• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran penerapan modal sosial orang Sunda dalam kajian sejarah Paguyuban Pasundan di Tasikmalaya yang dilakukan oleh peneliti, maka pada bagian ini penulis akan mencoba menarik beberapa simpulan dan rekomendasi dengan tidak terlepas dari fokus masalah yang telah dirumuskan.

Kesimpulan di dapat dengan melakukan komparasi antar temuan-temuan di lapangan dengan teori-teori yang ada. Adapun simpulan yang didapat peneliti dengan melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Desain pembelajaran sejarah, dalam hal ini perangkat perencanaan pembelajaran dengan materi sejarah lokal dengan integtasi nilai kearifan lokal harus dibuat dengan penuh ketelitian dan perencanaan yang tepat. Guru membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan RPP yang didesain untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Silabus yang dibuat guru adalah silabus standar dari BSNP dengan modifikasi sangat minimal. RPP disusun oleh guru dengan mengintegrasikan materi sejarah lokal. Integrasi nilai kearifan lokal didesain melalui improvisasi di lapangan sesuai situasi dan kondisi didasarkan kepada desain pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya baik dalam proses pembelajaran ataupun dalam penilaian, terutama yang dapat dilakukan dalam tindakan kehidupan sehari-hari. 2. Implementasi pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi nilai kearifan

lokal seperti apa yang direnanakan dalam rencana pembelajaran, diawali dengan kegiatan awal dengan menggunakan Pre-test untuk mendapatkan entry behaviour peserta didik dalam kesiapannya untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah merasa peserta didik siap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, kemudian guru melaksanakan kegiatan inti. Dalam

kegiatan inti ini, guru mengimplementasikan teknik sydney micro skills, dimana guru dapat mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran, atau mengelola kelas dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Selanjutnya guru juga dalam menjelaskan materi pelajaran memberikan penguatan kepada peserta didik. Selain itu, guru melakukan variasi dalam pembelajaran, mengelola diskusi serta memberikan pelajaran baik secara individu ataupun kelompok. Kemudian dalam kegiatan penutup guru membuat rangkuman materi yang telah disampaikan kepada peserta didik, memberikan evaluasi dengan berbagai variasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta memberikan refleksi.

3. Hasil pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi kearifan lokal menunjukan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman dari peserta didik, terutam munculnya sebuah kesadaran sejarah. Penerapan nilai kearifan lokal budaya Sunda silih asih – silih asah – silih asuh dalam pembelajaran telah membuat peserta didik tumbuh kesadaran etnosentris, dimana peserta didik diajak untuk menyelami dan memahami budaya hasil nenek moyangnya. Selain itu, integrasi nilai kearifan lokal budaya Sunda silih asih – silih asah – silih asuh dalam pembelajaran akan menghasilkan sebuah resiprocity berupa solidaritas atau kesetiakawanan sosial yang merupakan sebuah modal sosial dan dapat berkontribusi menjadi sebuah trust dalam mengarungi kehidupan ke depannya.

4. Kendala dalam implementasi pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi nilai kearifan lokal adalah terbatasnya informasi yang didapat, baik dari referensi buku ataupun sumber lainnya. Selain itu pula, nilai kearifan lokal yang diimplementasikan tidak akan serta merta langsung diterima oleh peserta didik, namun lambat laun peserta didik memahami dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Solusi yang dapat dilaksanakan dalam rangka mengurangi kendala yang muncul dalam pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi kearifan lokal adalah dengan peningkatan kemampuan guru, dimana guru harus berani mengupgrade kompetensinya dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Selain itu pula diharapakan adanya peranan dari stakeholder pendidikan terkait untuk dapat terus membuat kebijakan dalam upaya melestarikan dan mengembangkan budaya daerah.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil penelitian ini ditujukan kepada pihak-pihak terkait yang dapat terlibat dalam pengembangan pembelajaran sejarah di sekolah, khususnya pembelajaran sejarah lokal. Adapun rekomendasi yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Guru sejarah diharapkan dalam fungsinya sebagai “curriculum developer” dapat membuat desain pembelajaran sejarah dan kemudian mentransformasikannya dalam proses pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah lokal, guru harus dapat meningkatkan “professional skills” dengan mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran tanpa melupakan keanekaragaman peserta didik, serta dapat mengklonklusikannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah kesadaran sejarah.

2. Sekolah, dalam hal ini adalah perangkat sekolah harus mengimplementasikan visi, misi, strategi sekolah dalam bentuk nyata, bukan hanya semboyan atau slogan saja. Implementasi dari visi, misi ataupun strategi sekolah dapat terjadi dalam sebuah proses pembelajaran. Integrasi dari visi, misi dan strategi sekolah ke dalam sebuah proses pembelajaran dapat terjadi apabila adanya keinginan dari berbagai perangkat sekolah dimulai dari Kepala Sekolah, guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk mengimplementasikannya.

3. Stakeholders pendidikan, dalam hal ini seperti Yayasan ataupun Dinas Pendidikan, dimana lembaga tersebut mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk dapat menyusun referensi yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah. Khusus untuk SMA yang berada di naungan Paguyuban Pasundan, Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah (YPDM) dapat menyusun buku referensi sejarah mengenai Paguyuban Pasundan

yang dapat digunakan di lingkungan terbatas. Dengan adanya buku referensi tersebut diharapkan peserta didik dapat membacanya dan kemudian dapat lebih mengenal dan memiliki lembaga pendidikan dimana peserta didik bersekolah. Selanjutnya adalah peranan Pemerintah, dimana SMA Pasundan 1 Tasikmalaya yang berada di bawah arahan Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya dapat mengejawantahkan program dari Provinsi Jawa Barat dengan program “nyunda”-nya dengan membuat payung hukum dalam implementasi pelestarian dan pengembangan budaya daerah.

4. Peserta didik SMA Pasundan 1 Tasikmalaya sebagai generasi penerus bangsa agar dapat terus meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya mengenai pentingnya belajar sejarah, terutama belajar sejarah lokal yang tidak jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. Selanjutnya nilai kearifan lokal budaya Sunda silih asih – silih asah – silih asuh agar dapat terus diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya dalam pembelajaran di dalam kelas saja. Hal ini dapat menjadi sebuah modal sosial dalam mengarungi kehidupan di dunia nyata.

5. Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan implementasi pembelajaran sejarah lokal dengan menerapkan nilai kearifan lokal direkomendasikan untuk terus mengkaji dan menelaah berbagai pemasalahan yang ada dalam pembelajaran sejarah. Selain itu pula, diharapkan dapat mencoba mengimplementasikan pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi nilai kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah dengan latar situasi dan kondisi yang berbeda, dengan guru yang berbeda dan dengan peserta didik yang berbeda. Hasil temuan yang didapat dalam penelitian ini hendaknya dapat dikembangkan melalui penelitian-penelitian lagi untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dari segi metodologi ataupun teori. Diharapkan penelitian dan penelitian secara berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi peneliti.

Dokumen terkait