• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKIBAT

24 Sedangkan hal-hal yang dianggap sebagai AKIBAT yang ditimbulkan adalah:

1) Sosialisasi mengenai ketentuan dan hasil PBBJ kurang merata/ berhasil 2) Koordinasi dengan instansi terkait kurang (eksternal)

3) Pengawasan dan TUSI belum maksimal dilaksanakan 4) Kepatuhan pelaku usaha terhadap ketentuan PK kurang 5) Dukungan anggaran kurang optimal

6) Frekwensi pelaksanaan pengawasan kurang 7) Kurangnya daya saing produk dalam negeri

8) Kurang dukungan informasi dr unit lain dan keterlibatan dalam TPBB 9) Persiapan pelaksanaan pengawasan kurang

10) Kesulitan memenuhi ketentuan sampling

11) Jumlah produk yang harus diawasi terlalu banyak 12) Luas wilayah yang harus diawasi sangat luas

Hasil pengelompokan ini dapat digunakan untuk beragam kepentingan, seperti:

• Identifikasi Prioritas Masalah. Pada dasarnya, informasi yang ada pada Akar Masalah dapat digunakan untuk menyusun strategi dan tindakan untuk mencapai tujuan. Jika dianalogikan sebagai pohon, maka Pokok Masalah adalah batang pohon, kartu-kartu Sebab adalah akar, sedangkan kartu-kartu Akibat sebagai daun dan buahnya. Maka jika ingin memuat pohon yang sehat, lebat buah dan sehat daunnya, maka yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa akar pohon berada dalam kondisi yang sehat dan mendapat nutrisi secara baik. Dengan demikian, masalah-masalah/hambatan-hambatan yang ada dalam kelompok Sebab perlu mendapat prioritas pertama untuk diselesaikan.

• Penyusunan Strategi, Program, atau Tindakan yang Terarah. Strategi, program, atau tindakan harus diarahkan untuk menyelesaikan apa yang ada di bagian akar masalah sebagai prioritas. Pengelompokan ini membantu kita untuk mengenali masalah (problem) dari gejala (symptom).

Strategi/program/tindakan seharusnya diarahkan untuk mengatasi problem dan bukan symptom.

• Penyusunan Indikator Pencapaian Kegiatan. Informasi lain yang dapat diturunkan dari pohon ini adalah ide mengenai indikator pencapaian strategi/program/kegiatan. Indikator dapat diturunkan dari kartu-kartu Akibat

25 (buah dan daun pohon) sebagai akibat dari apa yang organisasi lakukan terhadap akar dan pokok masalahnya.

Elaborasi Akar Masalah

Langkah elaborasi akar masalah dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hirarki dalam kelompok akar masalah. Penentuan hirarki ini penting dijalankan untuk melakukan prioritas kegiatan dan alokasi sumberdaya. Secara umum, masalah yang menempati posisi paling bawah, seharusnya menjadi masalah yang pertama diselesaikan karena ia dianggap mempengaruhi penyelesaian masalah-masalah lain yang ada diatasnya.

Elaborasi akar masalah dilakukan dengan bantuan lembar kerja yang dibawa pergi oleh peserta (take away). Peserta didorong untuk berdiskusi dengan anggota Subdit-nya masing-masing dalam mengisi lembar kerja tersebut.

Gambar 10. Lembar Kerja Elaborasi Masalah

26 Data elaborasi masalah dari masing-masing peserta kemudian diolah dan dikonfirmasikan kepada peserta pada pertemuan berikutnya. Hasil elaborasi dan penyusunan awal hirarki masalah dapat dilihat dalam gambar berikutnya.

Langkah umum yang dilakukan dalam elaborasi masalah adalah,

• Untuk setiap kartu masalah yang ada dalam kelompok Sebab, ditanyakan pertanyaan: “Apa yang menyebabkan masalah ini?”. Jawaban atas pertanyaan tersebut diletakkan dibawah masalah yang bersangkutan, kemudian terhadap jawaban tersebut ditanyakan kembali pertanyaan :

“Apa yang menyebabkan masalah ini?”, dan seterusnya. Peserta didorong untuk sebanyak mungkin merinci penyebab dari kartu masalah yang ada secara logis dan berurutan. Dengan demikian peserta akan mencari runtutan akar dari 12 kartu masalah yang ada dalam kelompok SEBAB. Setiap kartu masalah biasanya memperoleh antara 2 (dua) hingga 5 (lima) kartu runtutan akarnya.

• Jawaban antar peserta terhadap satu kartu masalah kemudian digabungkan, dikelompokkan, dan dibandingkan untuk mencari urutan runtutan gabungan peserta terhadap suatu masalah.

• Setelah penggabungan runtutan untuk satu kartu masalah selesai, kemudian runtutan masalah di satu kartu masalah tersebut dibandingkan dengan runtutan dari kartu masalah yang lain untuk mencari anak runtutan yang sama/senada.

• Jika ditemukan anak runtutan yang sama, maka mereka harus diletakkan dalam tinggi yang sama/sejajar.

• Kemudian ditambahkan garis panah penghubung antara kartu-kartu masalah yang ada.

27 Gambar 11. Lembar Kerja Penggabungan Elaborasi Masalah dan Identifikasi Kartu Runtutan Yang Sama/Senada

A

Koordinasi antar unit terkait kurang

(internal) B

Tidak ada tunjangan

untuk PPBJ C

Mutasi PPBJ di daerah membuat pelaksanaan pengawasan di daerah kurang

optimal D

Sebaran SDM PPBJ dan PPNS PK kurang optimal E

Dukungan pimpinan dalam berkomunikasi/koord inasi dgn unit/

instansi lain F

Struktur organisasi tidak optimal bagi pencapaian Pengawasan yang

maksimal G

Jumlah dan kualitas laboratorium uji kurang menjangkau seluruh Indonesia H

Otoda kurang sempurna membuat hubungan pusat-daerah kurang

optimal I

Ego sektoral menghambat

kerjasama J

Kompetensi dan kualitas SDM PBJ dan PPNS PK (pusat-daerah)

kurang K

Dasar hukum untuk melakukan kegiatan belum lengkap L

Standar Operasi Prosedur untuk melakukan pengawasan belum lengkap

A1Kurang Komunikasi B1

PPBJ belum menjadi pejabat fungsional

tertentu C1

Daerah kurang konsisten dalam penempatan PPBJ D1

Belum sepenuhnya Pusat./ Daerah memahami pentingnya SDM PPBJ dalam rangka perlindungan

konsumen E1Kebijakan Pimpinan F1

Dit. Was hanya unit eselon II, seharusnya menjadi

es. I. G1

Keterbatasan ketersdiaan lab yang belum merata di seluruh Indonesia H1

Tidak ada garis struktural ke daerah I1

Masih memikirkan kepentinmgan organisasi sendiri J1

Tidak adanya tunjangan bagi PPBJ

dan PPNS PK K1

Belum direvisi ketentuan yang mengatur tata-cara pengawasan barang/jasa di pasarL1

Sedang diproses/

dibuat SOP

A2Cenderung TertutupB1

Kebijakan yg blm

ada C2

Daerah kurang memahami PPBJ C2

Sistim Otda perlu

direvisi E2

Mungkin hal tsb tdk dianggap penting

oleh pimp F1

Perlu ada pemisahan org pengawasan dan

penyidikan G1

Masalah kompetensi

lab H1Revisi UU Otda I2 Kurang koordinasi J3

Jarang praktek melakukan penyidikan dan

pengawasan K1

Blm responsif thd

kondisi di lapangan L1Kondisi dinamis

A3

masing2 tertlalu

sibuk B2Tidak ada input C2

Sistim Otda perlu

direvisi C1Otonomi Daerah E1

Belum berkomitmen secara pebuh F2

Kebijakan kementerian blm

mendukung J2

PPNS dan PPBJ tdk ada hub struktural

dng pusat K2

jarang melakukan

analisa L2

Kurang SDM di ditwas utk melakukan penmyusunan

A1Keterbatasan waktu C1Otonomi Daerah J1 Karena Otda

A2 Kurangnya perencanaan

28 Gambar 12. Penyusunan Agar Kartu Runtutan Yang Senada Berada Dalam Tinggi Yang Sama/Sejajar

C

Mutasi PPBJ di daerah membuat pelaksanaan pengawasan di daerah kurang

optimal D

Sebaran SDM PPBJ dan PPNS PK

kurang optimal F

Struktur organisasi tidak optimal bagi pencapaian Pengawasan yang

maksimal G

Jumlah dan kualitas laboratorium uji kurang menjangkau

seluruh Indonesia I

Ego sektoral menghambat

kerjasama J

Kompetensi dan kualitas SDM PBJ dan PPNS PK (pusat-daerah)

kurang L

Standar Operasi Prosedur untuk melakukan pengawasan belum lengkap

B

Tidak ada tunjangan

untuk PPBJ C1

Daerah kurang konsisten dalam penempatan PPBJ D1

Belum sepenuhnya Pusat./ Daerah memahami pentingnya SDM PPBJ dalam rangka perlindungan

konsumen F1

Dit. Was hanya unit eselon II, seharusnya menjadi

es. I. G1

Keterbatasan ketersdiaan lab yang belum merata di

seluruh Indonesia I1

Masih memikirkan kepentinmgan organisasi sendiri J1

Tidak adanya tunjangan bagi PPBJ

dan PPNS PK L1

Sedang diproses/

dibuat SOP

A

Koordinasi antar unit terkait kurang

(internal) B1

PPBJ belum menjadi pejabat fungsional

tertentu C2

Daerah kurang

memahami PPBJ F1

Perlu ada pemisahan org pengawasan dan

penyidikan G1

Masalah kompetensi

lab I2 Kurang koordinasi J3

Jarang praktek melakukan penyidikan dan

pengawasan L1Kondisi dinamis

A1Kurang Komunikasi B1

Kebijakan yg blm

ada C2

Sistim Otda perlu

direvisi C2

Sistim Otda perlu

direvisi E

Dukungan pimpinan dalam berkomunikasi/koord inasi dgn unit/

instansi lain F2 Kebijakan kementerian blm

mendukung J2

PPNS dan PPBJ tdk ada hub struktural

dng pusat K

Dasar hukum untuk melakukan kegiatan belum lengkap L2

Kurang SDM di ditwas utk melakukan penmyusunan

A2Cenderung TertutupB2Tidak ada input C1Otonomi Daerah C1Otonomi Daerah E1Kebijakan Pimpinan H

Otoda kurang sempurna membuat hubungan pusat-daerah kurang

optimal J1Karena Otda K1

Belum direvisi ketentuan yang mengatur tata-cara pengawasan barang/jasa di pasar

A3

masing2 tertlalu

sibuk E2

Mungkin hal tsb tdk dianggap penting

oleh pimp H1

Tidak ada garis

struktural ke daerah K1

Blm responsif thd kondisi di lapangan

A1Keterbatasan waktu E1

Belum berkomitmen

secara pebuh H1Revisi UU Otda K2

jarang melakukan analisa A2

Kurangnya perencanaan

29 Penyusunan Pohon Masalah Tahap-2

Penyusunan pohon masalah tahap-2 adalah langkah memasukkan hirarki masalah ke dalam pohon masalah tahap-1. Informasi mengenai hirarki masalah diperoleh dari langkah elaborasi akar masalah. Setelah unsur hirarki ini dimasukkan, kemudian dilakukan penarikan garis hubungan antar kartu masalah.

Gambar 13. Diskusi Konfirmasi Pohon Masalah Tahap-2

Hasil pengolahan Pohon Masalah Tahap-2 dapat diikuti dalam gambar 14.

Dalam gambar ini, semakin ke bawah maka semakin tinggi prioritas masalah.

30 Gambar 14. Pengaturan Ulang Hirarki Kartu Masalah, Penambahan Hubungan Antar Masalah, dan Penyusunan Pohon

Masalah Tahap-2

31 Gambar 15. Penomoran Masalah

Koordinasi antar unit terkait kurang

(internal) terlalu sibuk pada

Tusi Subdit-nya

Pengukuran kinerja per Subdit,

tidak secara keseluruhan

Kurangnya perencanaan

Tidak ada tunjangan untuk

PPBJ

PPBJ belum menjadi pejabat

fungsional

Kebijakan yang belum ada

Belum dianggap prioritas Mutasi PPBJ

daerah membuat pengawasan tidak

optimal

Daerah tdk konsisten dlm penempatan PPBJ

Daerah kurang memahami PPBJ

Sistem Otda tidak dijalankan serasi

Otonomi daerah

Sebaran SDM PPBJ & PPNS PK

kurang optimal

Pusat-Daerah belum memahami pentingnya PPBJ

dalam PK

Sistem Otda belum optimal

Otonomi daerah

Pengertian pimpinan terhadap

kondisi lapangan

Kebijakan pimpinan

Mungkin hal tsb tdk dianggap

penting Struktur organisasi

tdk mendukung pengawasan

maksimal

Ditwas hanya eselon II

Perlu pemisahan organisasi penindakan dan

penyidikan

Kebijakan kementerian belum mendukung

Jumlah & kualitas lab uji kurang

menjangkau Indonesia

Kapasitas Lab rendah Kompetensi lab

kurang

Hubungan pusat-daerah kurang

optimal

Tidak ada garis struktural ke

daerah

Otoda kurang optimal Ego sektoral

menghambat kerjasama

Masih memikirkan kepentingan organisasi sendiri

Kurang koordinasi (ada koordinasi

tapi semu)

Kompetensi dan kualitas SDM PPBJ & PPNS PK

rendah

Jarang praktek melakukan penyidikan &

pengawasan

PPNS dan PPBJ tidak ada hub struktural dg pusat

Dasar hukum utk melakukan kegiatan belum

lengkap

Belum revisi ketentuan yg mengatur tata cara PBBJ

Belum responsif thd kondisi

lapangan

Jarang melakukan analisis SOP utk

melaksanakan pengawasan belum lengkap

SOP pernah dibuat tapi tidak

berjalan

Kondisi berubah-ubah/dinamis Kurang SDM di

ditwas utk melakukan penyusunan

Motivasi petugas rendah PPBJ belum

menjadi pejabat fungsional

Sistem pengawasan barang beredar belum berjalan

Kurang Bimbingan Teknis Tidak ada MOU

dengan Lab Daerah belum

mandiri menyediakan PPBJ dan PPNS

Dukungan Biro kepegawaian dalam pemenuhan

SDM yg sesuai

Tidak pernah diminta oleh Pimpinan Jumlah SDM PPBJ & PPNS PK kurang untuk

meliputi seluruh Indonesia

1

32 BAB III.

Dokumen terkait