• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rantai Nilai Pengolahan Tepung Singkong CV.Wangun Mandiri

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Rantai Nilai Pengolahan Tepung Singkong CV.Wangun Mandiri

Rantai nilai adalah model yang digunakan untuk membantu menganalisis aktivitas-aktivitas spesifik yang dapat menciptakan nilai, keuntungan kompetitif bagi organisasi dan merupakan cara sistematis untuk memeriksa semua aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan serta bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut berinteraksi yang dimaksudkan untuk membantu perusahaan menganalisis sumber keunggulan bersaing. Analisis rantai nilai memperlihatkan organisasi sebagai sebuah proses yang berkelanjutan dalam kegiatan penciptaan nilai. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai. Aktivitas dalam rantai nilai terbagi menjadi dua kategori yaitu, aktivitas utama dan aktivitas pendukung.

Pada aktivitas utama akan dikaji dari sisi pengadaan bahan baku, operasi, dan pemasaran. Adapun aktivitas pendukung terdiri dari penyiapan infrastruktur penunjang industri, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pengadaan. Tahapan rantai nilai pengolahan tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri secara umum dapat dilihat pada Gambar 5.

55 Gambar 5. Rantai Nilai Umum Pengolahan Tepung Singkong CV. Wangun Mandiri

Sumber: Data CV.Wangun Mandiri, 2017 (diolah)

Rantai nilai pengolahan tepung singkong di CV. Wangun Mandiri pada Gambar 5 menunjukkan tahapan rantai nilai, pelaku-pelaku dalam setiap tahapan, serta lembaga pendukung langsung (supporter) dalam berbagai tahapan tersebut.

Pelaku yang terlibat dalam tahapan rantai nilai pengolahan tepung singkong di CV.

Wangun Mandiri yaitu, pabrik tepung tradisonal sebagai penyedia bahan baku tepung singkong, Industri pengolahan tepung singkongyang diolah menjadi tepung tapioka dan tepung asia dan distributor yang memasarkan dengan penambahan nilai pada pengemasan produk olahan tepung singkong tersebut ke konsumen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan, terdapat lembaga pendukung langsung (supporter) pada tingkat penyedia bahan baku singkong, yang

VC STAGE

56 diperoleh dari petani singkong untuk diolah menjadi tepung singkong di CV.

Wangun Mandiri dari Dinas Pertanian dan Perindustrian Kabupaten Bogor melalui peraturan terkait dengan perijinan usaha atau agroindustri tepung singkong pada wilayah Kecamatan Ciparigi, Bogor Utara menjadi sentra industri tepung singkong.

Sedangkan untuk mempelajari pengolahan tepung singkong, pabrik tepung ini melakukan secara autodidak dan mengandalkan tenaga kerja berpengalaman dalam menjalankan usahanya. Industri pengolahan tepung singkong tidak mendapat dukungan langsung maupun tidak langsung dari lembaga penunjang baik dalam bentuk pelatihan maupun permodalan. Sumber daya manusia (SDM) di Industri pengolahan tepung singkong dibimbing oleh tenaga ahli yang juga merupakan kepala bagian produksi, sementara untuk menjalankan usaha ini pemilik CV.Wangun Mandiri masih menggunakan modal pribadi, perusahaan tidak mendapat bantuan permodalan dari lembaga keuangan. Sedangkan untuk memasarkan produknya perusahaan ini bekerjasama dengan 20 distributor tepung singkong yang tersebar diberbagai tempat di pulau Jawa dan Sumatera.

Ketersediaan lembaga pendukung seperti lembaga keuangan diperlukan dalam usaha pabrik tepung singkong tradisonal maupun industri pengolahan tepung singkong, dengan tersedianya modal CV.Wangun Mandiri sebagai pelaku usaha dapat mengembangkan usahanya. Pengembangan sumber daya manusia di industri pengolahan tepung tapioka dan tepung asia juga diperlukan guna menambah pengetahuan tentang teknik dalam proses produksi, teknologi dan pengemasan produk olahan tepung singkong. Pengembangan sumber daya manusia ini bisa didapat melalui pelatihan yang diadakan oleh Dinas Perindustrian dan instansi

57 terkait lainnya. Industri pengolahan tepung singkong juga perlu meningkatkan promosi produk dengan memanfaatkan media internet dan mengikuti pameran-pameran untuk mengedukasi masyarakat mengenai produk olahan tepung singkong dan memperluas pangsa pasar.Penjelasan mengenai aktivitas terkait dalam rantai nilai pengolahan tepung singkong ditunjukkan dalam Tabel 4.

58 Setelah dijelaskan kondisi rantai nilai, maka dilakukan analisis rantai nilai.

Analisis dilakukan terhadap tahapan proses penting dalam usaha pengolahan tepung singkong. Uraian proses tersebut dianalisis untuk melihat seberapa pentingnya sumber daya, teknologi dan kapabilitas tersebut dalam membentuk kemampuan bersaing perusahaan. Analisis tersebut ditunjukkan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Rantai Nilai Pengolahan Tepung Singkong

Sumber: Data CV.Wangun Mandiri, 2017 (diolah)

MARGIN (Gedung dan akses jalan menuju lokasi memadai)

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM di pengolahan dilatih oleh pekerja yang sudah ahli sehingga

memiliki

kemampuan yang dibutuhkan untuk pengolahan tepung singkong)

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

(Alat yang digunakan untuk produksi masih semi modern dan masih

59 Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat beberapa aktivitas di dalam rantai nilai industri pengolahan tepung singkong menjadi tepung tapioka dan tepung asia dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pengadaan Bahan Baku Tepung Singkong

Industri pengolahan tepung singkong menjadi tepung tapioka dan tepung asia memperoleh pasokan singkong dari petani dan pabrik tradisional yang sudah mengolah singkong setengah jadi untuk di kirim ke CV.Wagun Mandiri. Kebutuhan bahan baku sampai saat ini masih bisa dipenuhi oleh petani singkong dan pabrik olahan singkong tradisional. Kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan tepung singkong sebanyak 1 ton dalam satu kali proses produksi menghasilkan tepung tapioka dan tepung asia. Sedangkan rata-rata produksi tepung singkong menjadi tepung tapioka dan tepung asiasebanyak 7 ton per bulan. Pihak perusahaan sengaja mengambil bahan baku singkong dari petani dan pabrik sendiri karena telah mengetahui kualitas dan sudah menjadi mitra bisnis. Tepung singkong yang memiliki kualitas baik untuk tepung tapioka yaitu berwarna putih, kental dan kandungan air rendah. Harga yang ditetapkan oleh pihak petani singkong dalam menjual singkong kepada industri pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri sebesar Rp 1.200 per kilogram. Harga ini lebih murah dibandingkan harga jual singkong yang ditetapkan oleh pedangang pengumpul yaitu sebesar Rp 2.500 per kilogram. Perbedaan harga ini dipengaruhi oleh adanya pengiriman barang langsung ke tempat pengolahan sehingga biaya pengambilan bahan baku tidak ada.

60 Sedangkan industri pengolahan tepung singkong membeli singkong langsung dari petani sehingga harus mengambil bahan baku langsung ke petani.

Mengetahui kualitas bahan baku dan harga bahan baku singkong yang cukup murah menjadi nilai lebih bagi industri pengolahan tepung singkong, sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya bahan baku singkong lebih murah dan bisa memilih bahan baku yang bagus.

2. Pengolahan Tepung Singkong Menjadi Tepung Tapioka dan Tepung Asia

Aktivitas pembuatan produk olahan tepung tapioka dan tepung asia dimulai dengan penyediaan bahan baku singkog. Pengolahan tepung singkong menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau ¾ dari bahan mentahnya, berupa limbah cair dan padat yaitu kulit dan ampas (onggok). Limbah cair tepung tapioka memiliki kisaran 10-15% dari total bobot singkong, sedangkan limbah kulit menempati 16% dari total bobot singkong dan onggok sendiri dihasilkan sekitar 10-30% dari berat singkong. Proses pembuatan tepung tapioka dimulai dengan pengupasan dan pencucian bahan baku berupa singkong untuk menhilangkan kotoran dan kulit luar yang menempel pada singkong serta dilakukan sortasi untuk menghilangkan bonggol singkong sehingga memudahkan dalam proses pemarutan, kemudian pemarutan untuk menghaluskan sel-sel singkong sehingga granula-granula yang terdapat di dalam sel-sel menjadi bebas dan mudah dikeluarkan, penyaringan untuk memisahkan hasil parutan menjadi susu pati dan ampasnya, pengendapan untuk mengeluarkan granula pati dari sel-sel singkong dengan menggunakan air sekaligus memisahkan larutan pati dari ampasnya, pengeringan untuk menghilangkan sebagian besar air dari pati basah, penggilingan, pengayakan

61 tepung sampai diperoleh kehalusan tepung dengan ukuran mesh tertentu (60-80 mesh) dan pengemasan dan penyimpanan adalah untuk mencegah peningkatan kadar air pati dan kontaminasi.

Berbeda dengan tepung asia atau onggok sebagai ampas dari ekstraksi pati, pembuatan tepung asia di CV.Wangun Mandiri yaitu dimulai dengan pengeringan, penggilingan, pengayakan dan pengemasan serta penyimpanan. Tepung asia ini dapat digunakan dalam pembuatan kerupuk dengan daya kembang yang cukup baik, sehingga kulitas tepung asia yang bagus berwarna kuning, dengan daya pengembang dan kerenyahan. Tahapan-tahapan dalam pembuatan tepung asia tidak terlalu panjang diantaranya pengeringan onggok bertujuan untuk mengurangi kadar air onggok atau ampas sampai batas air tertentu, sehingga onggok tersebut awet.

Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, yaitu bongkahan-bongkahan onggok basah diletakan di atas jemurannya sampai kering. Produsen olahan tepung singkong berupa tepung tapika dan tepung asiabelum menerapkan proses kendali mutu (Quality Control) secara baik dalam proses pengolahannya, karena industri pengolahan ini masih menggunakan peralatan yang masih semi moderen sehingga pada beberapa penanganan masih bersentuhan langsung dengan pekerja yang belum mengguanakan pelindung. Diharapkan kedepannya industri pengolahan tepung singkong mulai menerapkan proses kendali mutu yang baik agar menghasilkan produk yang berkualitas. Ketersediaan bahan bakusingkong berkelanjutan menjadi faktor penting dalam industri pengolahan tepung singkong, disamping itu pengetahuan mengenai teknologi inovasi produk olahan tepung singkong,

62 ketersediaan infrastruktur dan ketersediaan modal diperlukan agar industri pengolahan tepung singkong dapat berkembang.

3. Transportasi

Aktivitas transportasi pada industri pengolahan tepung singkong dimulai dari penyediaan bahan baku lalu diolah kemudian produk jadi didistribusikan hingga sampai ke konsumen. Aktivitas transportasi pada industri pengolahan tepung singkong sampai saat ini cukup memadai. Penyediaan bahan baku tepung singkong untuk pengolahan dilakukan menggunakan alat transportasi mobil pick up atau kendaraan roda empat karena jarak tempuh dari ke lokasi pengolahan cukup jauh.

Sedangkan untuk mendistribusikan produk olahan tepung tapioka kepada ditributor atau home industri makanan dari olahan tepung singkong menggunakan alat kendaraan motor roda dua dan transportasi mobil. Selain itu konsumen dapat membeli langsung produk olahan tepung singkong yaitu tepung tapioka dan tepung asia di CV.Wangun Mandiri.

4. Pengembangan Teknologi

Teknologi yang digunakan pada petani singkong dan industri pengolahan pengolahan tepung singkong masih tergolong sederhana dan padat karya, teknologi di industri pengolahan yaitu mesin pengupas singkong, mesin pengering dan mesin penggiling untuk menghaluskan tepung agar mudah saat proses pengemasan.

Teknologi tersebut didapatkan dari daerah Bogor dan sekitarnya. Proses pengolahan tepung singkong masih banyak dilakukan secara manual. Tenaga manusia masih dominan dipakai dalam memproduksitepung tapioka dibandingkan dengan produksi tepung asia. Namun, semua kualitas produk tetap dijaga dalam hal keamanan dan

63 kebersihannya. Pengembangan teknologi dipandang penting kedepannya untuk meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya.

5. Pengembangan SDM dan Pemasaran Produk Hasil Olahan Tepung Singkong Proses pengoalahan tepung singkong menjadi tepung tapioka dan tepung asia memerlukan ketelitian dan ketekunan sehingga dibutuhkan SDM yang kompeten dibidang pengolahan tepung tapioka dan tepung asia. SDM memiliki peranan penting dalam industri pengolahan tepung singkong, SDM yang unggul dapat membantu perusahaan untuk menghasilkan produk yang sesuai denganstandart perusahaan dan sesuai dengan permintaan pasar. SDM di CV.Wangun Mandiri yang ada saat ini sebagian besar direkrut dari warga di daerah sekitar perusahaan, kebijakan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar perusahaan. SDM tersebut dilatih dan dipantau oleh tenaga ahli yang berkompeten di bidang pengolahan tepung singkong yang juga merupakan kepala bagian produksi dan penanggung jawab di industri pengolahan tepung singkong.

Kinerja SDM tersebut sejauh ini dinilai sudah cukup baik oleh perusahaan, namun kedepannya SDM di industri pengolahan membutuhkan pelatihan dan pendidikan tambahan yang diselenggarakan oleh pemerintah guna mengembangkan kemampuan dalam pengolahan tepung singkong dan kedisiplinan kerja.

Industri pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri melakukan produksi berdasarkan kekuatan dalam ketersediaan bahan baku, modal dan permintaan pasar. Berbeda dengan produk tepung terigu yang sudah terbilang terkenal di pasaran, sedangkan tepung singkong terbilang sulit dipasarkan di took-toko yang ada di Kampung atau Desa karenaproduksinya yang masih minim, belum

64 banyak olahan makanan yang terbuat dari tepung singkong dan pemahaman masyarakat mengenai produk olahan tepung singkong yang masih kurang. Produk tepung tapioka dan tepung asiasaat ini dipasarkan melalui distributor, selain itu produk tepung tapioka dan tepung asia belum melakukan promosi yang efektif sehingga perlu ditingkatkan misalnya dengan memanfaatkan media internet dan mengikuti pameran-pameran untuk mengedukasi masyarakat mengenai produk olahan tepung tapioka dan memperluas pangsa pasar.

6. Proses Pengolahan Tepung Tapioka dan Tepung Asia

Proses pembuatan tepung tapioka dan tepung asia secara tradisional terdiri dari tiga tahap yang dilakukan secara terpisah. Tahap pertama adalah proses pemarutan ketela pohon yang sudah dikupas kulitnya, sedangkan tahap kedua dan ketiga adalah proses pemerasan dan penyaringan parutan ketela pohon yang sudah dicampur air, untuk mendapatkan tepung tapioka. Proses pemarutan, proses pemerasan dan penyaringan untuk mendapatkan tepung tapioka dan tepung asia di CV.Wangun Mandiri dilakukan dengan menggunakan mesin. Selain dengan cara semi modern pada umumnya masih menggunakan cara tradisional, tahapan pembuatan tepung tapioka dan tepung asia yang dilakukan secara mekanik, yaitu dengan bantuan peralatan, baik untuk proses pemarutan maupun proses pemerasan dan penyaringannya. Cara mekanik yang ada, menggunakan dua alat yang terpisah di mana satu alat dipakai untuk proses pemarutan, sedangkan alat yang lain digunakan untuk proses pemerasan dan penyaringan. Untuk meningkatkan efisiensi proses serta kapasitas per satuan waktu, mesin yang dirancang untuk proses pembuatan tepung tapioka secara mekanik diupayakan agar bisa

65 menggabungkan ketiga tahapan proses (pemarutan, pemerasan, serta penyaringan) dalam sebuah peralatan/mesin. Adapun alur proses pembuatan tepung tapioka dan tepung asia dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7. Alur Proses Pembuatan Tepung Tapioka dan Tepung Asia

Sumber: CV.Wangun Mandiri, 2017

Pengilingan

Tepung Asia

66 5.2. Analisi Kunatitatif Rantai Nilai Tepung Singkong CV.Wangun Mandiri

Analisis rantai nilai dengan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan disetiap rantai nilai pengolahan tepung singkong.

Perhitungan rantai nilai secara kuantitatif dilihat berdasarkan komponen-komponen pembentuk biaya tetap, biaya variabel dan harga jual produk pada aktivitas CV.Wangun Mandiri. Nilai input adalah biaya-biaya yang dikeluarkan hingga produk siap dipasarkan, sedangkan nilai output adalah total penerimaan dari penjulan produk. Hasil dari rantai nilai secara kuantitatif pengolahan tepung singkong dengan melihat biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pada CV.Wangun Mandiri antara lain sebagai berikut:

1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun, batas waktu satu tahun ditetapkan atas dasar kebisaan merencanakan dan merealisasikan anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi untuk usaha pengolahan tepung singkong yang berada di CV.Wangun Mandiri berupa investasi untuk pembelian lahan 1200 m2 sebesar Rp 200.000.000, biaya pembuatan bangunan sebesar Rp 288.000.000 biaya untuk pembelian kendaraan sebesar Rp 221.000.000, serta biaya pembelian peralatan sebesar Rp 690.500.000dan total biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar Rp 1.399.500.000.

67 2. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Menurut Soekartawi (1994), biaya tetap merupakan biaya-biaya yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah apablia tingkat kegiatan produksi berubah. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah bahan baku yang diperlukan, dengan kata lain biaya ini harus dibayar tanpa melihat apakah produksi ini menghasilkan atau tidak. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara tetap pada unit usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri dalam jangka waktu tertentu atau dalam setiap produksi.

Berikut merupakan tabel biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV.Wangun Mandiri dalam melakukan usaha pengolahan tepung singkong adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Tepung Singkong No Komponen

11 Oven Pengering 10 Tahun 2 200.000.000 400.000.000 40.000.000 12 Genset 50 kva 10 Tahun 1 50.000.000 50.000.000 5.000.000

68 Berdasarkan pada tabel di atas, total biaya tetap usaha pengolahan tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri sebesar Rp68.550.000,-. Berdasarkan rincian biaya tetap yang digunakan untuk usaha pengolahan tepung singkong, biaya peralatan dengan harga beli yang cukup mahal adalah pembelian oven pengering sebesar Rp.

200.000.000 dan traktor sebesar Rp 100.000.000. Dari peralatan-peralatan yang dibeli kegunaannya dalam usaha penyulingan minyak atsiri daun cengkeh adalah sebagai berikut: 1) Mesin pengupas adalah sarana produksi yang digunakan oleh CV.Wangun Mandiri untuk melakukan proses pemisahan kulit singkong. 2) Bak pencuci dan bak pembilasan adalah sarana penunjang produksi yang digunakan oleh CV.Wangun Mandiri untuk membersihkan singkong. 3) Mesin parut adalah sarana penunjang produksi yang digunakan oleh CV.Wangun Mandiri untuk menghaluskan atau menghancurkan sel-sel singkong. 4) Pompa airadalah sarana produksi yang digunakan CV.Wangun Mandiri untuk pengambilan air dari dalam sumur di tampung dalam tangki penyimpanan air. 5) Timbangan adalah sarana produksi yang digunakan CV.Wangun Mandiri untuk mengetahui berat bahan baku dan produk yang sudah jadi. 6) Oven adalah sarana produksi yang digunakan CV.Wangun Mandiri untuk mengeringkan produk singkong yang sudah diambil sari patinya. 7) Karung adalah sarana produksi yang digunakan CV.Wangun Mandiri untuk penyimpanan hasil tepung singong baik tepung tapioka maupun tepung asia. 8) Mesin Perasan adalah sarana produksi yang digunakan CV.Wangun Mandiri untuk memisahkan hasil parutan dengan sari pati. 9) Traktor adalah sarana produksi yang digunakan CV.Wangun Mandiri untuk penggilingan tepung singkong agar menjadi halus. 10) Mesin jahit karung adalah sarana produksi yang

69 digunakan CV.Wangun Mandiri untuk menjahit karung yang berisikan tepung tapioka atau tepung asia.

3. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Menurut Soekartawi (1994), Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang secara langsung berkaitan dengan bahan bakuyang diusahakan dan dengan input variabel yang dipakai. Ada juga pengertian lain tentang biaya variabel adalah biaya yang besarnya sangat tergantung pada jumlah produksi. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara berangsur-angsur atau dapat berubah-ubah sewaktu-waktu sehingga tidak dapat dipastikan dan sesuai dengan keadaan pada saat aktivitas usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri dalam proses produksi. Berikut merupakan tabel biaya variabel dalam usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri sebagai berikut:

Tabel 8. Biaya Variabel Usaha Pengolahan Tepung Singkong biaya yang digunakan adalah bahan baku bahwa perusahaan dapat menghabiskan rata-rata 25 ton singkong senilai Rp 12.500.000,- dalam satu hari dengan harga

70 singkong per kilogram adalah Rp 1.200. Biaya variabel yang digunakan untuk usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri, dengan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi adalah dalam pembelian bahan baku. Sedangkan dari biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan tepung singkong adalah sebagai berikut: 1) Bahan baku adalah singkong, dalam satu kali proses produksi tepung tapioka membutuhkan rata-rata 25 ton singkong. 2) Upah tenaga kerja kasar dalam satu harikerja menghabiskan biaya sebesar Rp 35.000. 3) Biaya listrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik yang digunakan selama satu minggu. 4) Biaya pembelian bahan bakar minyak (BBM) premium dalam satu kali pengangkutan barang bisa mengeluarkan biaya sebesasr Rp 80.000 yang digunakan untuk mengangkut bahan bakudan operasional lainya. 5) Karung adalah untuk pengemasan hasil tepung tapioka dan tepung asia yang sudah bisa didistribuskan dengan mencapai pemakaian 300 lembar karung.

4. Total Biaya Usaha Pengolahan Tepung Singkong

Total biaya adalah hasil penjumlahan dari total biaya tidak tetap (Variable cost) ditambah dengan total biaya tetap (fixed cost) untuk menggambarkan berapa

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan proses pengolahan tepung singkong atau keseluruhan biaya yang dikeluarkan baik secara tetap maupun variabel pada aktivitas usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri.

Berikut merupakan tabel total biaya yang dikeluarkan oleh CV.Wangun Mandiri dalam aktivitas usaha pengolahan tepung tapioka sebagai berikut:

71 Tabel 7. Total Biaya Usaha Pengolahan Tepung Singkong

Komponen Biaya Biaya (Rp) Persentase %

Total Biaya Tetap 68.550.000 81%

Total Biaya Tidak Tetap 15.215.000 19%

Total Biaya Usaha 83.765.000 100%

Sumber: CV.Wangun Mandiri, 2017

Berdasarkan pada tabel di atas, total biaya usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri sebesar Rp 83.765.000per tahun dan dengan rincian biaya tetap dengan persentase biaya mencapai 81% dari jumlah total biaya produksi usaha pengolahan tepung singkong. Sedangkan untuk rincian biaya variabel dengan persentase biaya mecapai 19% dari jumlah total biaya produksi usaha pengolahan tepung singkong. Jadi kesimpulnnya adalah biaya total untuk usahapengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri dengan rincian biaya yang paling tinggi adalah biaya tetap antara lain biaya-biaya peralatan.

5. Penerimaan dan Pendapatan Pengolahan Tepung Singkong

Penerimaan dalam usaha adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, hasil produksi tepung singkong baik tepung tapioka dan tepung asiasehingga penerimaan ditentukan oleh besar kecilnya jumlah produksi tepung singkong selama proses produksi dan harga jual yang berlaku saat itu di wilayah penelitian (Soekartawi, 1994). Menurut Soeharto (1997) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan dikurangi dengan biaya total. Berdasarkan pada Tabel 8 peneriman dan pendapatan usaha pengolahan tepung singkong dapat dilihat sebagai berikut:

72 Tabel 8. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung Singkong

72 Tabel 8. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung Singkong

Dokumen terkait