• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan, hasil penelitian dan uraian pada pembahasan diperoleh kesimpulan penelitian yaitu:

1. Masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Banten mempunyai nilai pencapaian indikator pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan yang berbeda-beda. Indikator pembangunan sosial yang cenderung mengalami perbaikan dari tahun 2001 sampai tahun 2009 di semua wilayah hanya indikator jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan. Pada pembangunan ekonomi indikator yang mengalami perbaikan dari tahun 2001 sampai 2009 di semua wilayah adalah indikator jumlah PDRB, jumlah PDRB perkapita, jumlah pajak bumi dan bangunan, jumlah pajak bumi bangunan perkapita, dan jumlah pengeluaran perkapita perbulan. Sedangkan pada pembangunan lingkungan, tidak terdapat indikator yang mengalami perbaikan di semua wilayah dari tahun 2001 sampai 2009. 2. Kemajuan atau kemunduran pembangunan sosial antar waktu dan antar

wilayah oleh nilai sintetik indikator pembangunan sosial. Nilai sintetik indikator pembangunan sosial pada tahun 2001, 2005, dan 2009 berturut-turut di masing-masing kabupaten/kota adalah (1). Kabupaten Pandeglang adalah 0.021; 0.126; dan 0.111; (2). Kabupaten Lebak adalah 0.042; 0.137; dan 0.126; (3). Kabupaten Tangerang adalah 0.288; 0.423; dan 0.458; (4). Kabupaten Serang adalah 0.160; 0.190; dan 0.275; (5) Kota Tangerang adalah 0.437; 0.660; dan 0.424; (6). Kota Cilegon adalah 0.437; 0.685; dan 0.524. Berdasarkan nilai sintetik indikator pembangunan sosial tersebut diketahui bahwa Kota Cilegon memiliki pembangunan sosial termaju dan wilayah yang memiliki pembangunan sosial yang paling tertinggal adalah Kabupaten Pandeglang dari tahun 2001 sampai 2009.

3. Kemajuan dan kemunduran pembangunan ekonomi antar waktu dan antar wilayah ditunjukkan oleh nilai sintetik indikator pembangunan ekonomi. Nilai sintetik indikator pembangunan ekonomi pada tahun 2001, 2005, dan

2009 berturut-turut di masing-masing kabupaten/kota adalah (1). Kabupaten Pandeglang adalah 0.008; 0.023; dan dan 0.039; (2). Kabupaten Lebak adalah 0.008; 0.002; dan 0.026; (3). Kabupaten Tangerang adalah 0.278; 0.342; dan 0.494; (4). Kabupaten Serang adalah 0.038; 0.045; dan 0.160; (5) Kota Tangerang adalah 0.464; 0.562; dan 0.633; (6). Kota Cilegon adalah 0.297; 0.301; dan 0.492. Berdasarkan nilai sintetik indikator pembangunan ekonomi tersebut diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki pembangunan ekonomi termaju dan wilayah yang memiliki pembangunan ekonomi yang paling tertinggal adalah Kabupaten Lebak dari tahun 2001 sampai 2009.

4. Kemajuan dan kemunduran pembangunan lingkungan antar waktu dan antar wilayah ditunjukkan oleh nilai sintetik indikator pembangunan lingkungan. Nilai sintetik indikator pembangunan lingkungan pada tahun 2001, 2005, dan 2009 berturut-turut di masing-masing kabupaten/kota adalah (1). Kabupaten Pandeglang adalah 0.406; 0.483; dan 0.480; (2). Kabupaten Lebak adalah 0.645; 0.513; dan 0.251; (3). Kabupaten Tangerang adalah 0.345; 0.389; dan 0.203; (4). Kabupaten Serang adalah 0.573; 0.417; dan 0.337; (5) Kota Tangerang adalah 0.060; 0.264; dan 0.127; (6). Kota Cilegon adalah 0.136; 0.178; dan 0.173. Berdasarkan nilai sintetik indikator pembangunan lingkungan tersebut diketahui bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki pembangunan lingkungan yang paling baik dan pembangunan lingkungan yang paling tertinggal berada di Kota Tangerang dan Kota Cilegon dari tahun 2001 sampai 2009.

5. Status pembangunan di wilayah urban (Kota Tangerang dan Kota Cilegon) dan wilayah rural (Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang) di Provinsi Banten tidak meningkat dari tahun 2001 sampai 2009. Status pembangunan di Kota Tangerang dan Kota Cilegon pada tahun 2001, 2005, dan 2009 adalah equitable. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang pada tahun 2001, 2005, dan 2009 memiliki status pembangunan

ecology preservation, sedangkan status pembangunan di Kabupaten Lebak pada tahun 2001 dan 2005 adalah ecology preservation namun pada tahun 2009 status pembangunan turun menjadi tidak berkelanjutan (unsustainable). Wilayah yang mengalami peningkatan status pembangunan di Provinsi

Banten adalah wilayah peri urban (Kabupaten Tangerang). Status pembangunan pada tahun 2005 adalah pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Namun selanjutnya pada tahun 2009 status pembangunan turun menjadi equitable seperti status pada tahun 2001.

Saran

Beberapa saran yang dapat disumbangkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya, analisis mengenai pembangunan berkelanjutan sebaiknya disempurnakan dengan:

a. Menambahkan indikator dari pilar kelembagaan mengingat dalam perkembangannya pengertian pembangunan berkelanjutan dibangun oleh 4 (empat) pilar yakni pilar sosial, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan.

b. Menggunakan nilai ambang (treshold) yang mengacu kepada standar yang ditetapkan oleh nasional dan atau internasional.

c. Mencoba melakukan pembobotan indikator berdasarkan wilayah studi karena karakteristik wilayah yang berbeda-beda.

2. Wilayah peri urban mampu mencapai status pembangunan berkelanjutan (sustainable development), oleh karena dinamika perubahan lingkungan perlu dikendalikan agar karakterisrik lingkungan yang bias desa dan karakteristik sosial ekonomi yang bias kota dapat dipertahankan.

3. Pembenahan indikator lingkungan di Kabupaten Lebak perlu segera dilakukan seperti mengendalikan jumlah penduduk yang membuang sampah di sungai, jumlah penduduk yang tinggal di bantaran sungai serta pencegahan longsor dan banjir agar terlepas dari status unsustainable.

4. Indikator pembangunan sosial yang perlu ditingkatkan di Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Serang adalah indikator jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan setingkat SMP, jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis dan jumlah rumah tangga yang menggunakan jamban buang air besar sendiri.

5. Indikator yang perlu ditingkatkan di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon adalah indikator menyangkut keamanan yaitu diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah desa yang terkena tindak kejahatan.

6. Mengingat pada tahun 2009 semua indikator ekonomi berada di bawah nilai

treshold di wilayah Kabupaten Serang, Lebak, dan Pandeglang dan dengan menganalisa bahwa ketimpangan ekonomi semakin lama semakin tinggi maka diperlukan kerja keras stake holder dalam meningkatan perekonomian di wilayah-wilayah Kabupaten Serang, Lebak dan Pandeglang. Insentif dari wilayah perkotaan terhadap wilayah pedesaan perlu diatur oleh Pemerintahan Provinsi sebagai salah satu cara peningkatan ekonomi pedesaan oleh karena wilayah pedesaan merupakan penyangga bagi berkembangnya wilayah perkotaan, misalnya daerah aliran sungai (DAS) Cidanau yang berada di wilayah Serang berkontribusi dalam perkembangnya wilayah Kota Cilegon. 7. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Kota Tangerang dan untuk

mencapai kembali pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Tangerang perlu peningkatan pembangunan lingkungan yakni dengan pengendalian tumbuhnya pemukiman kumuh, pengendalian pencemaran air, udara dan suara serta pengendalian bahaya banjir, sedangkan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Kota Cilegon sangat diperlukan pengendalian pencemaran baik pencemaran udara, suara, air dan tanah.

Dokumen terkait