• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. KESIMPULAN

Penggunaan kateter urin pada penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan terhadap terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan nilai P=0.001 berdasarkan pemeriksaan kultur urin dengan hasil positif kuman Escherichia coli (40%). Namun dari penilai faktor resiko yaitu inisial GCS dan lamanya rawatan tidak dijumpai hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK.

6.2. SARAN

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk membantu perencanaan strategi pencegahan infeksi saluran kemih dengan penggunaan kateter urin. Pemasangan kateter secara aseptic, durasi pemakaian kateter dan manajemen kateter urin menjadi hal yang penting diperhatikan untuk menurunkan angka ISK yang disebabkan oleh kateter urin. Perlunya penelitian lebih lanjut yang menilai hubungan antara kejadian ISK dengan lamanya pemasangan kateter urin.

RINGKASAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan yang paling sering dijumpai pada nefrologi anak, berupa penyakit infeksi yang masuk dan berkembang biaknya kuman/mikroorganisme didalam saluran kemih mulai dari orificium uretrae sampai ke ginjal. Diperkirakan sekitar 80% ISK yang didapat dirumah sakit yang berhubungan dengan penggunaan kateter dan infeksi lainnya sekitar 5% sampai 10%.

Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan pemasangan kateter urin ini, merupakan keadaan yang seharusnya dapat dicegah Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter merupakan penyebab infeksi yang sering dijumpai yaitu lebih dari 40% dari seluruh infeksi yang didapat dirumah sakit. Disamping itu faktor kesadaran yang dinilai dengan skor Glasgow Coma Scale (GCS) juga mempengaruhi terjadinya risiko ISK, penelitian di Turki menyebutkan sekitar 73,27% ISK terjadi berkaitan dengan status GCS oleh karena adanya penyakit yang mendasari, kelemahan otot dan usia dari pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan infeksi saluran kemih dengan penggunaan kateter urin pada anak selama dirawat di RS H. Adam Malik Medan.Penelitian ini dilakukan secara cross sectional yang dilakukan bulan Maret 2014 - Juni 2014 di ruang rawat inap anak dan rawat intensif anak di RSUP H. Adam Malik di kota Medan, Sumatera Utara. Anak usia 1 sampai 18 tahun yang membutuhkan pemasangan kateter urine tanpa gangguan saluran kemih sebelumnya dimasukkan ke dalam penelitian. Kriteria eksklusi adalah anak dengan kelainan ginjal dan kelainan

saluran kemih dan anak dengan infeksi saluran kemih simplek dan kompleks yang membutuhkan perawatan dirumah sakit.

Sebelum pengambilan sampel urin, pasien akan di periksa darah rutin dan fungsi ginjal guna menentukan apakah pasien tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi. Setelah dilakukan penampungan urin, dilakukan pemeriksaan urinalisis dan kultur urin < 24 jam dan 72 jam. Jika hasil urinalisis dan kultur urin < 24 jam hasilnya positf serta ditemui adanya nitrit, atau leukosituria maupun bakteriuria, maka pasien tersebut di eksklusi dari penelitian. Namun jika hasilnya negatif, maka pasien tersebut akan masuk ke dalam kriteria inklusi untuk selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan urin hari ke-3 atau 72 jam.

Sebanyak 60 pasien anak diikutkan dalam penelitian ini, namun sebanyak 5 orang di eksklusi oleh karena pasien memiliki gangguan ginjal, sehingga jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 55 orang. Kami mendapatkan sampel yang berusia <5 tahun ada 28 orang (50,9%) dan yang berusia >5 tahun ada 27 orang(49,1%). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu ada 34 orang( 61,8%).

Adapun tinggi badan sampel <120 cm didapati sebanyak 27 orang (49,1%) dan tinggi badan >120 cm ada 28 orang(50,9%). Sebagian besar sample berada pada skor GCS 9-12 (56,4%), skor GCS >12 ( 36,4%) dan skor GCS ≤ 8 (7,3%). Kultur urin positif ada 15 orang (27,3%) dimana kultur urin positif terbanyak adalah kuman Escherichia coli (40%). Sampel dengan ISK ada 13 orang (23,6%) dan tanpa ISK ada 42 orang (76,3%).

Dari hasil analisis bivariat kami tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara inisial GCS dengan ISK dimana nilai P= 0,122. Dari hasil lama rawatan di rumah sakit tidak didapatkan hasil yang signifikan dengan kejadian ISK dimana nilai P=0,49.

Penggunaan kateter urin pada penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan terhadap terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan nilai P=0.001 berdasarkan pemeriksaan kultur urin dengan hasil positif kuman Escherichia coli (40%). Namun dari penilai faktor resiko yaitu inisial GCS dan lamanya rawatan tidak dijumpai hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK. Namun dari penilai faktor resiko yaitu inisial GCS dan lamanya rawatan tidak dijumpai hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK.

SUMMARY

Urinary tract infection (UTI) is a condition most common in children nephrology, infectious diseases such as entering and breeding of bacteria / microorganisms in the urinary tract from the orifices uretrae up to the kidneys. It is estimated that approximately 80% of hospital acquired UTI associated with the use of catheters and other infections of about 5% to 10%

Urinary tract infections associated with urinary catheter, a situation that could have been prevented. Urinary tract infections associated with the use of catheters is a common cause of infection is more than 40% of all hospital-acquired infections. Besides awareness factor scores assessed with the Glasgow Coma Scale (GCS) also affect the risk of UTI, Research in Turkey about 73.27% of UTI occurred with regard to the status of GCS due to the underlying disease, muscle weakness and age of the patient.

.

This study aimed to assess the relationship of urinary tract infections with the use of urinary catheters for hospitalized children in Adam Malik hospital Medan.This is a cross sectional study conducted in March 2014 - June 2014 in the inpatient child and pediatric intensive care in hospital H. Adam Malik in Medan, North Sumatra. Children aged 1 to 18 years who require a catheter urine without previous urinary tract disorders included in the study. Exclusion criteria were children with kidney disorders and urinary tract disorders and children with urinary tract infections simplex and complex that requires hospitalization.

Before sampling the urine, the patient will be in routine blood tests and renal function in order to determine whether the patient into the inclusion criteria. After holding

urine, urinalysis and culture examination of urine <24 hours and 72 hours.If the results of urinalysis and urine culture <24 hours the results are positive, and found the presence of nitrite, or leukosituria or bacteriuria, then these patients were excluded from the study. But if the result is negative, then the patient will be entered into the inclusion criteria for further examination of the urine will be the 3rd day or 72 hours.

A total of 60 pediatric patients were included in this study, but as many as five people were excluded because the patient has renal impairment, so that the sample in this study as many as 55 people. We get samples aged <5 years there were 28 people (50.9%) and those aged> 5 years there were 27 people (49.1%). Male sex more than women that there are 34 persons (61.8%).

The sample height <120 cm was found as many as 27 people (49.1%) and height> 120 cm there are 28 persons (50.9%). Most of the samples are in the GCS score 9-12 (56.4%), GCS score> 12 (36.4%) and GCS score ≤ 8 (7.3%). Positive urine culture there are 15 persons (27.3%) which is the most positive urine culture the bacteria Escherichia coli (40%). Samples with UTI 13 people (23.6%) and without UTI there are 42 persons (76.3%).

From the results of the bivariate analysis we found no significant difference between initial GCS with UTI in which the value of P = 0.122. From the results of treatment in the hospital a long time was not obtained significant results with the incidence of UTI in which the value of P = 0.49.

The use of urinary catheters in this study showed significant results on the occurrence of Urinary Tract Infection (UTI) with a value of P = 0.001, based on the examination of urine culture with positive results bacteria Escherichia coli (40%). But of

assessors of risk factors that initial GCS and the duration of treatment was not found significant results on the incidence of UTI.

Dokumen terkait