KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan agai berikut:
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan diatur tentang bahan-bahan tambahan pangan/makanan, antara lain:Pasal 10 Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlaran
A.
seb 1.
g atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. Ayat (2) :Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Dalam Pasal 11 juga disebutkan: ...Bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamananya, dan penggunaannya dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari pemerintah
2. Keracunan makanan massal yang terjadi di sekolahan, pabrik, kantor, atau setelah perhelatan terjadi karena makanan yang dikonsumsi tercemar dan mengandung bahan-bahan berbahaya seperti senyawa beracun alamiah, senyawa racun dari
mikroba dan juga akibat residu atau pencemaran. Ini menunjukkan keamanan pangan, kebersihan dan sanitasi yang masih kurang diperhatikan oleh produsen makanan industri rumah tangga atau industri kecil. Padahal dalam Undang Undang No 7 tentang pangan yang dikeluarkan tahun 1996 telah disebutkan bahwa makanan yang beredar haruslah tidak membahayakan bagi konsumennya. Makanan harus terbebas dari bahan berbahaya, tidak boleh mengandung toksin atau racun atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia. Dampak gangguan terhadap keamanan makanan adalah kerugian ekonomis, sakit atau meninggal pada korban, berkurangnya produktivitas kerja
3.
itu penggantian dengan barang baru atau dengan jumlah dan jenis yang sama dan penggantian sejumlah uang. Penggantian dengan barang yang baru adalah bentuk yang paling banyak dijumpai dan merupakan tindakan utama yang diambil oleh pihak pengecer sedangkan penggantian dengan sejumlah uang, yaitu pengembalian uang harga pembelian, merupakan alternatif yang ditempuh oleh pihak pengecer jika barang yang sama sejenisnya tidak sedang tersedia. Untuk dapat memperoleh penggantian kerugian, disyaratkan supaya konsum enunjukkan kepada pihak pengecer barang yang mengandung bahan- bahan berbahaya itu dan bukti pembelian seperti faktur juga.
maupun terancamnya status kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.
Wujud ganti kerugian yang dilakukan oleh pihak pengecer kepada konsumen terdiri dari dua bentuk, ya
B. Saran
. Bagi pemerintah dalam memberlakukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 lindungan Konsumen hendaknya mempertegas prinsip capeat
dihasilkan.
2. Bagi Seluruh lapisan masyarakat diperlukan sosialisasi melalui penyuluhan untuk meningkatk
keperdataannya khususnya mengenai produk yang mengandung bahan-bahan berbahaya.
3. Bagi setiap
dengan pertanggungjawaban yuridis terhadap produk makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya.
1
Tentang Per
penditor sebagai pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap produk-produk yang
an kesadaran hak-hak konsumen sebagai bagian dari hak-hak
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Bertens, K, Pe
Gandi, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Pengaturan Standarisasi Hasil Industri, makalah pada Simposium Aspek-Aspek Hukum
arkristuti Harkrisnowo, Perlindungan Konsumen Dalam Kerangka Sistem ang- Undang tentang Perlindungan Konsumen, Kerjasama Lembaga
6.
Long, Nancy, staka, 2006.
umen di Mata Para Pakar Jerman, Warta Konsumen Tahun XXIV No. 12, 1998
Meliala, Adrianus, Praktik Bisnis Curang, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993
Nasution, A.Z. Sinar Harapan, 1995.
Tanggung Jawab Produsen di Bidang Farmasi Terhadap Konsumen, “BPHN Departemen Kehakiman RI, 1990-1991.
, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Jakarta, Grafika, 1996. Badrul Zaman, Mariam Darus, Pembentukan Hukum Nasional Dan
Permasalahannya (Kumpulan Karangan), Bandung, Alumni, 1981.
ngantar Etika Bisnis, Yogyakarta, Kanisius, 2000.
Perlindungan Konsumen, BPHN-Binacipta, Jakarta, 1980 H
Peradilan di Indonesia, Jakarta : Lokakarya Rancangan Und
Penelitian Universitas Indonesia dengan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 199
Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994. Panduan Makanan Sehat, Jakarta, Prestasi Pu
Mickliyz, Hans W, Rencana Undang-Undang Perlindungan Kons
, Konsumen dan Hukum, Penerbit Pustaka
Swastia, Basu dan Irawan, Manajemen Modern, Liberty, Yogyakarata, Liberty, 1997.
Suratman, Ema, “Naskah Akademis Peraturan Perundang-Undangan tentang
Sudaryatmo
Sajogyo, Goenardi Dkk, Menuju Gizi Yang Merata di Pedesaan Dan di Kota, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1983.
99.
Saefullah, H. E, Tanggung Jawab Produsen Terhadap Akibat Hukum Yang ditimbulkan dari Produk Dalam Menghadapi Era Perdagangan Bebas, Makalah Seminar Nasional Perspektif Hukum Perlindungan
Bandung, 1998
usanto, Happy, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia, 2008. Syaw
Maju, 2000.
ulan Sari, Reni, Dangerous Junk Food, Yogyakarta, O2, 2008.
Winarno, F.G., Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka, 1997.
Widjaja, Gunawan, dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Andi, 2007
B. Ka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996
Shofie, Yusuf, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Bandung, Citra Aditya Bakti, 19
Konsumen Dalam Sistem Hukum Nasional Mengahadapi Rra Perdagangan Bebas, Diselenggarakan oleh Fakultas UNISBA, Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Medan, Paulinus
Josua, 1999. S
ali, Husni, dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung, Mandar
Tahir, H. Toto, Kemungkinan Gugatan Class Action dalam Upaya Perlindungan Hukum Pada Era Perdagangan Bebas, Hukum perlindungan Konsumen, Bandung : Mandar Maju, 2000.
. W
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Yuliarti, Nurheti, Awas Bahaya Di balik Lezatnya Makanan, Yogyakarta,
Yamit, Zulian, Manajemen Kualitas Produk Dan Jasa, Yogyakarta, Ekonisia, 2002.
Echols, Jhon M. dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1986
Hornby, AS (Gen.Ed), Oxford Advance Learne’s, Dictionary of CurrentEnglish, Oxford University Press, 1987.
B. Internet
Lusiana Indriasari, “ Waspadai Bahan Kimia Lain Dalam Makanan”,
HU
http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0601/15/113636.htmUH, diakses 3 Oktober
2008.
Setyo Rahardjo, “Bermacam Pangan di Indonesia Belum Aman Dari Bahan Berbahaya”, HUhttp://kmit.faperta.ugm.ac.id/Artikel%20_%20Bahan%20Berbahaya.htmlUH,
diakses 28 September 2008
Nurheti Yuliarti, “ Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan “,HUhttp://www.andipublisher.com/?buku-komputer&p=productsMore&iProduct=1043UH, diakses
1 Oktober 2008.
Formalin Dalam Produk Makanan, http://www.bbc.co.uk/indonesian/forum/story/2006/01/060108_formalin.shtm l, 4 Oktober 2008
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Men.Kes/Per/XXII/1976 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 382/Men.Kes/Per/VI/1989 Tentang Pendaftaran Makanan.