• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, sebagai penutup tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut Muhammad aṭ-Ṭāhir bin ‘Āsyūr maqāṣid asy-syarīʻah ialah: nilai-nilai dasar yang melandasi syariat, –yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia –kemaslahatan yang hendak diwujudkan melalui hukum-hukum syariat tersebut, sifat-sifat khas yang mencirikan keunggulan syariat, serta aturan-aturan hukum untuk mewujudkan kemaslahatan dimaksud. Setiap tahapan istinbat hukum syariat dari nas-nas Alquran dan Sunnah maupun dari sumber-sumber hukum lainnya harus memperhatikan

maqāṣid asy-syarīʻahagar terhindar dari istinbat hukum yang keliru. Maqāṣid asy-syarīʻah dapat dikenali melalui tiga metode, yaitu: 1) analisis pola tasyrīʻ; 2) ayat-ayat Alquran yang bersifat wāḍiḥ ad-dalālah; dan3) (adis Mutawātir. 2. Menurut Muhammad aṭ-Ṭāhir bin ‘Āsyūr maqāṣid asy-syarīʻah al-ʻammah ialah

sifat-sifat yang menunjukkan keunggulan, tujuan umum dan nilai-nilai yang selalu ditemukan dalam setiap atau sebagian besar hukum-hukum syariat. Sifat-sifat khas yang menjadi maqāṣid asy-syarīʻah al-ʻāmmah ialah: fitrah,

samāḥah, universalitas; Tujuan-tujuan umum syariat Islam antara lainialah: kemaslahatan, sadd aż-żarīʻah, serta stabilitas dan ketahanan sosial; Sedangkan nilai-nilai dasar yang menjadi maqāṣid asy-syarīʻah al-āmmah ialah: kesetaraan, substansialitas hukum, supremasi hukum, dan ḥurriyah. Setiap produk hukum baru dalam syariat Islam hasil istimbat dan ijtihad mujtahid dituntut mencerminkan karakter-karakter, tujuan-tujuan umum, serta nilai-nilai dimaksud.

3. Maqāṣid asy-syarīʻahkhusus yang dimaksud oleh )bnu ‘Āsyūr adalah maqāṣid pada masing-masing rumpun hukum muamalah, yang menurutnya terdiri atas: rumpun hukum-hukum perkeluargaan, hukum-hukum perniagaan, hukum

ketenagakerjaan, hukum-hukum tabarruʻāt, hukum-hukum peradilan dan kesaksian, serta hukum-hukum sanksi pidana. Definisi yang diberikannya ialah ketentuan-ketentuan hukum yang disyariatkan untuk melindungi kemaslahatan umum serta hikmah atau tujuan-tujuan yang hendak diwujudkan melalui implementasi ketentuan-ketentuan hukum dimaksud. Maqāṣid asy-syarīʻah khusus pada masing-masing rumpun menurut Ibnu

‘Āsyūr ialah sebagai berikut:

a. Maqāṣid syarīʻah khusus dalam hukum-hukum kekeluargaan ada tiga, yaitu: mengukuhkan ikatan pernikahan, mengukuhkan hubungan nasab, mengukuhkan hubungan persemendaan, dan menentukan tata cara pemutusan masing-masing ikatan dan hubungan.

b. Maqāṣid syarīʻah khusus hukum-hukum perniagaan ialah: penyebaran kepemilikan, transparansi, perlindungan terhadap harta, kepastian hukum, dan berkeadilan.

c. Maqāṣid syarīʻah hukum ketenagakerjaan ialah: intensifikasi muamalah ketenagakerjaan, rukhṣah untuk garar yang susah dihindari, tidak memberatkan penggarap, berlaku mengikat jika pekerjaan telah dimulai, pekerja atau penggarap dapat mengajukan syarat tambahan, menyegerakan pembayaran imbalan, keleluasaan teknis penyelesaian pekerjaan, menghindari unsur-unsur perbudakan. d. Maqāṣid syarīʻah hukum tabarru’āt atau donasi ialah: intensifikasi

tabarruʻāt, kesukarelaan, fleksibilitas, perlindungan terhadap hak-hak pihak terkait.

e. Maqāṣid syarīʻah hukum peradilan ialah: eksistensi lembaga peradilan sebagai perangkat penegak kebenaran dan pembungkam kebatilan, penyerahan objek sengketa kepada yang berhak sesegera mungkin, kesaksian yang berdasarkan fakta, dan dokumentasi kesaksian. f. Maqāṣid syarīʻah hukum sanksi pidana ialah: memberi efek jera kepada

pelaku, memberi rasa puas kepada korban atau keluarganya, memberi efek ngeri atau takut kepada yang lain.

145

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan dapatlah dikemukakan saran-saran sebagaimana berikut:

1. Perlu ada upaya peningkatan mutu dan jumlah pengkajian dan penelitian dalam bidang maqāṣid asy-syarīʻah secara intensif, komprehensif dan lebih berfariasi, yang meliputi pengayaan literatur terkait, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta menggiatkan kegiatan-kegiatan ilmiah dengan tema maqāṣid asy-syarīʻah seperti penelitian, seminar, diskusi ilmiah.

2. Meningkatkan kompetensi ilmu alat dalam bidang hukum Islam –seperti Ilmu Bahasa Arab, Ulumul Qur`ān, Ulumul Ḥadīṡ, dan Usul Fikih –bagi akademisi dan praktisi hukum Islam sesuai standar yang dibutuhkan dalam pengkajian terhadap maqāṣid asy-syarīʻah, karena pengkajian dimaksud tidak mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tanpa dukungan perangkat ilmu alat tersebut, mengingat sumber informasi tentang maqāṣid asy-syarīʻah adalah nas-nas Alquran dan Hadis serta ilat-ilat hukum Fikih.

3. Implementasi maqāṣid asy-syarīʻah umum dan khusus sebagai standar mutu ijtihad dan produk hukum Islam kontemporer. Maqāṣid asy-syarīʻah khusus adalah alat kontrol agar produk hukum dimaksud tidak kontradiktif dengan karakter-karakter dan prinsip-prinsip dasar Islam itu sendiri, seperti: fitrah,

samāḥah, universal, membawa maslahat, mencegah mudarat, substansial, tidak rapuh, seimbang, dan mengukuhkan stabilitas sosial. Sedangkan

maqāṣid asy-syarīʻah khusus pada masing-masing rumpun hukum muamalat selain sebagai alat kontrol juga akan memberi dukungan yang signifikan terhadap sinergisitas syariat Islam dengan perkembangan dan perubahan zaman yang begitu dinamis yang mencerminkan keuniversalan Islam yang

ṣāliḥlikulli zamān wamakān, dengan selalu memberikan jawaban dan solusi hukum yang tepat dan efektif bagi persoalan-persoalan baru tidak mungkin dihentikan kemunculannya.

Demikianlah yang dapat penulis susun dalam tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa di sana-sini masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari

segi metodologi, isi, dan analisis, oleh karenanya penulis mengharapkan kesediaan pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya kepada Allah kita kembalikan segala urusan, wal-ḥamdu

lillāḥi rabbil-ʻālamīn.

 

147