6. 1. Kesimpulan
1. Sistem tataniaga tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri terdiri dari tiga buah saluran tataniaga yaitu: Saluran tataniaga I : petani – CV.Wangun Mandiri – pedagang pengumpul – pedagang pengecer, Saluran tataniaga II: pedagang pengumpul – CV.Wangun Mandiri - pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Saluran tataniaga III: pedagang pengumpul – CV.Wangun Mandiri – distributor. Fungsi pertukaran berupa penjualan dan pembelian, fungsi fisik berupa kegiatan pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.
2. Struktur pasar pada CV.Wangun Mandiri cenderung mendekati pasar persaingan sempurna, sedangkan pada tingkat distributor, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer cenderung mendekati pasar oligopoli.
Kerjasama antara CV.Wangun Mandiri sangat terjalin dengan baik melalui kegiatan jual-beli produk tepung tapioka. Hal yang sama juga terjadi diantara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Kemudian secara umum sistem pembayaran yang dilakukan CV.Wangun Mandiri dan antar lembaga tataniaga dilakukan secara tunai dan harga produk berdasarkan mekanisme pasar atau kebijakan bersama yang disepakati sesame mitra bisnis.
77 3. Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas tepung tapioka, saluran tataniaga tepung tapioka yang efisien adalah saluran tataniaga satu dan dua berdasarkan nilai margin yang dimiliki pada kedua saluran tataniaga yang paling kecil sebesar Rp1.500/Kg, rasio keuntungan dan biaya tertinggi sebesar 4.42 dan farmer’s share yang tertinggi dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya yaitu 70 persen.
6. 2. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian tataniaga tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri, yang perlu menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan pendapatan perusahan serta lembaga-lembaga tataniaga lainnya yaitu meningkatkan saluran tataniaga III dimana peran pabrik tepung harus lebih kuat dalam menjalin mitra bisnis. Sehingga dalam hal ini di CV.Wangun Mandiri akan menjadi lebih mandiri. Selain itu, untuk mewujudkan hal ini maka sebaiknya lebih meningkatkan akses pasar, modal serta akses informasi terhadap pasar.
2. Pada saluran tataniaga lain (saluran I, II dan III) sebaiknya CV.Wangun Mandiri melakukan fungsi-fungsi tataniaga (fungsi fisik dan fasilitas) yang sebenarnya dapat dilakukan. Hal lain yang menjadi saran seperti untuk mengambil bahan baku dari petani dan sebaiknya tidak menjual dengan sistem eceran, sehingga dengan demikian CV.Wangun Mandiri juga tidak merasa dirugikan dan akan mendapatkan nilai jual lebih dibanding dengan
78 sistem yang umum digunakan para pabrik tepung ubi kayu yang berada di Ciparigi Bogor Utara.
79 DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka, Ratna W. 1999. Pemasaran Pertanian: Suatu Kajian Teoritik dan Empirik. Jurusan Sosek-Faperta. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Asmarantaka, Ratna W. 2009. Pemasaran Produk-produk Pertanian dalam Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Editor Nunung Kusnadi, dkk. Bogor:
IPB Press.
Badan Pusat Statisti, RI. 2015. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan 2010-2015. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Dahl, D.C. and Hammond J. W. 1987. Market and Price Analysis. The Agricultural Industries. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York Dahl, D.C and Hammond, J.W. 1997. Market and Price Analysis. The Agriculture
Industries. Mc. Graw-Hill Inc. New York
David, FR. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta (ID). Salemba Empat, Jakarta Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
Hafsah, MJ. 2003. Bisnis Ubi kayu Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
http://www.nationsencyclopedia.com/Asia-and-Oceania/industry.html (diakses tanggal 4 Oktober 2017)
http://www.academia.edu/map_Ubikayu.html (diakses tanggal 4 Oktober 2017) Lingga, P, dkk. 1986. Bertanam Umbi-Umbian. PT. Penebar Swadaya Jakarta.
Limbong dan Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian (Bahan Kuliah Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Limbong, W.H dan P Sitorus. 1997. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Maryani, N. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Kedelai di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Agribisnis.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor
80 Nugraheni. 2014. Analisis Rantai Nilai Komoditas Pertanian Ubi Kayu (Manihot
Esculeta Crantz) Di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati. Bogor: IPB Peranginangin, B. 2011. Analisis Tataniaga Markisa Ungu di Kabupaten Karo
Desa Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara [skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Prasasto, S. 2007. Aspek Produksi Tepung Ubi Kayu Dalam Analisis Nilai Tambah Agroindustri Keripik Ubi. Aceh Utara: Universitas Malikulssaleh.
Rahma, S. 2008. Efisiensi Tataniaga Cabai Merah, Studi kasus Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat [skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Statistik Agroindustri. 2012. Populasi Tepung Tahun 2007-2015 Indonesia.
Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.
Statistik Kabupaten Bogor.2016. Kabupaten Bogor dalam Angka 2016. Bogor:
Kepala Badan Statistik Kabupaten Bogor.
Stanton, W.J. 1996. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga
Soeharto, I. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Teori dan Kebijakan.
Jakarta: Erlangga
Soekartawi. 1994. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Pers, Jakarta
Sudiyono A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Supardi, S. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian 1. Fakultas Pertanian.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
81
Rata-rata keuntungan (Rp/kg) 237
CV.Wangun Mandiri Tepung Tapioka Tepung Asia
Harga Beli (Rp/kg) 1.200
Harga Jual (Rp/kg) 4.500 1.500
Biaya (RP/kg) 608,6 450
Keuntungan (Rp/kg) 2.691,4 1.050
Marjin (Rp/kg) 3.300 300
Pedagang Pengumpul Tepung Tapioka Tepung Asia
Harga Beli (Rp/kg) 3.500
Rata-rata keuntungan (Rp/kg) 450
CV.Wangun Mandiri Tepung Tapioka Tepung Asia
Harga Beli (Rp/kg) 1.200
Harga Jual (Rp/kg) 4.500 1.500
Biaya (RP/kg) 608,6 450
Keuntungan (Rp/kg) 2.691,4 1.050
Marjin (Rp/kg) 3.300 300
Distributor Tepung Tapioka Tepung Asia
Harga Beli (Rp/kg) 3.500
Harga Jual (Rp/kg) 4.250
Biaya (RP/kg) 250
Keuntungan (Rp/kg) 500
Marjin (Rp/kg) 750
82 Saluran III
Pelaku Nilai (Rp)
Pabrik Tradisional (home industry)
Rata-rata harga jual (Rp/kg) 1.200
Rata-rata biaya (Rp/kg) 750
Rata-rata keuntungan (Rp/kg) 450
CV.Wangun Mandiri Tepung Tapioka Tepung Asia
Harga Beli (Rp/kg) 1.200
Harga Jual (Rp/kg) 4.500 1.500
Biaya (RP/kg) 608,6 450
Keuntungan (Rp/kg) 2.691,4 1.050
Marjin (Rp/kg) 3.300 300
Distributor Tepung Tapioka Tepung Asia
Harga Beli (Rp/kg) 4.500 1.500
Harga Jual (Rp/kg) 29.500 23.400
Biaya (RP/kg) - -
Keuntungan (Rp/kg) - -
Marjin (Rp/kg) 25.000 21.900
83 lampiran 2. Kuesioner Penelitian
ANALISIS MARGIN TATANIAGA TEPUNG UBI KAYU (SINGKONG)