra siklus peneliti gunakan untuk melakukan observasi

dan wawancara kepada guru wali kelas V di MI Ma’arif Kutowinagun.

Kegiatan observasi peneliti lakukan pada tanggal 24 Agustus 2015 dan 11 Desember 2016. Observasi ini peneliti lakukan pada pembelajaran matematika. Diharapkan dari pengamatan (observasi) yang peneliti lakukan, peneliti dapat mengetahui metode dan media apa yang digunakan guru untuk mengajar. Rincian dari pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Sikus Peneitian Waktu Pelaksanaan Keterangan

1 Pra Siklus 24 Agustus 2015 dan 11 Desember 2016 2 Siklus 1 11 Januari 2016 3 Siklus 2 13Januari 2016 40

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan (Planning)

a. Guru menentukan sub bahasan/materi ajar yang akan diajarkan yaitu operasi penjumlahan pecahan.

b. Guru mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

c. Mempersiapkan media pembelajaran, alat, dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.

d. Menyiapkan soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa.

e. Menyiapkan lembar observasi untuk guru, guna mengetahui perubahan dan perkembangan siswa dalam pembelajaran.

f. Mempersiapkan pengamatan terhadap siswa dengan cara memperhatikan tingkah lakunya pada saat pembelajaran.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini guru selaku peneliti dibantu guru kolaborator melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah didesain sesuai dengan RPP, antara lain:

a. Kegiatan awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar, berdo’a bersama,

melakukan absensi, mempersiapkan materi ajar, dan media/alat peraga.

2) Apresepsi:

Guru mendorong siswa mengingat kembali pelajaran kelas IV tentang penjumlahan pecahan dengan meminta siswa menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan dengan penyebut sama.

3) Guru menjelaskan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi

a) Siswa diminta mengamati media petak persegi dari kertas karton atau white board di depan kelas.

b) Guru mendorong siswa untuk bertanya,

“Untuk apakah media petak persegi satuan tersebut?”

2) Elaborasi

a) Guru menjelaskan aturan-aturan dalam operasi penjumlahan pecahan beserta contohnya. b) Guru menjelaskan cara menyamakan penyebut

pada penjumlahan pecahan dengan menggunakan petak persegi satuan.

c) Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, membagikan soal beserta media petak persegi satuan untuk diskusikan jawabannya, dan menyiapkan mika pecahan untuk diambil secara bergiliran tiap kelompok pada saat diskusi.

d) Setiap kelompok yang telah menyelesaikan jawabannya dengan mengunakan petak persegi satuan, harus bisa menjelaskan bagaimana cara menjumlahkan pecahan tersebut.

3) Konfirmasi

a) Perwakilan dari masing-masing kelompok diminta maju ke depan untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

b) Guru memberikan hadiah untuk kelompok pertama yang maju kedepan dengan jawaban yang tepat dan benar.

c) Guru menguji keterampilan dan kemampuan siswa dalam soal latihan.

c. Kegiatan Penutup

1) Guru bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan pelajaran.

2) Refleksi tanya jawab, siswa memberikan kesan dan pesan tentang pelajaran yang telah diikuti.

3) Guru meminta siswa untuk membaca materi selanjutnya untuk pertemuan berikutnya, yakni pengurangan pecahan.

4) Penutup dengan do’a bersama.

5) Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

3. Pengamatan (Observing)

Selama pembelajaran berlangsung, guru bersama guru kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas penelitian dan pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menangkap materi yang diajarkan. Kegiatan siswa yang diamati meliputi keaktifan siswa, perhatian siswa, kerjasama kelompok, kemampuan menjawab pertanyaan, dan ketepatan dalam memperagakan media. Sedangkan kegiatan guru yang diamati antara lain, cara berinteraksi dengan siswa, penggunaan strategi dan media yang tepat, cara untuk menyampaikan materi, dan pengkondisian siswa.

4. Refleksi (Reflecting)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, akan dibuat sebagai bahan refleksi dan evaluasi atas tindakan mana yang sudah berhasil sesuai dengan rencana dan mana yang perlu diperbaiki sebagai acuan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus selanjutnya (sklus II).

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan (Planning)

Rencana perbaikan pada siklus II ini, peneliti berupaya untuk meningkatakan keaktifan, perhatian, kerja kelompok, kemampuan menjawab pertanyaan, ketepatan memperagakan media, serta hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran. Dengan materi yang berbeda, perencanaan yang dilakukan pada siklus II, yaitu:

a. Guru menentukan sub bahasan/materi ajar yang akan diajarkan yaitu operasi pengurangan pecahan.

b. Guru mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

c. Mempersiapkan media pembelajaran, alat, dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.

d. Menyiapkan soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa. e. Menyiapkan lembar observasi untuk guru, guna mengetahui

perubahan dan perkembangan siswa dalam pembelajaran. f. Mempersiapkan pengamatan terhadap siswa dengan

memperhatikan tingkah lakunya pada saat pembelajaran.

2. Pelaksanaan (Acting) a. Kegiatan awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam, menanyakan kabar, berdo’a bersama,

melakukan absensi, mempersiapkan materi ajar dan media/alat peraga.

2) Apresepsi

Guru mendorong siswa untuk mengingat kembali pelajaran kelas IV tentang pengurangan pecahan dengan menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan pengurangan pecahan dengan penyebut sama.

3) Menjelaskan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi

a) Siswa diminta mengamati media petak persegi dari kertas karton atau white board di depan kelas.

b) Guru mendorong siswa untuk bertanya,

“Untuk apakah media petak persegi satuan tersebut?”

2) Elaborasi

a) Guru menjelaskan aturan-aturan dalam operasi pengurangan pecahan beserta contohnya. b) Guru menjelaskan cara menyamakan penyebut

pada pengurangan pecahan menggunakan petak persegi satuan dengan meminta salah

satu siswa mem-bacakan prosedurnya sesuai penjelasan guru ada pertemuan sebelumnya. c) Guru membagi siswa dalam 4 kelompok,

membagikan soal pengurangan pecahan, media petak persegi satuan, beserta mika pecahan untuk diskusikan jawabannya.

d) Setiap kelompok yang telah menyelesaikan jawabannya dengan menggunakan petak persegi satuan, harus bisa menjelaskan bagaimana cara mengurangkan pecahan tersebut.

3) Konfirmasi

a) Perwakilan dari masing-masing kelompok diminta maju ke depan untuk memaparkan

Dokumen terkait