• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Jumlah gabah per rumpun pada semua posisi gabah kecuali jumlah gabah hampa pada cabang primer dipengaruhi oleh perlakuan periode cekaman kekeringan. Terdapat pengaruh interaksi antara periode cekaman kekeringan dengan varietas terhadap jumlah gabah hampa per malai. Bobot gabah per rumpun dipengaruhi oleh periode kekeringan dan perlakuan varietas hanya berpengaruh pada cabang sekunder. Interaksi periode cekaman kekeringan dan varietas berpengaruh terhadap bobot 1,000 butir. Pengaruh interaksi terhadap bobot 1,000 butir gabah yang paling tinggi terlihat pada varietas IPB 3S dengan tanpa pengeringan (K0), sedangkan pengaruh interaksi yang terendah terlihat pada varietas Rokan dengan pengeringan sejak 3 εST sampai dengan panen (K3).

Saran

Pola pengisian gabah dapat dijadikan salah satu dasar perakitan varietas yang tahan kekeringan. Berdasarkan pola pengisian gabah varietas yang tahan kekeringan dapat dihasilkan dengan memilih varietas yang mempunyai gabah pada pangkal malai dan cabang sekunder yang banyak terisi. Varietas yang tahan juga bisa dilihat dari varietas yang memiliki jumlah gabah yang sedikit pada pangkal malai dan cabang sekunder sehingga pengisian difokuskan pada ujung malai dan cabang sekunder.

Abdullah, B. 2009. Perakitan dan pengembangan varietas padi tipe baru. In Aan. A. Daradjat, Agus Setyono A. Karim εakarim, Andi Hasannudin (Eds.) Padi: Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. δIPI Press. Jakarta. p. 67-89. Abdullah, B., K.S. Prajitno, dan R. εujisihono. 2004. Keragaan beberapa varietas

padi menuju perbaikan mutu beras. Jurnal δitbang Pertanian 29: 1-5

Borges R. 2003. How soybeans respond to drought steress. Issues In Agriculture. www.uvex.edu/ces/ag/issues/drought2003/soybeansrespondstress.html- 16k. [15 mei 2011].

Bouman B. A. ε., T. P. Tuong. 2001. Field water management to save water and increase its productivity in irrigated lowland rice. Agricultural Water

Management. 49: 11-30

BPS Provinsi Banten. 2011. Berita Resmi Statistik. No.46/11/36 th. V [1 November 2011].

BPS. 2011. Data Produksi Padi Nasional. http://www.bps.go.id/ tnmn_pgn.php?eng=0 [25 April 2011].

Budi, D.S. dan S. Kartaatmadja. 2002. Efisiensi penggunaan air dan hubungannya dengan produktivitas padi sawah di wilayah layanan irigasi Waduk Pondok, Ngawi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 22: 10-16.

Chang, T. T. 1976. The origin, evolution, cultivation, dissemination and diversification of Asian and African rices. Euphtyca 25:425-441.

De Datta, S. K. 1981. Principle and Practices of Rice Production. John Willey and Sons, Inc. New York. 618p.

De Datta, S. K. and J. εalabuyoc. 1976. Nitogen response of lowland and upland rice in relation of tropical environmental condition. Proceeding of the symposium on climate and rice. IRRI. δos Banos. 509-539.

De Datta, S. K., W. P. Abilay and G. N. Kalwar. 1975. Water stress effect in flooded tropical rice. Water management in Philippines irrigation systems : Research and Operation. Water management workshop. IRRI. δos Banos. 19-36

Deptan. 2010. Data Produktivitas Padi Nasional http://www. Deptan.go.id/ditjentan/dpi /produktivitas.pdf [2 εei 2011].

Deptan. 2010. Data δuas Panen dan Produktivitas Padi Nasional. http://www.deptan.go.id/ditjentan/dpi/luaspanen.pdf [2 εei 2011].

Filho J. P. D. I., E. A. S. Paiva. 2006. The effect of sooty mold Photosynthesis and mesophyl structure of mahogany (Sweitenia macrophylla King., εeliaceae). Brag Camp 65:11-17.

Katayama, T. C. 1993. εorphological and taxonomical characters of cultivated rice (O. sativa). p. 35-83. In T. εatsuo and K. Hoshikawa (eds). Science of Rice Plant (εorphology). Food and Agricultural Policy Research Center. Tokyo.

Las I., B. Abdullah dan Aan A. Daradjat. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida mendukung ketahanan pangan. Tabloid Sinar Tani. 30 Juli 2003.

δong, S.P. 1999. Environmental responses, p.215-249. In R. F. Sage, R. K. εonson (eds.). C4 Plant Biology. Academic Press. New York.

O’toole J.C. and T.T. Chang. 1979. Drought resistance in cereals-rice: a case study, p. 373-406. In ε. Harry and C. S. Richard (Eds.). Stress Phisiology in Crop Plants. John Wiley and Sons Inc. Toronto.

Oldeman, δ. R., D. V. Shesu and F. B. Cady. 1986. Response of rice to weather variables. Report of an IRRI/WεO special project). IRRI. εanila.

Plantus. 2008. Padi (Oryza sativa). http://anekaplanta. wordpress.com/ 2008/01/01/padi-oryza-sativa/ [15 εei 2011].

Rauf, A.W., T. Syamsuddin dan R. S. Sri. 2000. Peranan pupuk NPK pada tanaman padi. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat, Papua. Departemen Pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2 hal.

Serraj, R., D. Dimayuga, V. Gowda, Y. Guan, H. He, S. Impa, D.C. δiu, R.C. εabesa, R. Sellamutu and R. Torres. 2008. Drought-resistant rice: physiological framework for an integrated research stategy, p.139-170. In. R. Serraj, J. Bennet and B. Hardy (eds.). Drought Frontiers in Rice: Crop Improvement for Increased Rainfed Production. International Rice Research. δos Banos.

Siregar, H. 1981. Budi Daya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor. 320 hal.

Sukiman H., Adiwirman dan S. Syofiatin. 2010. Respon tanaman padi gogo

(Oryza sativa δ.) terhadap stres air dan inokulasi mikorisa. Jurnal Berita

Biologi 10(2):249-257

Sutaryo, B., P. Aziz dan Nasrullah. 2005. Seleksi beberapa kombinasi persilangan padi untuk ketahanan terhadap keracunan alumunium. Jurnal Ilmu Pertanian 12 (1):20-31

Syaidah, A. 2009. Kadar Prolin dan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa δ.) pada Cekaman Kekeringan. Tesis. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Tubur, H. W. 2011. Respon Beberapa Genotipe Padi terhadap Periode Kekeringan pada Sistem Sawah. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal.

Yoshida, S. and F. T. Parao. 1976. Climatic influence on yield and yield components of lowland rice in tropics. Proceeding of the symposium and climatic and rice. IRRI. δos Banos. 471-494 .

Nomor seleksi : IR18348-36-3-3 Asal persilangan : IR5657/IR2061

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110-120 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 115-126 cm Anakan produktif : 20-35

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

εuka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Tahan

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Indek glikemik : 70 Bobot 1000 butir : 24.1 g Rata-rata hasil : 5.0 ton/ha Potensi hasil : 6.0 ton/ha

Ketahanan HPT : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1,2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan hawar daun bakteri strain IV, tahan virus kerdil rumput

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang

Nama pemulia : Introduksi IRRI

Nomor seleksi : S3383-ID-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 107-115 cm Anakan produktif : 14-17

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

εuka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Indek glikemik : 54 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6.0 ton/ha Potensi hasil : 8.5 ton/ha

Ketahanan HPT : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan sedang terhadap biotipe 3

Anjuran tanam : Baik pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai dengan 500 m dpl

Nama pemulia : Tarjat T., Z. A. Simanullang, E. Sumadi, dan Aan A. Daradjat

Nomor seleksi : IPB97-F-15-1-1

Asal persilangan : IPB6-d-10s-1-1-1/Fatmawati

Golongan : Cere

Umur tanaman : ± 112 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : ± 118 cm Anakan produktif : 7 – 11 batang

Warna kaki : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

εuka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Warna batang : Hijau

Kerebahan : Tahan

Kerontokan : Sedang

Bentuk gabah : εedium

Warna gabah : Kuning jerami Jumlah gabah per malai : 223 Butir Persentase gabah hampa : ± 20% Rata-rata hasil : 7.0 ton/ha Potensi hasil : 11.2 ton/ha Berat 1,000 butir : ± 28.2 g Kadar amilosa : ± 21.6%

Tekstur nasi : Pulen

Rendemen beras giling : ± 66% Rendemen beras kepala : ± 82%

Ketahanan HPT : Agak rentan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3. Tahan terhadap tungro, agak tahan terhadap blas ras 033, agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.

Anjuran tanam : Pada lahan irigasi dan tadah hujan 0-600 m dpl.

Pemulia : Hajrial Aswidinnoor, Willy Bayuardi S, Desta Wirnas, Yudiwanti WE Kusumo.

Nomor seleksi : S3383-ID-PN-16-2

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 115-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 105-113 cm Anakan produktif : 15-18

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun :

εuka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Bobot 1000 butir : 27 g Rata-rata hasil : 5.5 ton/ha Potensi hasil : 8.0 ton/ha

Ketahanan HPT : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan biotipe 3 Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai

sedang (600 m dpl)

Nama pemulia : Tarjat T., Z. A. Simanullang, E. Sumadi, dan Aan A. Daradjat

Nomor seleksi :

Asal persilangan : Persilangan Tox 1011 / Ranau

Golongan : Cere (Indica)

Umur tanaman : 115-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 95-100 cm Anakan produktif :

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau muda Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

εuka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak miring

Daun bendera : εiring

Bentuk gabah : Bulat besar Warna gabah : Kuning kotor

Kerontokan : Agak tahan

Kerebahan :

Tekstur nasi : Pera

Kadar amilosa : 27.6%

Indek glikemik :

Bobot 1000 butir : 27 g

Rata-rata hasil : 2-3.5 ton/ha GKG

Potensi hasil :

Ketahanan HPT : Tahan blas dan toleran naungan

Anjuran tanam : Baik untuk padi lahan kering sampai 500 m dpl

Nama pemulia : εurdani Diredja, Suwarno, Susanto T.W., Hadis Siregar, Erwina δubis

Nomor aksesi : 1754

Nama aksesi : εenthik Wangi Provinsi asal : Jawa Tengah Kabupaten asal : εagelang (Kab) Warna daun : Hijau

Golongan : Indica

Habitus : Sedang (± 450)

Warna kaki : Kuning emas

Permukaan daun : Tidak berambut Posisi daun bendera : εendatar Warna lidah daun : Putih

Warna telinga daun : Putih (tidak berwarna) Warna leher daun : Hijau muda

Panjang malai : 27.4 cm Panjang daun bendera : 30.8 δebar daun bendera : 1.6 Panjang leher malai : 3 Bobot 1000 butir : 18 Indeks kerebahan : 0 %

Umur tanaman : 125

Heading : 97

Anakan produktif : 14 Jumlah anakan vegetative : 15

Tinggi tanaman : 114

Berat gabah hampa : 2.5 Berat gabah isi : 27.1 Jumlah gabah isi per malai : 109 Toleransi terhadap BδB : 3

Nomor seleksi : IR39357-71-1-1-2-2

Asal persilangan : IR9129-209-2-2-2/IR19774-23-2-2//IR9729-67-3

Golongan : Cere

Umur tanaman : 85-90 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 80-85 cm Anakan produktif : 9-11

Warna kaki :

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Hijau

Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

εuka daun : bagian atas kasar, bawah permukaan halus

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning jerami

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Agak pulen

Kadar amilosa : 23%

Indek glikemik :

Bobot 1000 butir : 25 g Rata-rata hasil : 4.5 ton/ha Potensi hasil : 5.5 ton/ha

Ketahanan HPT : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2

Anjuran tanam : Dapat beradaptasi pada lingkungan swah dan gogo, beradaptasi baik pada lingkungan rawan kekeringan, dapat tumbuh baik pada tanah regosol, mediteran dengan kahat kalsium dan fosfat, cocok ditanam pada daerah dibawah 500 m dpl

Nama pemulia : Ismail B.P., B. Suprihatno, Z.A. Simanullang, Y. Samaullah, Atito D.S., Hadis S., E. Sumadi, Aan A. Darajat, Poniman, Taryat T.

Nomor seleksi : H1

Asal persilangan : IR58025A/BR827-35

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110-115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 108-115 cm Anakan produktif : 18-30

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

εuka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Sedang

Kadar amilosa : 23.5%

Bobot 1000 butir : 26 g Rata-rata hasil : 6.0 ton/ha Potensi hasil : 9.0 ton/ha

Ketahanan HPT : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV Anjuran tanam : Baik ditanam untuk lahan sawah irigasi

Nama pemulia : Suwarno, B. Sutaryo, Yuniati P. ε., εurdani, Diredja, dan B. Suprihatno

K0 I K0 II K0 III

K9 I K9 II K9 III

K6 I K6 II K6 III

K3 I K3 II K3 III

Keterangan:

δuas petak : 400 x 300 cm; Jarak tanam inter varietas = 20 x 20; Jarak tanam antar varietas 25 cm; Jarak dari pinggiran petak = 10 cm; Jumlah populasi per varietas = 30 tan; Jumlah populasi per petak = (30 x 8 varietas) + 30 tanaman pinggir = 270 tan; Jumlah total populasi 4 perlakuan dan 4 ulangan = 270 x 4 perlakuan periode kekeringan x 4 ulangan = 4320 populasi, simbol K3 adalah penggenangan selama 3 minggu Setelah Transplanting, K6 penggenangan selama 6 minggu setelah transplanting, K9 adalah penggenangan selama 9 minggu dan K0 adalah kontrol yang dilakukan penggenangan dari awal penanaman sampai panen. Penggenangan dipertahankan setinggi 2.5 cm. I, II, III adalah ulangan.

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB

Abstract

Rice, the main crop in Indonesia, is facing many problems in its development which is an issue of drought. Effect of drought on rice causes puso and decreases productivity. The objective of this research is to study the response of several varieties of rice grain filling at four different periods of drought. This research was conducted at the University Farm IPB, Babakan, Sawah Baru, Dramaga, Bogor, on land under Polyethylene roof from October 2011 until June 2012. The treatment design Randomized Completely Block Design with Split plot design of two factors. The first factor is period of drought treatments as main plots consist of four standards: dried at 3 weeks after tranplanting (MST) (K3); dried at 6 MST (K6); dried at 9 MST (K9) and control (K0) (without drying). Varieties as a subplot consist of eight standards are: IR-64, Ciherang, IPB 3S, Way Apo Buru, Jatiluhur, Menthik Wangi, Silugonggo and Rokan. Periods of drought affected grain weight and grain number of plant. Varieties affected number of husk of plant. 1000 grain weight was affected by periods of drought stress, varieties and interaction of both.

RINGKASAN

IKHSAN NOVIADY. Pengisian Gabah Beberapa Varietas Padi pada Periode Cekaman Kekeringan Berbeda dalam Sistem Sawah. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS dan AHMAD JUNAEDI).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pengisian gabah beberapa varietas padi yang ditanam pada sistem sawah dengan perlakuan periode kekeringan yang berbeda.

Percobaan ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (split plot) dengan dua faktor perlakuan yaitu periode kekeringan sebagai petak utama yang terdiri atas 4 taraf : dikeringkan saat 3 minggu setelah tranplanting (εST) sampai panen (K3); dikeringkan saat 6 εST sampai panen (K6); dikeringkan saat 9 εST sampai panen (K9) dan kontrol (K0) (tanpa dikeringkan). Varietas sebagai anak petak yang terdiri dari IR-64, Ciherang, IPB 3S, Way Apo Buru, Jatiluhur, εenthik Wangi, Silugonggo dan Rokan. Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman contoh dalam satu unit percobaan. Peubah yang diamati dalam penelitian adalah : 1) Jumlah gabah isi dan hampa per rumpun pada malai, pangkal malai, ujung malai, cabang primer dan cabang sekunder, 2) Bobot gabah per rumpun pada malai, pangkal malai, ujung malai, cabang primer dan cabang sekunder, 3) Bobot 1,000 butir gabah.

Hasil yang didapatkan yaitu jumlah gabah total per rumpun pada malai, pangkal malai, ujung malai, cabang primer, dan cabang sekunder tertinggi pada K0 dan K9. Pada K3 bobot rata-rata baik gabah total, isi, dan hampa terendah pada berbagai posisi gabah. Varietas Rokan memiliki jumlah gabah hampa tertinggi pada semua posisi dalam malai, sedangkan IR 64 memiliki jumlah gabah hampa terendah. Jumlah gabah total lebih banyak pada ujung malai dibandingkan pada pangkal malai, dan pada cabang primer lebih banyak dibandingkan pada cabang sekunder. Bobot gabah per rumpun pada malai, pangkal malai, ujung malai, cabang primer, dan cabang sekunder tertinggi pada K0 dan K9. Pada K3 memiliki bobot terendah dari berbagai posisi. Berdasarkan posisi gabah, pangkal malai menunjukkan bobot yang lebih rendah dibandingkan ujung malai dan

cabang primer menunjukkan bobot yang lebih tinggi dibandingkan cabang sekunder.

Kesimpulan dari percobaan ini adalah jumlah gabah per rumpun pada semua posisi gabah kecuali jumlah gabah hampa pada cabang primer dipengaruhi oleh perlakuan periode cekaman kekeringan.Terdapat pengaruh interaksi antara periode cekaman kekeringan dengan varietas terhadap jumlah gabah hampa per malai. Bobot gabah per rumpun dipengaruhi oleh periode kekeringan dan perlakuan varietas hanya berpengaruh pada cabang sekunder. Interaksi periode cekaman kekeringan dan varietas berpengaruh terhadap bobot 1,000 butir.

PENDAHULUAN

Dokumen terkait