• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISK Gambar 3 Alur Penelitian

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekwensi dari karakteristik sampel. Nilai mean dan standar deviasi (SD) akan ditampilkan kemudian dilanjutkan dengan analisa analitik, dimana analisa bivariat yaitu Chi- Square dan Fischer exact test untuk menilai variabel-variabel independen yang berhubungan dengan kejadian ISK, selanjutnya dilakukan analisis multivariat yaitu regressionlogistic digunakan untuk melihat faktor risiko terjadinya ISK dengan penggunaan kateter urin pada anak yang dirawat di rumah sakit. selanjutnya untuk melihat besarnya risiko maka nilai rerata ratio (RR) dan 95% interval kepercayaan akan ditampilkan Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak SPSS versi 15.0 dengan tingkat kemaknaan P < 0,05 dan interval kepercayaan 95%.

BAB 4 HASIL

Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap dan rawat insentif anak (Pediatric Intensive Care Unit/PICU) RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah sebanyak 60 orang diikutkan dalam penelitian, namun sebanyak 5 orang di eksklusikan oleh karena pasien memiliki gangguan ginjal, sehingga jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 55 orang.

Sampel diambil dari pasien dengan diagnosis bedah dan non bedah. Adapun yang termasuk dalam diagnosis bedah yaitu post craniotomy (10 orang), post op laparatomy (7 orang), invaginasi (3 orang), appendicitis (3 orang), subdural hematom (3 orang), abses otak (2 orang), dan masing-masing satu orang pada kasus trauma kepala, epidural hematom, post op tumor removal, post op relaparatomy dan post op astrocytoma. Dan dengan diagnosis non bedah yaitu gagal nafas (7 orang), luka bakar (5 orang), congestif heart faiure (2 orang), infeksi susunan syaraf pusat (3 orang), dan masing masing satu orang pada kasus retinoblastoma, croup, bronchopneumonia, dengue syok syndrome, guillane barre syndrome, DHF grade III. Dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, urinalisa, kultur urin dan kultur darah.

Dari pemeriksaan urinalisa dan kultur urin, didapati gambaran pasien ISK dan tidak ISK setelah pemasangan kateter urin dalam 72 jam yaitu nitrit (+) pada 9 sampel, leukosituria (+) pada 5 sampel dan bakteriuria (+) pada 1 sampel. Namun tidak dijumpai adanya gambaran ISK pada pemeriksaan yang dilakukan dalam 24 jam pertama.

Adapun hasil Kultur urin pada penelitian ini didapati paling banyak adalah

Escherichia Coli (6 sampel) kemudian diikuti masing-masing 2 sampel pada

Streptococcus β haemoliticus, Enterobacter aeroginosa, Acinetobacter baumanii dan 1

sampel untuk masing-maing bakteri Enterobacter agglomerans, Streptococcus gamma haemoliticus, Streptococcus saprohyticus.

Hasil kultur darah pada penelitian ini didapati Acinetobacter Baumanii (3 sampel),

Pseudomonas aeroginosa (2 sampel) dan masing masing 1 sampel Klebsiella ornithinolytic dan Enterobacter kloaca.

Pada Tabel 4.1, menggambarkan karakeristik sampel, didapat sampel yang berusia <5 tahun ada 28 orang (50,9%) dan yang berusia >5 tahun ada 27 orang(49,1%). Kami mendapatkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu ada 34 orang( 61,8%). Adapun tinggi badan sampel <120 cm didapati sebanyak 27 orang (49,1%) dan tinggi badan >120 cm ada 28 orang(50,9%). Sebagian besar sample berada pada skor GCS 9-12 (56,4%), skor GCS >12 ( 36,4%) dan skor GCS ≤ 8 (7,3%). Kultur urin positif ada 15 orang (27,3%) dimana kultur urin positif terbanyak adalah kuman Escherichia coli (40%).

Penelitian ini mendapatkan hasil kultur darah positif pada 7 orang (12,7%) dimana kuman terbanyak sebagai penyebab adalah Acinetobacter Baumanii (42%). Lama rawatan rumah sakit kurang dari 10 hari didapatkan ada 36 orang (65,5%) dan lebih dari 10 hari didapatkan ada 19 orang (34,5%). Sampel dengan diagnosis bedah ada 32 orang(58,2%) dan diagnosis non bedah di dapatkan 23 orang(41,8%). Sampel dengan ISK ada 13 orang (23,6%) dan tanpa ISK ada 42 orang (76,3%).

Tabel 4.1. Karakteristik sampel Variabel N % Usia ≤ 5 tahun >5tahun 28 27 50.9 49.1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 34 21 61.8 38.2 Tinggi Badan ≤120 cm >120 cm 27 28 49.1 50.9 GCS Berat ( ≤8) Sedang(9-12) Ringan(>12) 4 30 21 7,3 56,4 36,4 Kultur urin Positif Negatif 15 40 27.3 72.7 Kultur darah Positif Negatif 7 48 12.7 87.3 Lama rawatan ≤ 24 jam ≥ 72 Jam 36 19 65.5 34.5 Diagnosis Bedah Non bedah 32 23 58.2 41.8 ISK atau Non ISK

ISK Tidak ISK 13 42 23,6 76,3

Tabel 4.2. Analisis data bivariat antara variabel-variabel independen dengan kejadian ISK

Variabel

ISK

P

Ada ISK Tidak ISK

n(%) n(%) GCS Berat ( ≤8) Sedang(9-12) Ringan(>12) 2(15,40) 7(53,80) 4(30,80) 2(15,40) 23(54,8) 17(40,50) 0,122$ Lama rawatan ≤ 24 jam > 72 jam 8(61,50) 5(38,50) 28(66,70) 14(33,30) 0,49 #

$ kolmogorov-smirnov test, # fisher’s exact test

Dari analisis bivariat (Tabel 4.2) tidak ada perbedaan yang bermakna antara inisial GCS dengan ISK dimana nilai P= 0,122. Dari hasil lama rawatan di rumah sakit tidak didapatkan hasil yang signifikan dengan kejadian ISK dimana nilai P=0,49.

BAB 5 PEMBAHASAN

Penggunaan jangka panjang kateterisasi urin merupakan tatalaksana yang umum digunakan bagi orang dewasa dan anak-anak, yang merupakan alternatif pengobatan untuk gangguan kandung kemih yang tidak berhasil..32.

Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan pengguna,an kateter merupakan penyebab infeksi yang sering dijumpai lebih dari 40% dari seluruh infeksi yang didapat dirumah sakit.

33

8

Penelitian di RS Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2004, menyebutkan jumlah penderita ISK perempuan sebesar 51.1% dan laki-laki sebesar 48.9%, dengan perbandingan penderita perempuan dan laki-laki adalah 1.1:1. Frekuensi ISK pada kelompok umur 1 bulan – 1 tahun yaitu 8%, kelompok umur 1 tahun – 5 tahun sebesar 54% dan usia 5 – 12 tahun sebesar 38%. Perbandingan penderita perempuan dan laki- laki pada kelompok umur 1 bulan – 1 tahun adalah 1.3:1; umur 1 tahun – 5 tahun adalah 1:1; dan kelompok umur 5 tahun – 12 tahun adalah 1.1:1.

Pada penelitian ini kami menemukan kejadian ISK pada anak yang diikutkan didalam penelitian yaitu 13 orang dari 55 sampel (23,6%) , .

34

Penelitian di Turki tahun 2007 menyebutkan penurunan kesadaran yang dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS) berperan dalam meningkatkan risiko ISK, 73.27% ISK yang terjadi berkaitan dengan status GCS hal ini dipengaruhi karena

Pada penelitian ini kami mengambil sampel laki-laki dan perempuan dengan kelompok umur kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun, dimana didapatkan anak laki-laki 34 orang (61.8%) dan anak perempuan 21 orang (38.2%)

adanya penyakit yang mendasarinya dimana jika penyakitnya berat maka penggunaan katerer urin akan sering digunakan dan lama penggunaan kateter urin juga akan mempengaruhi terjadinya ISK, risiko terjadinya ISK juga dipengaruhi oleh kelemahan otot dan usia dari pasien yang memerlukan pemasangan kateter urin.12,13

Kateter urin yang paling umum digunakan adalah indwelling folley kateter, Penelitian kami menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kesadaran yang dinilai dengan GCS terhadap kejadian ISK (p=0.122), hal ini disebabkan anak-anak yang ikut dalam penelitian ini derajat kesadarannya sebagian besar masih baik.

kateter ini pada awalnya dirancang untuk penggunaan jangka pendek pada pasien, tetapi pada saat ini penggunaan kateter urin bisa digunakan dalam jangka panjang selama dalam pengawasan.15 Pada studi di Turki menunjukkan bahwa lamanya rawat inap di rumah sakit, semakin lama penggunaan kateter dan pemakaian antibiotik memiliki tiga kali lebih tinggi risiko terjadinya ISK dibandingkan dengan yang tanpa penggunaan kateter.15

Penggunaan kateter indwelling uretra pada pasien selama lima hari atau lebih dapat menyebabkan bakteriuria dan candiduria.

16

Penelitian di Turki didapatkan bahwa infeksi setelah pemakaian kateter sering terjadi dan hal ini dikaitkan dengan adanya peningkatan risiko bakteriuria sekitar 5%.17,18 Pada studi di turki dikatakan juga bahwa komplikasi tersering dari kateter urin adalah bakteriuria sebagai akibat dari trauma ataupun uretritis.

Penelitian kami mendapatkan hanya satu kejadian bakteriuria, dimana pemeriksaan kultur urin dilakukan pada waktu yang sama

Masuknya benda asing seperti indwelling kateter ke dalam kandung kemih meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK, dimana hal ini dapat menyebabkan masuknya kuman dan sebagian besar uropatogen berasal dari konkomitan feses dan kontaminasi dari tangan petugas atau dari mikroflora yang ada di periuretral.15 Adanya benda asing memungkinkan terjadi pembentukan biofilm yang merupakan saluran untuk patogen berkembang biak dan menyebabkan infeksi.23 Biofilm adalah komunitas bakteri yang melekat pada substrat atau permukaan. Bakteri gram positif dan gram negatif dapat membentuk biofilm pada peralatan medis. Bakteri pembentuk biofilm yang paling sering Enterococcus faecalis, staphylococcus aerius, staphylococcus epidermidis, streptococcus viridans, escherichia coli, klebsiella pneumonia, proteus mirabilis, dan pseudomonas aeroginosa.24 Sekitar 20% individu, dijumpai kolonisasi kuman setelah pemasangan kateter.22

Penelitian di Taiwan tahun 2008 yang membandingkan spesimen urin pasien tanpa indwelling kateter urin, yang diisolasi dari pasien dengan kateter urin memiliki tingkat yang lebih rendah prevalensi Eschercia coli (23,4% vs 36,8%) dan tingkat yang lebih tinggi dari strain yang resisten termasuk spesies Pseudomonas (16,4% vs 8,6%) dan jumlah yang sedikit untuk basil gram negatif (5,8% vs 4,5%).

Penelitian di RS Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2004, menemukan Proteus spp

sebagai bakteri penyebab tersering infeksi saluran kemih pada anak laki-laki (6.9%) dan

Escherichia coli menjadi penyebab terbanyak pada anak perempuan.

35

Pada penelitian ini kami mendapatkan hasil kultur urin terbanyak adalah

Eschercia coli (40%) dan bakteri yang lain adalah Streptococcus β Haemoliticus,

Enterobacter aeroginosa, Acinetobacter Baumanii masing-masing sebesar 13% dan

jumlah yang sedikit untuk Enterobacter Agglomerans, Streptococcus Gamma Haemoliticus, Streptococcus Saprohyticus dengan prevalensi sebesar 6,6%, hal ini menunjukkan hasil penelitian ini sama dengan penelitian di Malang, Angka kejadian ISK di Indonesia mencapai 35 sampai 65%, sedangkan pada hasil penelitian ini didapatkan angka kejadian ISK sekitar 23.6% disebabkan oleh karena manajemen perawatan kateter urin sudah cukup baik

BAB 6

Dokumen terkait