• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa pemberian program intervensi psikoedukasi dapat meninggatkan kemampuan regulasi emosi pada anak Mental Retardasi ringan dalam mengenali, mengelola serta mengekspresikan emosinya dengan tepat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemahaman subjek terkait dari setiap aspek-aspek emosi yaitu bodily arousal (kemampuan seseorang dalam mengenali perubahan fisik dalam diri saat merasakan suatu emosi yang muncul), cognition (kemampuan seseorang untuk memahami situasi dengan tepat) dan expressed behavior (cara seseorang mengekspresikan emosi secara tepat).

2. Pemberian psikoedukasi dirasa efektif karena materi-materi yang diberikan cukup konkrit yaitu berupa video-video, gambar, role-play serta tugas-tugas yang diberikan sehingga mampu menarik perhatian anak dan membuat mereka cepat memahami materi tersebut. 3. Jumlah sesi dalam penelitian ini dirasakan cukup untuk mengenalkan dan membuat anak

memahami emosi dengan baik.

4. Pemahaman regulasi emosi pada kedua subjek sebelum diberikan psikoedukasi tidak jauh berbeda dan tergolong rendah. Secara umum mereka hanya mengetahui jenis-jenis emosi saja, namun untuk penyebab munculnya emosi serta cara mengekspresikannya belum mampu dipahami oleh keduanya.

5. Terdapat peningkatan kemampuan regulasi emosi pada kedua subjek setelah diberikan psikoedukasi. Pada subjek pertama, ia tampak mulai memahami hal-hal yang dapat membuatnya merasa senang, sedih, takut maupun marah. Selain itu ia mampu menilai apa yang dirasakan oleh orang lain melalui ekspresi dan perilaku yang ditunjukkan oleh orang

147 tersebut. Caranya untuk mengekspresikan rasa marah tidak lagi dengan cara memukul orang lain atau melempar suatu barang namun, ia sudah dapat mengontrol perasaannya dan menghindari situasi tersebut. Saat diejek oleh temannya, ia tidak lagi langsung memukul mereka namun ia sudah dapat menanyakan langsung kepada temannya alasan mereka mengejeknya. Pada subjek kedua, terlihat kemampuannya dalam memahami penyebab-penyebab munculnya suatu emosi. Dalam merespon emosi yang ditunjukkan oleh orang lain kepadanya, ia terlihat lebih sensitif. Misalnya ketika seseorang meminta bantuannya atau sedang marah kepadanya ia langsung meresponya dengan tepat. Cara subjek kedua mengekspresikan perasaannya lebih beragam dibandingkan sebelum diberikan psikoedukasi. Pemahaman dan cara mengelola emosi pada kedua subjek memang sudah terlihat peningkatannya namun hal ini belum dapat dilakukannya secara konsisten. Dengan memberikan psikoedukasi diharapkan agar kedua subjek mampu mengenali situasi-situasi dan dapat mengekspresikannya serta mengontrolnya secara tepat. 6. Adapun perbedaan diantara kedua subjek penelitian ini adalah dukungan yang diberikan oleh orangtua. Subjek penelitian kedua mendapatkan dukungan yang lebih besar dari orangtuanya dibandingkan dengan subjek penelitian pertama. Orangtua subjek kedua tampak terus melakukan pengulangan materi psikoedukasi saat di rumah. Ia pun terus memperkenalkan regulasi emosi kepada anaknya dengan melibatkan anak secara langsung pada situasi-situasi yang terjadi.

148 B.Saran

1. Saran Metodologis

 Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian ini, sebaiknya melakukan assesment terhadap tugas yang akan diberikan sehingga dapat mengukur sesuai dengan kebutuhan penelitian

 Bagi peneliti lain yang berminat melanjutkan intervensi ini sebaiknya anak juga diberikan tugas di rumah terkait dengan emosi

2. Saran Praktis

 Psikoedukasi sebaiknya terus diberikan kepada anak dan orangtua dalam membantu keberhasilan program intervensi

 Sebaiknya dilakukan pemantauan lebih lanjut agar anak benar-benar dapat mengelola emosinya secara tepat dan meminimalkan kemunduran yang mungkin saja terjadi

149 DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, Patricia. 2004. Understanding Mental Retardation. America

APA. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (4th ed. Text Revision). Washington, DC: American Psychiatric Association.

Bouras. Nick. 1995. Mental Health in Mental Retardation: Recent Advance and Practices. Cambridge University Press. Australia

Bloom. Elana. 2010. Journal: Recognition, Expression, and Understanding Facial Expressions of emotion in Adolescents With Nonverbal and General Learning disabilities. Chandra, Budiman. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Erianto. 2007. Teknik sampling analisis opini publik. LKIS Pelangi Aksara. Yogyakarta Ellis. 1997. Journal: Recognition of Facial Expressions of Emotion by Children with

Emotional and Behavior disorder. Vol, No.4

Gunarsah, Singgih, D. 2004. Psikologi Perkembangan Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia

Hurlock, Elizabeth. B. (1993). Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga Indigrow Child Development Center. 2010. Artikel: Retardasi Mental

Jemberg, dkk. (2001). Theraplay: Helping Parents and Children Build Better Relationships Throug Attachment-Based Play.

J.W. Santrock. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Erlangga. Jakarta

Kuntjojo.2010.RetardasiMental. http//ebukunt.wordpress.com2010/03/30retardasi-mental Lahey.B.Bejamin.2003. Psychology: an introduction eight edition. MC.Grow Hill.New York Lukens, Ellen P. McFarlane, William R. 2004. Journal Brief Treatment and

CrisisIntervention Volume 4. Psychoeducation as Evidence-Based Practice: Consideration forPractice, Research, and Policy. Oxford University Press.

150 Lopez, Loretta. 2005. Play Therapy With Adolescents. United States of America

Mahabbati. Aini. (2010). Jurnal: Penerimaan dan Kesiapan Pola Asuh Ibu Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus.

Mawardah, dkk. (2012). Journal: Relationship Between Active Coping With Parenting Stress in Mother of Mentally Retarded Child.

McClure. Kelly. 2004. Journal: Emotional Regulation and Intelectual Disability. Journal on Developmental Disabilities

Mohhamad. Effendi. (2006). Pengantar Psikopedagogiek Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Moleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nevid.S.Jeffery. 2009. Psychology: concept and applications. USA. Hougthon Miffin

Company

Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi kelima, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Payne, J. Paton, J,R. (1981). Mental Retardation. Ohio: Bell & Howel

Purini. (2011). http://atipurini.blogspot.com201109terapi-pemainan-bagi-anak- tunagrahita.html

Poerwandari, K. (2007). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Saran, Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Santrock. J.W. 2002. Perkembangan Anak (edisi kesebelas jilid 2). Jakarta. Penerbit Erlangga

Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group Sunaryo, M.Kes.2004. Psikologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

Somantri, Sutjihati. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama Sutjihati. Somantri. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Syukur. (2011). Beragam Cara Terapi: Gangguan Emosi sehari-hari. DIVA Press. Yogyakarta

151 Rahmah & Zamralita. 2004. Jurnal: Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak

Retardasi Mental Ringan

Wiwin, dkk. 2006. Jurnal: Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental

Zahara, Nur. Afridela. 2008. Jurnal: Kecerdasan Emosional Pada Remaja Yang Mengikuti Ekstra Kulikuler Olahraga Basket. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Zaenal, dkk. (2009). Jurnal: Meningkatkan Keterampilan Interaksi dan Komunitas Anak Autistik Melalui Tahap Perkembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis.

Melly. (2010). http://mlymutz.blogspot.com201003tanda-tanda-ciri-ciri-retardasi-mental.html

Wenar. C. &. Kreig, P. (2006). Development Psychology. From Infancy to Adolescence. Fifth edition. Ney York: Mc. Graw Hill Inc.

152

155

156 MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK

MENTAL RETARDASI

Sesi 1

Tema : ice breaking

Tujuan : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan anak yang harus ditepati dalam menjalani terapi

Durasi : 30 – 40 menit Partisipan : Terapis dan anak

Bahan – bahan : Kertas, pinsil warna, Play-dogh Langkah-langkah :

1. Terapis mengajak anak menggambar bersama dengan memberikan kepada anak kertas dan pinsil warna.

2. Setelah menggambar Terapis mengajak anak untuk bermain play-dough

3. Terapis menjelaskan kepada anak tujuan terapi serta jumlah sesi yang akan dilakukan dengannya

4. Terapis menjelaskan bahwa pada awal terapi kegiatan bermain hanya dilakukan oleh terapis dan anak, namun pada sesi pertengahan anak bermain tidak dengan terapis lagi melainkan dengan ibunya

157 Sesi 2

Tema : Bentuk-bentuk emosiku

Tujuan : Menjalin rapport kepada anak serta menilai pemahaman anak akan emosi dasar yang sederhana

Durasi : 35 – 45 menit Partisipan : Terapis dan anak

Bahan-bahan : Puzzle kayu dengan ekspresi wajah

Langkah-langkah :

1. Terapis menyapa anak dengan menanyakan keadaannya hari ini kemudian ia menjelaskan bahwa kegiatan hari ini adalah menyusun puzzleTerapis memperlihatkan satu persatu puzzle di hadapan anak

2. Terapis meminta anak untuk mencabut potongan-potongan puzzle tersebut dan meletakkannya di atas meja, jika anak mengalami kesulitan dalam melakukannya sebaiknya terapis membantunya

158 4. Setelah puzzle tersebut selesai dikerjakannya, terapis meminta anak untuk menyebutkan

ekspresi apa yang ada di puzzle tersebut

5. Jika anak mampu menjawab dengan baik, terapis memberikan hadiah berupa pujian kepadanya

6. Terapis memberikan puzzle dengan ekspresi wajah yang lain kepada anak dan lakukanlah sesuai dengan instruksi di atas

7. Setelah semua puzzle sudah dimainkan terapis memberikan hadiah kepada anak berupa

“bermain bebas”. Anak boleh memainkan puzle-puzle tadi sesuka hatinya.

Sesi 3

Tema : Mengenali emosi

Teknik : Menonton Video dan ceramah

Tujuan : Mengenalkan kepada anak jenis dari emosi dasar yang dimiliki seseorang Durasi : 35 – 45 Menit

Partisipan : Terapis dan anak

Bahan-bahan : Kartu bergambar emosi, laptop dan CD Langkah-langkah :

1. Terapis mengajak anak masuk ke dalam ruangan bermain dan meminta orangtua untuk melihat apa yang dilakukan terapis melalui tempat yang telah disediakan

2. Terapis mengajak anak untuk melihat kartu bergambar emosi satu persatu.

3. Terapis mengajak anak untuk bermain dengan menirukan gambar yang ada di kartu tersebut.

4. Terapis melakukan evaluasi kepada anak sehubungan dengan sesi ini 5. Terapis meminta tanggapan orangtua tentang kegiatan yang dilihatnya 6. Terapis menyimpulkan hasil dari sesi ini.

159 Sesi 4

Tema : Ada apa denganku?

Teknik : Menonton Video dan ceramah

Tujuan : Anak diharapkan mampu mengetahui penyebab munculnya emosi Durasi : 35 – 45 Menit

Partisipan : Terapis dan anak

Bahan-bahan : Kartu bergambar emosi, Laptop dan CD, boneka Langkah-langkah :

1. Terapis mereview tentang pertemuan sebelumnya kepada anak.

2. Sebelum memasuki sesi ini terapis melakukan diskusi pada anak untuk membahas penyebab – penyebab seseorang dapat marah, tertawa, sedih, takut dan cemburu.

3. Terapis mengajak anak untuk melihat video yang telah disediakan

4. Saat melihat video terapis menjelaskan kepada anak dengan ceramah sambil memperagakannya dengan boneka. Misalnya ketika melihat penyebab seseorang marah karena dicubit oleh temannya, terapis juga memperagakan dengan boneka

5. Sesi ini diakhiri dengan mengajak orangtua untuk sama-sama mengevaluasi hasil terapi 6. Sesi ini ditutup dengan menyimpulkan hasil terapi.

Sesi 5

Tema : Mengenali apa yang terjadi di dalam tubuhku Teknik : Ceramah dan praktek, diskusi

Tujuan : Memberikan informasi agar anak memahami dan mampu merasakan perubahan fisik yang terjadi saat mengalami emosi – emosi yang dirasakan

160 Partisipan : Terapis dan anak

Bahan-bahan : Kartu bergambar dan boneka Langkah-langkah :

1. Terapis mengajak anak masuk ke dalam ruangan dan meminta orangtua memperhatikan apa yang dilakukan oleh terapis

2. Terapis mereview sesi sebelumnya dengan menanyakan kepada anak tentang apa yang membuat orang dapat marah, senang, sedih, takut, cemburu dan senang.

3. Terapis bertanya kepada anak tentang materi sesi ini, misalnya “kalau kita marah biasanya

wajah kita bagaimana?”, “biasanya kalau kamu sedang bahagia apa yang kamu lakukan?”.

4. Terapis mengajak anak untuk melihat video tentang perubahan fisik yang terjadi saat emosi muncul

5. Saat melihat video terapis menjelaskan kepada anak sambil mempraktekkan dengan boneka.

6. Selain menggunakan boneka terapis juga mengajak anak untuk mempraktekkannya secara langsung

7. Terapis mengajak anak untuk berdiskusi diluar dari video yang dilihatnya

8. Sebelum sesi ini berakhir terapis meminta anak untuk menyebutkan hal-hal yang telah dipelajari

9. Terapis berdiskusi kepada ibu tentang perkembangan emosi dan pemahamnnya dalam melihat atau menilai emosi orang lain

10. Terapis menyimpulkan hasil terapi

Sesi 6

Tema : Belajar berekspresi

161 Tujuan : Diharapkan anak mampu berekspresi sesuai dengan situasi yang tepat.

Durasi : 35 – 45 Menit Partisipan : Terapis dan anak Bahan-bahan : Laptop, CD, boneka Langkah-langkah :

1. Terapis mengajak anak memasuki ruangan terapi dan meminta orangtua untuk melihat proses terapi di tempat yang telah disiapkan.

2. Terapis mereview sesi sebelumnya kepada anak

3. Sebelum memasuki sesi ini terapis menayakan kepada anak bagaimana cara ia mengekspresi senang, sedih, takut, cemburu dan marah yang biasa ia lakukan.

4. Terapis mengajak anak untuk melihat video yang menggambarkan cara seseorang mengekspresikan perasaannya.

5. Saat melihat video tersebut terapis mencoba mempraktekkan kepada anak. Terapis dapat menggunakan media boneka atau langsung berperilaku seperti apa yang ada di dalam video. Misalnya di dalam video terdapat anak mengekspresikan rasa senangnya dengan melompat, terapis dan anak dapat melakukan hal tersebut dengan melompat bersama.

Sesi 7

Tema : Mengenali perasaanku (1) Teknik : Mecocokkan gambar

Tujuan :Melatih anak untuk paham akan situasi sederhana dan mampu mengekspresikannya secara tepat, Melatih orangtua dalam mendampingi anak

Durasi : 35 – 45 Menit Partisipan : Anak dan orangtua

162 Bahan-bahan : Kertas, potongan-potongan peristiwa atau situasi beserta ekspresi emosi dan spidol warna

Langkah-langkah :

1. Terapis memberikan kepada orangtua sebuah karton yang berisikan potongan-potongan situasi atau kejadian serta ekspresi emosi terhadap kejadian itu yang sudah di tempel. 2. Terapis memberikan instruksi kepada orangtua dengan mengatakan “ ini adalah permainan

untuk bapak dan ibu lakukan bersama dengan anak anda. Ini ada karton dimana di sebelah kanan terdapat situasi – situasi sederhana dan di sebalah kiri terdapat ekspresi emosi dalam menghadapi situasi tersebut. Saya menyusunnya secara acak. Tugas anda adalah meminta anak untuk mecocokkan situasi dengan menarik garis ke gambar ekspresi yang sesuai. Bapak dan ibu dapat membantu anak dalam memahami situasi yang terjadi bukan membantu untuk menunjukkan jawaban yang tepat.”

3. Setelah orangtua dan anak selesai mengerjakan tugas tersebut terapis masuk ke dalam ruangan dengan menanyakan kepada orangtua apa yang anda rasakan ketika bermain dengan anak, apa yang menjadi kendala saat bermain.

163

Inisial :

Kegiatan : Mencocokkan gambar tentang situasi individu

Situasi Ekspresi

164 Sesi 8

Tema : Mengenali perasaanku (2) Teknik : mencocokkan gambar

Tujuan :Melatih anak untuk paham akan situasi sosial dan mampu mengekspresikannya secara tepat, Melatih orangtua dalam mendampingi anak

Durasi : 35 – 45 Menit Partisipan : Anak dan orangtua

Bahan-bahan : Karton, potongan-potongan peristiwa atau situasi beserta ekspresi emosi dan spidol warna

Langkah-langkah :

1. Terapis memberikan kepada orangtua sebuah karton yang berisikan potongan-potongan situasi atau kejadian serta ekspresi emosi terhadap kejadian itu yang sudah di tempel. 2. Terapis memberikan instruksi kepada orangtua dengan mengatakan “ ini adalah permainan

untuk bapak dan ibu lakukan bersama dengan anak anda. Ini ada karton dimana di sebelah kanan terdapat situasi – situasi sosial dan di sebalah kiri terdapat ekspresi emosi dalam menghadapi situasi tersebut. Saya menyusunnya secara acak. Tugas anda adalah meminta anak untuk mecocokkan situasi dengan menarik garis ke gambar ekspresi yang sesuai. Bapak dan ibu dapat membantu anak dalam memahami situasi yang terjadi bukan membantu untuk menunjukkan jawaban yang tepat.”

3. Setelah orangtua dan anak selesai mengerjakan tugas tersebut terapis masuk ke dalam ruangan dengan menanyakan kepada orangtua apa yang anda rasakan ketika bermain dengan anak, apa yang menjadi kendala saat bermain

165

Inisial :

Kegiatan : Mencocokkan gambar tentang situasi sosial

Situasi Ekspresi

166 Sesi 9

Tema : Belajar mengenal situasi Teknik : Menggunting dan menempel

Tujuan : Melatih anak untuk mengaplikasikan emosi dengan berbagai situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, Melatih kerjasama antara anak dengan orangtua serta meningkatkan hubungan diantara mereka.

Durasi : 35 – 45 Menit Partisipan : Anak dan orangtua

Bahan-bahan : Lembar kerja, gunting dan lem Langkah-langkah :

1. Terapis memberikan kepada ibu 2 buah lembar kerja. Lembar yang pertama terdapat soal- soal dan lembar kedua terdapat jawaban dari soal tersebut.

2. Ibu diminta untuk memberikan instruksi kepada anak bahwa anak harus menngunting jawaban serta menempelkannya di lembar yang telah disediakan.

3. Dalam menyelesaikan tugas ini ibu hanya dapat membantu untuk mengarahkan serta mendukung anak, namun tidak dibenarkan dalam memberikan jawaban.

167

Inisial :

Kegiatan : Menggunting dan menempel

Saya akan merasa sedih jika melihat ....

Saya merasa senang saat ....

168 Menurut saya seseorang cemburu biasanya karena ...

169

170 Sesi 10

Tema : Menjadi siapakah aku? Teknik : Role play

Tujuan : Melihat pemahaman anak terhadap keseluruhan sesi terapi, melihat perubahan yang terjadi pada orangtua dalam menghadapi anak setelah mengikuti keseluruhan rangkaian sesi terapi.

Durasi : 35 – 45 Menit Partisipan : Anak dan orangtua

Bahan-bahan : boneka, alat-alat permainan serta kartu tema cerita Langkah-langkah :

1. Terapis memberikan instruksi kepada orangtua untuk mengambil kartu di dalam kotak yang telah disediakan.

2. Orangtua diminta untuk membacakan kartu tersebut dan memberitahukan kepada anak tema dari peran yang akan dimainkan

3. Orangtua dan anak memainkan perannya masing-masing dengan menggunakan media boneka

4. Setelah mereka selesai melakukan sesi ini terapis membahas kegiatan yang dilakukannya dengan orangtua

171 LAMPIRAN 3. Pedoman Wawancara

172 PEDOMAN WAWANCARA BERDASARKAN ASPEK-ASPEK EMOSI

Bodily Arousal

 Apakah anda merasa bahwa jika sedang marah tubuh anda terasa gemetar?  Saat sedang marah apakah nada suara anda meninggi?

 Apakah nafas anda menjadi cepat saat sedang marah?

 Saat sedang marah apakah anda merasa wajah anda terasa panas?  Apakah dada anda terasa berdebar kencang saat merasa ketakutan?

 Apakah anda mengetahui bahwa seseorang akan mengeluarkan keringat saat sedang ketakutan?

 Menurut anda apakah bulu roma akan berdiri saat sedang takut?  Apakah perut anda merasa sakit saat sedang takut?

 Apakah tangan, tubuh ataupun otot anda bergetar saat sedang takut?  Saat sedang sedih apakah anda mengeluarkan air mata?

Cognition

 Apakah anda mengerti jika ada orang yang cemberut kepada anda, berarti ia sedang marah?

 Menurut anda apakah seseorang menangis karena ia sedang sedih?

 Apakah anda pernah berfikir jika anda dibohongi maka anda akan marah?  Menurut anda apakah jika orangsedang tertawa menandakan ia sedang senang?

 Apakah anda pernah berfikir bahwa anda akan merasa sangat senang jika diberikan hadiah?

173  Apakah anda selalu berfikir bahwa cemburu itu disebabkan karena kehadiran anggota

keluarga yang baru?

 Apakah anda berfikir jika seseorang mendapatkan hadiah ia merasa senang?  Menurut anda apakah anda merasa senang saat berkumpul dengan keluarga?  Apakah anda berfikir seseorang merasa senang jika memiliki banyak teman?

 Apakah anda berfikir akan marah jika barang kesayangan saya dihilangkan oleh orang lain?

 Apakah anda berfikir ibu akan memarahi anda jika anda memberantaki kamar?  Menurut anda apakah anda akan marah kepada orang yang sudah mengejek anda?  Apa yang anda fikirkan dan rasakan jika orang terdekat anda meninggal?

 Apakah kamu pernah berikir takut dimarahi guru jika tugas yang diberikannya belum selesai kamu kerjakan?

 Menurut kamu, apakah kamu merasa takut jika dimarahi oleh orangtua?

Expressed behavior

 Apa yang anda lakukakan saat anda merasa sedih?  Apakah saat sedang sedih anda selalu menangis?

 Jika sedang senang apakah anda mengekspresikannya dengan tersenyum?

 Saat anda sedang kesal dengan orang lain apakah anda melampiaskannya dengan cara memukul orang tersebut?

 Apa yang anda lakukan jika ada seseorang yang memberikan anda hadiah?  Apakah anda akan menghindari orang yang anda benci?

 Bagaimana cara anda mengekspresikan kemarahan saat diganggu oleh orang lain?  Apa yang anda lakukan jika anda merasa senang?

174  Apa yang anda lakukan saat anda merasa marah?

 Jika anda marah apakah anda suka membanting suatu barang?

 Jika sedang marah apakah anda lebih suka diam atau justru mengeluarkan apa yang anda rasakan?

 Saat sedang marah apakah anda sering mengepalkan tangan?

 Menurut anda apakah seseorang yang sedih lebih senang menyendiri?  Bagaimana cara anda mengekspresikan rasa takut anda?

175

176 PEDOMAN OBSERVASI BERDASARKAN ASPEK-ASPEK EMOSI

1. Melihat kemampuan subjek dalam menilai situasi yang terjadi di dalam lingkungannya 2. Melihat kemampuan subjek dalam menilai emosi yang dirasakan oleh orang lain 3. Melihat kemampuan subjek dalam mengekspresikan emosinya

177

182

Dokumen terkait