• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari proses pengumpulan data yang dilakukan untuk kepentingan kajian ini, belum semua data yang butuhkan dapat diperoleh, dan dari data-data akhirnya yang dapat diperoleh, juga tidak semua data dapat digunakan untuk menggambarkan indikator-indikator MDGs secara tepat. Hal ini dikarenakan target-target MDGs masih belum terintegrasi dengan tepat dalam perancangan program-program Penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta, sehingga pengukuran indikator-indikator program selama ini belum semua dirancang menurut indikator-indikator yang sesuai untuk pencapaian target-target MDGs.

Dengan keterbatasan perolehan data yang ada, berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari kajian yang sudah dilakukan mengenai gambaran pencapaian target-target MDGs pada program penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta:

 Prevalensi HIV

Prevalensi yang digunakan adalah prevalensi kelompok yang risiko tinggi tertular HIV. Berdasarkan data yang diperoleh dari IBBS 2007, prevalensi pada kelompok ini cukup beragam. Angka prevalensi pada kelompok risiko WPS dan LSL cukup rendah (6%-10%), sedangkan untuk kelompok lainnya, Waria dan Penasun masih cukup tinggi (> 30%). Begitu juga dengan jumlah kumulatif kasus HIV di DKI Jakarta, terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2009 yaitu sebanyak 777 kasus.

 Penggunaan kondom

Tingkat penggunaan kondom pada kelompok berisiko tinggi juga bervariasi. Pengingkatan yang cukup signifikan terlihat pada kelompok WPS tak langsung dari 45.5%26 di tahun 2004 menjadi 87%27 pada tahun 200. Pengingkatan penggunaan kondom juga terlihat pada kelompok Penasun, Waria dan PPS. Namun terlihat juga penurunan pada kelompok risiko tinggi lainnya (LSL danWPS langsung). Apabila dilihat dari konsistensi penggunaan kondom pada seks komersial pada semua kelompok masih relatif rendah (< 40%).

 Pengetahuan komprehensif

Proporsi remaja yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV dan AIDS di DKI Jakarta masih sekitar hampir 22%, sedangkan yang pernah mendengar mengenai HIV dan AIDS sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 82.7%28. Data-data yang ada menunjukkan bahwa cara penularan yang paling banyak diketahui oleh kelompok usia 15-24 tahun adalah 26 (IBBS 2004-2005) 27 (IBBS 2007) 28 (RKD, 2010)

melalui hubungan seksual dan penggunaan napza suntik. Hal ini juga menggambarkan fokus program-program kampanye pencegahan yang memang menekankan pada kedua cara penularan ini sebagai pesan pencegahan. Media yang digunakan dalam program pemberian informasi dan edukasi juga penting untuk dipertimbangkan, dan sebaiknya berdasar pada kajian mengenai media informasi yang populer dan tepat guna untuk memberikan informasi HIV dan AIDS yang akurat kepada remaja dan kaum muda sebagai kelompok yang disasar (SDKI 2007 menunjukkan televisi menjadi salah satu media yang paling banyak dipilih sebagai sumber informasi mengenai HIV dan AIDS).

Layanan ART

Jumlah orang yang mengakses layanan dan yang sedang menjalani pengobatan terkait HIV dan AIDS dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik secara Nasional, maupun di wilayah propinsi DKI Jakarta. Namun peningkatan ini juga diiringi dengan peningkatan jumlah orang yang memenuhi syarat untuk mengakses ARV, sehingga apabila dilihat dari akses universal untuk pengobatan ARV baru mencapai sekitar 50%, yang boleh dikatakan tidak ada peningkatan yang signifikan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 ini.

B. REKOMENDASI

Beberapa hal yang dirasa perlu untuk direkomendasikan berdasarkan pengalaman dalam seluruh rangkaian proses kajian ini adalah:

 Untuk menjawab target-target MDGs dengan tepat, perlu dilakukan sosialisasi terhadap MDGs dan bagaimana menerjemahkan target-target MDGs ke dalam program-program penanggulangan HIV baik secara Nasional dan juga untuk tiap wilayah.

 Mengingat pentingnya ketersediaan data yang akurat, juga dirasa perlu dibentuknya sebuah pusat koordinasi data program penanggulangan HIV dan AIDS yang dapat diakses dengan mudah dan cepat untuk kepentingan penelitian, perancangan program, penyusunan kebijakan, dan pengambilan keputusan.

 Sistem monitoring program, khususnya pendokumentasian yang teratur, teroganisir dan disesuaikan dengan kepentingan pengukuran untuk berbagai kepentingan di atas, juga dirasa perlu. Standarisasi data juga memiliki peran yang penting untuk kemudahan akses dan pengolahan data yang berasal dari berbagi sumber.

DAFTAR ISTILAH

AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ARC Atma Jaya HIV/AIDS Research Center

ART Anti Retroviral Therapy

ARV Anti Retroviral

ASI Air Susu Ibu

BPS Biro Pusat Statistik

FHI Family Health International

HIV Human Immunodeficiency Virus

IBBS Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP : Survey Terpadu Biologi dan Perilaku)

IDU Injecting Drug User (Penasun : Pengguna napza suntik) Inpres Instruksi Presiden

Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KPAP Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi MDGs Millenium Development Goals

UNAIDS Joint United Nations Programme on HIV/AIDS LSL Lelaki yang berhubungan seks dengan Lelaki

IMS Infeksi Menular Seksual

JOTHI Jaringan Orang Terinfeksi HIV Kepres Keputusan Presiden

KIE Komunikasi, Informasi, Edukasi

Mitigasi Pengurangan dampak

ODHA Orang dengan HIV/AIDS

Perinatal Sesudah kelahiran

POM Pengawas Minum Obat

Prevalensi Perbandingan antara jumlah kasus dengan jumlah populasi

PPS Pelanggan Penjaja Seks

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Renstra Rencana Strategis

RKD Riset Kesehatan Dasar

SDKI Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SKRRI Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia SSP Survey Situasi Perilaku berisiko tertular HIV SRAN Strategi dan Rencana Aksi Nasional

UIC University of Illinois Chicago

UNDP United Nations Development Programme

Unesco United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNGASS United Nations General Assembly for Special Session

VCT Voluntary Counseling and Testing (Tes dan Konseling secara sukarela)

Waria Wanita pria

WHO World Health Organization

DAFTAR PUSTAKA

AIDS Research Centre Atma Jaya Catholic University and UNESCO. 2010. Education Sector Response To HIV, Drugs and Sexuality in Indonesia. Jakarta. UNESCO.

BAPPENAS. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. Jakarta. BAPPENAS

BPS & Depkes. 2005. Situasi Perilaku Berisiko Tertular HIV di Indonesia: Hasil SSP Tahun 2004-2005. Jakarta. Depkes.

BPS & Macro International. 2007. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Jakarta. BPS

BPS & Macro International. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta. BPS

Departemen Kesehatan. 2009. Analisis Kecenderungan Perilaku Berisiko Terhadap HIV di Indonesia. Jakarta. Depkes.

Harian Umum PELITA, Edisi 8 Maret 2011. Promosi Kondom, Dual Proteksi Untuk KB dan Kespro.

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=291. Diakses tanggal: 2 Februai 2011

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. (Unpublished).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta. Depkes.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen PP&PL. 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV&AIDS di Indonesia sampai dengan 30 Juni 2010.

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS, 2010-2014. Jakarta. KPAN.

Komisi Penanggulangan AIDS DKI Jakarta. 2008. Rencana Strategi Penanggulangan HIV dan AIDS DKI Jakarta. Jakarta. KPAN

Kompasiana, Edisi 8 Maret 2011. Menyoal (Kapan) ‘Kasus AIDS Pertama’ di Indonesia.

Rivers, K. & Peter, A. 1998. Adolescent Sexuality, Gender and The HIV Epidemic. New York.

UNAIDS. 2009. Penularan HIV pada Hubungan Pasangan Intim di Asia. Jakarta. UNAIDS.

United Nations in Indonesia, http://www.un.or.id/millennium-development-goals. diakses pada tanggal: 13 Desember 2010.

Wardhana A., et al. 2009. Indonesian UNGASS-AIDS Forum. Jakarta. ARC & JOTHI.

Dokumen terkait