• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN

1. Kajian dan analisis terkait dengan perlindungan konsumen yang telah dilakukan menunjukkan bahwa efektifitas pengawasan barang beredar di pasar hanya sekitar 40,7% barang beredar yang sesuai dengan parameter pengawasan.

2. Hambatan pertama pelaksanaan perlindungan konsumen adalah belum selarasnya pandangan mengenai urusan perlindungan konsumen antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini tercermin dari kurang selarasnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan sistem perlindungan konsumen, perbedaan visi mengenai perlindungan konsumen, perbedaan pandangan terhadap peran instansi pelaksana urusan perlindungan konsumen yang ada di daerah, rendahnya prioritas terhadap urusan perlindungan konsumen, dan rendahnya kemandirian/kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan perlindungan konsumen.

3. Hambatan kedua adalah belum terlaksananya sistem perlindungan konsumen nasional secara terintegrasi. Hal ini tercermin dari rendahnya integrasi pelaksanaan sistem perlindungan konsumen pusat dan daerah, belum terlaksananya urusan perlindungan konsumen di seluruh daerah, masih adanya kewenangan yang tidak dapat dijalankan di daerah, ketidaklengkapan kelembagaan di daerah untuk mewadahi tugas tertentu dalam urusan perlindungan konsumen, masih adanya kegiatan yang dinilai belum memiliki dasar hukum yang kuat, belum efektifnya kerjasama dengan lembaga/ kementerian/instansi lain.

4. Hambatan ketiga adalah rendahnya kapasitas lembaga pendukung sistem perlindungan konsumen nasional, terutama yang paling mendesak adalah keterbatasan jumlah serta kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) seperti Pengamat Tera, Penera, Analis Laboratorium Penguji, Pengawas Barang Beredar dan Jasa, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

5. Hambatan lainnya adalah hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai faktor pendukung terhadap efektifitas pelaksanaan perlindungan konsumen, yaitu (1) permasalahan dibidang manajerial, seperti lemahnya perencanaan dan kurang giatnya koordinasi internal antar bagian pada instansi pelaksana, (2) keterbatasan anggaran, (3) belum adanya basis data yang akurat, terintegrasi, dan mutakhir, serta (4) perubahan faktor eksternal/ lingkungan.

REKOMENDASI

1. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam urusan perdagangan khususnya dalam pelaksanaan perlindungan konsumen, melalui:

37 a. Meningkatkan hubungan dan pemahaman daerah terhadap urusan

perlindungan konsumen

1) Menggunakan hasil pemetaan sistem perlindungan konsumen nasional untuk memetakan kemampuan daerah dalam melaksanakan urusan perlindungan konsumen (Pemberdayaan Konsumen, Pengawasan Barang Beredar, Standardisasi, Pengembangan Mutu Barang, dan Metrologi Legal).

2) Meningkatkan kepedulian (awareness) dan pemahaman Pemerintah Daerah terhadap urusan perdagangan yang diserahkan kepada daerah melalui pelaksanaan bimbingan teknis perlindungan konsumen dan pengayaan materi pelatihan kepala daerah di Kementerian Dalam Negeri.

3) Bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri untuk merancang Tugas Perbantuan kepada Pemerintah Provinsi untuk mendukung sistem perlindungan konsumen nasional.

4) Memperbaiki kualitas perencanaan, komunikasi, dan koordinasi daerah melalui penyediaan basis data dan statistik perlindungan konsumen yang akurat, terintegrasi, serta dimutakhirkan berkala secara nasional b. Meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan

urusan perlindungan konsumen

1) Memotivasi pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan perlindungan konsumen melalui penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan kriteria teknis yang memperhatikan pelaksanaan urusan perlindungan konsumen dan jumlah SDM fungsional pendukung perlindungan konsumen di daerah.

2) Mendorong Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk mempertimbangkan ketersediaan jumlah tenaga fungsional pendukung urusan bidang perdagangan khususnya bidang perlindungan konsumen dalam alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) kepada pemerintah daerah.

c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi perlindungan konsumen daerah secara nasional, berjenjang, dan berkala

1) Memasukkan komponen kinerja perlindungan konsumen dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan bidang perdagangan oleh daerah.

2) Menggunakan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan perlindungan konsumen daerah sebagai dasar penyaluran dukungan atau bantuan kepada daerah.

d. Mereview produk hukum daerah dan menyusun Standar Pelayanan Minimum

1) Mendorong daerah untuk melakukan review dan menyusun produk hukum yang mendukung pelaksanaan sistem perlindungan konsumen.

38 2) Menyusun Standar Pelayanan Minimum (SPM) pemerintah daerah bagi pelaksanaan bidang perlindungan konsumen (Pemberdayaan Konsumen, Pengawasan Barang Beredar, Standardisasi, Pengembangan Mutu Barang, dan Metrologi Legal).

2. Memperkuat Sistem Perlindungan Konsumen Nasional, melalui:

a. Mengevaluasi Sistem Perlindungan Konsumen Nasional.

1) Memetakan dan mengevaluasi kondisi saat ini dari sistem perlindungan konsumen nasional, meliputi kelembagaan, kapasitas, jumlah dan kualitas sumberdaya, kualitas pelaksanaan operasi, dan keselarasan tugas, kewenangan, dan output antar lembaga terkait, mulai dari pusat hingga daerah, dalam menunjang pencapaian tujuan perlindungan konsumen nasional.

2) Mengidentifikasi dan mengestimasi dampak perubahan lingkungan terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen nasional, seperti perubahan pasar, penambahan/peningkatan standar, peningkatan kebutuhan parameter/akurasi uji, perubahan jenis UTTP, munculnya variasi/turunan produk, keterbukaan wilayah, dinamika wilayah, peningkatan lalu lintas barang antar daerah dan dari negara lain, pertambahan penduduk, perubahan cara belanja dan pemasaran barang, pertambahan jenis jasa yang dipasarkan, dan lain-lain.

3) Mengevaluasi kemampuan daerah dalam melaksanakan dan mendukung sistem perlindungan konsumen nasional.

b. Mengembangkan Sistem Informasi Perlindungan Konsumen Nasional.

1) Menyusun dan mengelola Sistem Informasi Perlindungan Konsumen Nasional yang dapat diakses oleh seluruh instansi atau lembaga yang terlibat dalam sistem perlindungan konsumen nasional (Pemberdayaan Konsumen, Pengawasan Barang Beredar, Standardisasi, Pengembangan Mutu Barang, dan Metrologi Legal) untuk mendukung proses perencanaan, komunikasi, pengarahan, koordinasi, kerjasama, dan sosialisasi.

2) Menyusun basis data dan statistik perlindungan konsumen yang akurat serta dimutakhirkan secara berkala dan secara nasional, termasuk beragam indeks yang diperlukan sebagai indikator pelaksanaan perlindungan konsumen.

c. Meninjau peraturan dan dokumen operasional di bidang perlindungan konsumen.

1) Meninjau dan memetakan dasar hukum, bisnis proses, prosedur, dan standar operasi pelaksanaan urusan Perlindungan Konsumen baik yang dibutuhkan di pusat maupun daerah. Termasuk mengidentifikasi produk hukum yang dibutuhkan untuk dibuat oleh daerah, dan produk hukum daerah yang bertentangan dengan pelaksanaan perlindungan konsumen secara nasional.

39 2) Meninjau, memperbaiki, dan melengkapi dasar hukum, bisnis proses, prosedur, dan standar operasi pelaksanaan urusan-urusan perlindungan konsumen agar sesuai dengan strategi, struktur, dan sistem perlindungan konsumen nasional yang akan dilaksanakan, pendekatan kewilayahan, dan otonomi daerah.

3. Meningkatkan kapasitas lembaga pelaksana sistem perlindungan konsumen nasional, melalui:

a. Menyesuaikan jumlah dan kemampuan SDM pendukung perlindungan konsumen

1) Menggunakan hasil pemetaan sistem perlindungan konsumen nasional untuk memetakan jumlah dan kondisi terkini dari SDM yang terlibat dalam pelaksanaan urusan perlindungan konsumen, baik ditingkat pusat maupun daerah.

2) Melakukan estimasi kebutuhan SDM pelaksana urusan perlindungan konsumen pada masa mendatang, dan menyusun strategi rekrutmen, insentif, karir, serta pengembangan SDM urusan perlindungan konsumen.

3) Memastikan Biro Kepegawaian mendukung upaya rekrutmen tambahan bagi tenaga Pengamat Tera, Penera, Analis Laboratorium Penguji, Pengawas Barang Beredar dan Jasa, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk memenuhi kebutuhan di Pusat maupun diperbantukan ke daerah.

4) Bekerjasama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri mendorong daerah untuk menjaga dan memperhatikan komposisi antara tenaga ahli pelaksana dengan tenaga pendukung pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan perlindungan konsumen melalui pertimbangan kriteria teknis dalam Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU).

5) Menggunakan kelembagaan milik pusat yang ada di Daerah seperti Badan Sertifikasi Metrologi Legal (BSML) untuk memeratakan sebaran SDM fungsional bagi pelaksanaan perlindungan konsumen, terutama kepada wilayah yang pelaksanaannya rendah.

b. Mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan secara berjenjang melalui pendekatan kewilayahan bagi pelaksana perlindungan konsumen 1) Menyusun strategi pendidikan dan latihan berjenjang/wilayah dengan

memanfaatkan kelembagaan milik pusat yang ada di daerah seperti BSML, termasuk kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi di daerah, untuk menambah, meningkatkan kemampuan, dan memotivasi SDM pelaksana urusan Perlindungan Konsumen di daerah.

2) Mempersiapkan Standar Kompetensi Kerja bagi pendidikan dan pelatihan beberapa bidang tugas yang dibutuhkan mendesak (pengamat tera, penera, reparatur UTTP, asisten analis lab penguji,

40 dan pengawas barang beredar dan jasa) agar dapat dilaksanakan oleh lembaga/instansi diklat yang lain yang telah disetujui di daerah.

3) Melakukan sertifikasi internal terhadap kompetensi petugas perlindungan konsumen.

c. Merevitalisasi sarana perlindungan konsumen yang mendesak

1) Menggunakan hasil pemetaan dan rancangan strategi, struktur, dan sistem perlindungan konsumen nasional untuk mengidentifikasi kebutuhan sarana pendukung pelaksanaan perlindungan konsumen nasional

2) Secara bertahap merevitalisasi kapasitas sarana prasarana pendukung pelaksanaan tugas perlindungan konsumen sesuai skala prioritas, pendekatan kewilayahan, dan kemampuan keuangan pusat, terutama untuk urusan metrologi legal, pengembangan mutu barang, dan pengawasan barang beredar.

d. Peningkatan komunikasi dan perencanaan

1) Menguatkan komunikasi lintas instansi dan lintas sektor secara berkala melalui forum komunikasi bidang perlindungan konsumen di Pusat.

2) Melaksanakan bimbingan teknis perencanaan perlindungan konsumen dengan memperhatikan hasil forum komunikasi PK di pusat.

3) Memastikan dukungan Kepala Negara dan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap masalah perlindungan konsumen

41 DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, 2013, Tahun 2013 Kasus Gula Ilegal Meningkat 245 Persen, diunduh dari http://pontianak.tribunnews.com/2014/01/08/tahun-2013-kasus-gula-ilegal-meningkat-245-persen tanggal 14 Maret 2014.

Kementerian perdagangan, 2009, Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor20/M-DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa.

_________________, 2007, Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 14/M-DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib Terhadap Barang dan Jasa yang Diperdagangankan.

Laporan Akhir Kegiatan Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa.

2014. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Sanggau.

Suryowati, Estu, Tabung Elpiji di Perbatasan Tak Sesuai SNI, diunduh dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/31/2050378/Tabung.Elpiji.

di.Perbatasan.Tak.Sesuai.SNI tanggal 14 Maret 2014

Dokumen terkait