Kesimpulan
Pemberian krim probiotik E. faecium IS-27526 pada tikus cenderung meningkatkan total bakteri asam laktat (BAL) fekal selama perlakuan. Viabilitas BAL pada perlakuan biskuit F2 (dengan substitusi tepung ubi jalar) cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Terjadi penurunan total bakteri fekal koliform pada hampir semua perlakuan, namun perlakuan dengan biskuit F2 menunjukkan hasil yang lebih cepat dalam penurunan total bakteri fekal koliform.
Saran
Penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan krim probiotik E. faecium IS-27526 pada biskuit fungsional yang diperkaya tepung ikan lele (Clarias gariepinus) dan tepung ubi jalar (Ipomoea sp.) dapat menjaga keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan tikus usia tua, maka dalam aplikasinya disarankan dapat dicoba pada hewan coba dengan hirarki yang lebih tinggi dan hasilnya diharapkan memperkuat anjuran untuk dapat dilakukan uji pada manusia untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi para lansia.
27 DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana NT. 2005. Pemanfaatan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) untuk Mendukung Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ballongue J. 2004. Bifidobacteria and Probiotic Action. Di dalam: Salminen S, Wright A dan Ouwehand A, editor. 2004. Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 67-124.
Collado MC, Surono IS, Meriluoto J, Salminen S. 2007. Potential probiotic characteristics of Lactobacillus and Enterococcus strains isolated form traditional dadih fermented milk against pathogen intestinal colonization. Journal of Food Protection, Vol 70, No 3, p. 700-705.
Dwiari SR. 2008. Pengujian Potensi Prebiotik Ubi Garut dan Ubi Jalar serta Hasil Olahannya (Cookies dan Sweet Potato Flakes). [tesis]. Bogor: Dept Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
Gibson GR. 2004. Fibre and effects on probiotics (die probiotic concept). Clinical Nutrition Supplements, I: 25-31.
Greenough WB. 2005. Diarrhea and Hypovolemia in Older Individuals, Johns Hopkins Advanced Studies in Medicine (5): 528-534.
Gross R.J. 1995. Escherichia. Di dalam: Greenwood D,Slack R.C.B & Peutherer J.F., editor. Medical Microbiology. A Guide to Microbial Infections: Pathogenesis, Immunity, Laboratory Diagnosis and Control. 14th Ed. Hongkong: ELBS with Churchill Livingstone.
Harianti R. 2009. Pengaruh pemberian biskuit tinggi protein berisi krim probiotik fungsional terhadap profil mikrobiota fekal dan berat badan tikus. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Havenaar, Veld HI. 1992. Di dalam : Lee YK, Salminen S. 2009. Handbook of Probiotics and Prebiotics. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Jood S, Mehta U, Singh R, Bhat CM. 1985. Effect of Processing on Flatus Producing Factors in Legumes, J Agric Food Chem (33): 268-271.
Krisnayudha K. 2007. Mempelajari Potensi Garut (Maranta arundiacea L.) dan Ganyong (Canna edulis, Kerr) untuk Mendukung Pertumbuhan Bakteri
28
Asam Laktat [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kusharto CM, SA Marliyati, Mervina. 2012. Formulasi Biskuit dengan Substitusi Tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dan Isolat Protein Kedelai (Glycine max) sebagai Makanan Potensial untuk Anak Balita Gizi Kurang. J. Teknol. Dan Industri Pangan, Vol XXIII No.1.
Lingga et al. 1986. Bertanam Umbi-umbian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Makinen AM, Bigret M. 2004. Industrial Use and Production of Lactic Acid Bacteria. Di dalam: Salminen S, Wright A dan Ouwehand A, editor. 2004. Lactic Acid Bacfteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcell Dekker, Inc. hlmn 175-198.
Manning TS and Gibson GR. 2004. Prebiotics. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology 18(2): 287-298.
Manning TS, Rastall R, Gibson G. 2004. Prebiotics and Lactic Acid Bacteria. Di dalam: Salminen S, Wright A dan Ouwehand A, editor. 2004. Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 407-418.
Mervina. 2009. Formula biskuit dengan substitusi tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan isolat protein kedelai (Glycine max) sebagai makanan potensial untuk anak balita gizi kurang. [skripsi]. Bogor: Dept. Gizi Masyarakat, FEMA Institut Pertanian Bogor.
Nataro JP, Kaper JB. 1998. Diarrheagenic Escherichia coli. Clinical Microbiology Reviews, 11 (1): 142-201
Oku T. 1994. Special Physiology Functions of Newly Develop Mono and Oligosaccharides. Di dalam: Goldberg, I. (Ed). Function Foods Designer Foods, Pharmafoods, Neutraceuticals. New York: Chapman and Hall. Ouwehand AC, Vesterlund S. 2004. Antimicrobial Components from Lactic Acid
Bacteria. Di dalam: Salminen S, Wright A dan Ouwehand A, editor. 2004. Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed. Ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 375-396.
29 Palmer JK. 1982. Carbohydrates in sweet potato. Di dalam: Villareal RL dan Griggs TD (ed.). Sweet Potato Proceedings of The First International Symposium. Taiwan: AVRDC.
Purwandhani,SN. 1998. Isolasi dan Seleksi Lactobacillus yang Berpotensi Sebagai Agensia Probiotik. [Tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Rieuwpassa F. 2006. Biskuit konsentrat protein ikan dan probiotik sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan antibodi IgA dan status gizi anak balita. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Salminen S, Roberfroid M, Ramos P, Fonden R. 1998. Prebiotic Substrates and
Lactic Acid Bacteria. Di dalam: Salminen S, Wright A. Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-2, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker , Inc. hlmn 343-358.
Scheinbach S. 1998. Probiotics: Functionality and Commercial Status. Biotechnology Advances 3: 581-608. 1998
Siro I, Kapolna E, Kapolna B, Lugasi A. 2008. Functional food, Product development, marketing and consumer acceptance-A review. Elsevier Appetite Vol 51,No 3,p. 456-467.
Surono IS. 2003. In vitro Probiotic properties of indigenous dadih lactic bacteria Asian-Aust J. of Anim. Sci. 16 (5): 726-731.
Surono IS. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Jakarta: YAPMMI (Yayasan Pengasuh Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia).
Surono, et. al. 2011. Novel Probiotic Enterococcus faecium IS-27526 Suplementation Increased Total Salivary sIgA Level and Bodyweight of Pre-School Children: A Pilot Study. Anaerobe 17: 496-500.
Suryadjaya A. 2005. Potensi Ubi Garut dan Merah (Ipomoea batatas L.) untuk Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat dan Menekan Pertumbuhan Patogen [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tannock GW. 1999. Probiotic: A Critical Review. Editor. Wymondham: Horison
Scientific Press. Elsevier. Biotech Adv 17: 691-693.
30
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Zietner CJ, Gibson GR. 1998. An Overview of Probiotics, Prebiotics and Synbiotics in the Functional Food Concept: Perspectives and Future Strategies. J Int Dairy 8:473-479.
31 Lampiran 1. Analisis Sifat Kimia Biskuit
Penentuan Kadar Air (Apriyantono et. al. 1989)
Cawan aluminium dikeringkan terlebih dahulu selama 1 jam di dalam oven pada suhu 105ºC, lalu didinginkan dalam desikator dan kemudian beratnya ditimbang (x). Sampel ditimbang sebanyak 5 gram (y), dimasukkan ke dalam cawan. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105ºC, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali. Pekerjaan diulang hingga 3 kali, hingga dicapai berat yang konstan (z). Rumus penentuan kadar air sampel adalah sebagai berikut.
Kadar air (%bb)
Kadar bahan kering sampel kemudian dapat diketahui dengan rumus:
Bahan kering (bk) = ( ) %
Penentuan Kadar Abu
Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram, lalu dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan dalam oven selama 30 menit. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600°C selama 4-5 jam. Sampel lalu dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Pengabuan diulangi hingga diperoleh berat sampel yang relative konstan (berat dianggap konstan jika selisih berat sampel kering yang ditimbang ≤0.0003 gram)
% kadar abu =
Penentuan Kadar Protein (AOAC 1995)
Penentuan kadar protein sampel menggunakan metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0.2 g. Sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan 10 g Selenium mix dan 7 ml H2SO4 pekat kemudian didestruksi selama 1 jam (sampai larutan berwarna jernih). Labu Kjeldahl kemudian didinginkan dan dipindahkan ke labu didih sambil ditambah air. (250-300 ml) lalu
32
diberi indicator mm-mb sebanyak 3 tetes. Setelah itu, sampel ditambahkan larutan NaOH 30% sampai berubah warna menjadi hijau, lalu dimasukkan ke dalam alat destilasi. Digunakan asam borat yang telah ditambahkan indicator campuran metil merah dan metil biru 3 tetes. Destilasi sampai mendapatkan 75 ml destilat. Hasil ini kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai titik akhir dari titrasi. Titik akhir titrasi ketika warna titrat berubah dari hijau menjadi ungu. Kadar protein dihitung dengan rumus:
% N =
Kadar Protein = 6.25 x % N
Penentuan Kadar Lemak (SNI 01-2891-1992)
Penentuan kadar lemak sampel menggunakan metode ekstraksi langsung dengan alat Soxhlet. Sampel ditimbang ± 5 gram kemudian dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas dan disumbat dengan kapas. Setelah itu dimasukkan ke dalam alat Soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak yang telah diketahui bobotnya. Ekstraksi dilakukan selama 6 jam menggunakan pelarut heksan. Setelah diperoleh labu lemak berisi lemak hasil ekstraksi dan pelarut, labu dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C. Labu lemak dimasukkan dalam desikator dan setelah itu ditimbang berat labu berisi lemak. Kadar lemak dihitung dengan rumus
Kadar lemak (%) =
Penentuan Kadar Karbohidrat (by difference)
Penentuan kadar karbohidrat dilakukan menggunakan perhitungan Carbohydrate by Difference. Perhitungan ini bukan berdasarkan analisis tetapi berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
33 Perhitungan Jumlah Energi
Jumlah energi dapat dihitung dengan mengkonversikan kandungan kimia (kadar karbohidrat, protein, dan lemak) biskuit dengan faktor konversi masing- masing kandungan. Karbohidrat dan protein memiliki faktor konversi sebesar 4 kkal/g, sedangkan faktor konversi lemak adalah 9 kkal/g. Hasil konversi kemudian dijumlah dan hasil penjumlahannya merupakan kandungan energi dari biskuit. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jumlah energy/100 gram = (4 x A) + (4 x B) + (9 x C) Dengan :
A = Kadar karbohidrat B = Kadar protein C = Kadar lemak
34