• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASY SYARĪʻAH

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.60Sedangkan

sistem ialah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.61 Jadi dapat dikatakan bahwa metode penelitian

ialah cara kerja yang memiliki perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai hasil yang diharapkan.

Cara kerja suatu penelitian, pertama ditentukan oleh jenis dan sifat penelitian. Dari jenis dan sifat penelitian dapat ditentukan jenis sumber atau data penelitian yang dibutuhkan. Sumber-sumber atau data penelitian yang telah ada kemudian diolah dan dianalisa sesuai dengan kaidah yang berlaku pada masing-masing jenis penelitian dan jenis sumber atau data penelitian.

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan62 bukan deskriptif sebagaimana ilmu pengetahuan

empiris. Oleh karena itu, menurut Peter Mahmud Marzuki, dikotomi penelitian hukum menjadi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris tidak

58 Ar-Raisūniy, Naariyah, h. 407-408.

59Lihat: Muhammad Abdulhadi Fā ūr, al-Maqāṣid inda al-Imām asy-Syāṭibiy: Dirāsah

Uṣūliyah Fiqhiyah, (Seda: Basyūniy li-aṭ-Ṭibā ah, (/ M , jilid ), h. , , jilid )), hlm 186.

60 Sugono, Kamus, h. 952. 61Ibid.

62Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media

17

tepat dan tidak memiliki pijakan.63 Lebih lanjut tentang kekhususan penelitian

ilmu hukum, Peter Mahmud mengatakan,

Dapat dikemukakan bahwa penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan karakter preskriptif ilmu hukum. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di dalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang menguji kebenaran ada tidaknya suatu fakta disebabkan oleh suatu faktor tertentu, penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.64

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ditinjau dari konsentrasi bidang yang diteliti, penelitian ini termasuk penelitian doktrin hukum.

Adapun dari sudut pandang internal keilmuan Islam kajian khusus tentang hukum dapat diklasifikasikan menjadi: usul fikih, fikih, qawā id fikih. Usul fikih merupakan metodologi istinbat hukum dari dalil-dalilnya;65 Fikih

membahas hukum-hukum perbuatan manusia yang mencakup peribadatan dan berbagai interaksi atau muamalah keseharian mereka;66 Qawā id fikih ialah

reduksionisme hukum dengan menginduksi hukum-hukum parsial pada berbagai kasus menjadi postulat hukum pada kasus-kasus serumpun. Ditinjau dari substansinya penelitian ini termasuk kajian usul fikih.

Doktrin hukum ialah pendapat seorang atau beberapa orang sarjana yang terkenal dalam bidang hukum.67 Untuk memahami pemikiran seorang tokoh

secara masif dan komprehensif, dibutuhkan pemahaman yang baik tentang jati diri dan latar belakang tokoh dimaksud. Oleh karena itu penelitian ini disertai dengan studi biografis Muhammad aṭ-Ṭāhir Bin ‘Āsyūr. Penelitan biografis yaitu penelitian terhadap seorang tokoh dalam hubungannya dengan masyarakat,

63Faisar Ananda Arfa, Metodologi Penelitian Hukum Islam (Bandung: Ciptapustaka

Media Perintis, 2010), h. 52, 69.

64Ibid. h. 35.

65Muhammad Abu Zahrah, Uṣūl al-Fiqh (t.t.p.: Dar al-Fikr al-‘Arabiy, t.t. h. 9. 66Al-Asyqar, Tārīkh, h. 14.

67http://hukumzone.blogspot.com/2011/12/doktrin-dan-yurisprudensi-sebagai.

sifat-sifat, watak, pengaruh pemikiran dan idenya, serta pembentukan watak tokoh tersebut selama hayatnya.68

2. Sumber Penelitian

Oleh karena ilmu hukum bersifat perskriptif, dalam penelitian hukum tidak diperlukan adanya hipotesis. Dengan tidak adanya hipotesis maka di dalam penelitian hukum juga tidak dikenal istilah data, demikian pula istilah analisis data kualitatif dan kuantitatif bukan merupakan istilah yang lazim di dalam penelitian hukum.69 Yang diperlukan dalam penelitian hukum, yang

bertujuan untuk memecahkan isu hukum dan memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya ialah sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum skunder. Bahan hukum primer ialah bahan hukum yang telah memiliki otoritas, dan yang selain itu adalah bahan hukum sekunder.70

Sumber-sumber penelitian dalam penelitian pemikiran maqāṣid syarī ah

)bnu ‘Āsyūr ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kitab Maqāṣid asy-Syarīʻah al-Islāmiyah karya Muhammad aṭ-Ṭāhir

Bin ‘Āsyūr dan buku-bukunya yang lain yang berbicara tentang

maqāṣid asy-syarīʻah sebagai objek kajian.

b. Bahan-bahan hukum primer, yaitu: Alquran dan kitab-kitab induk Hadis.

c. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu kitab-kitab usul fikih, kitab- kitab fikih, Qawā id Fiqhiyah, serta karya-karya tulis yang bertemakan hukum Islam.

d. Sumber-sumber pendukung lainnya, berupa: buku-buku sejrah dan

biografi terkait )bnu ‘Āsyūr, ensiklopedi, kamus-kamus, buku-buku metode penelitian dan penulisan laporan penelitian, dan tata bahasa.

68Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuluddin (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002) h. 52-53.

69Marzuki, Penelitian, h. 36. 70Ibid, h. 141.

19

3. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini mempedomani langkah-langkah penelitian hukum. Tentang ini Peter Mahmud mengatakan,

Dalam melakukan penelitian hukum, dilakukan langkah-langkah: (1) mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan; (2) pengumpulan bahan-bahan hukum primer dan sekunder, dan bahan-bahan non hukum sekiranya dipandang mempunyai relevansi; (3) melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan; (4) menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu hukun; dan (5) memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun dalam kesimpulan.71

Isu hukum dalam penelitian ini ialah konsep Muhammad aṭ-Ṭāhir Bin

‘Āsyūr tentang maqāṣid asy-syarīʻah. Sebagai sumber-sumber penelitian dikumpulkanbahan-bahan hukum primer –yaitu: Alquran dan kitab-kitab induk Hadis –maupun bahan hukum skunder –yaitu: kitab-kitab dan karya tulis yang bertemakan usul fikih, fikih, dan qawā id fikih. Demikian juga bahan-bahan non hukum yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Analisis terhadap konsep

)bnu ‘Āsyur tentang maqāṣid asy-syarīʻah dilakukan dengan pendekatan usul fikih perbandingan. Kesimpulan ditarik setelah Konsep maqāṣid asy-syarīʻah

)bnu ‘Āsyūr –sebagaimana yang terpapar dalam kitab Maqāṣid asy-Syarīʻah al-

Islāiyah –dideskripsikan secara utuh, kemudian validitasnya sebagai bagian dari asas hukum sebagaimana yang diinginkan Alquran dan Hadis Nabi  dianalisis dengan pendekatan tafsir dan usul fikih, dan dikomparasikan dengan pendapat tokoh-tokoh lain tentang maqāṣid asy-Syāṭibiy-syarīʻah, baik yang sebelum atau sesudahnya. Kajian-kajian terdahulu tentang teori )bnu ‘Āsyūr pun dijadikan sebagai pengayaan dan perbandingan dalam penarikan kesimpulan.