• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan diambil dari analisis dan penafsiran terhadap hasil penelitian berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan pada Bab I. Oleh karena, itu kesimpulan ini akan mencakup (a) Keadaan Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami pada awal berdiri hingga tahun 1957; (b) Keadaan kelembagaan pendidikan Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami pada tahun 1958-1977; (c) Perkembangan kelembagaan pendidikan Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami pada tahun 1978 hingga tahun 2013; (d) Faktor-faktor penunjang dan penghambat perkembangan kelembagaan kelembagaan pendidikan di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami.

Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami didirikan pada tahun 1922 pada saat itu masih bernama Pondok Pesantren Lemburawi karena terletak di kampung Lemburawi kecamatan Pacet kabupaten Bandung. Didirikan oleh seorang kyai bernama KH. Muhammad Faqih. Pada awalnya, pesantren dikelola oleh beliau sendiri, kemudian setelah beberapa tahun beliau mempunyai seorang menantu lulusan Pondok Pesantren Sukamiskin yang bernama KH. Ubaidillah. KH. Muhammad Faqih beserta menantunya KH. Ubaidillah bersama-sama membangun dan mengembangkan Pondok Pesantren Lemburawi. Keadaan peserta didik pada saat itu masih berasal dari daerah sekitar kecamatan Pacet. Masih banyak di antaranya santri yang ngalong/tidak mondok di pesantren. Kemudian setelah didirikannya asrama, mulai ada beberapa santri yang mondok, namun tidak sedikit juga yang masih ngalong. Tidak ada persyaratan khusus bagi santri yang ingin mondok/mengaji di Pondok Pesantren Lemburawi. Metode yang digunakan oleh KH. Muhammad Faqih masih sangat tradisional, yaitu dengan metode bandongan dan sorogan. Materi yang diberikan pun belum terlalu banyak, namun hanya mencakup tentang ilmu aqidah dan juga ilmu fiqh yang merupakan dasar dari agama Islām, karena pada masa itu yakni pada masa

sebelum kemerdekaan, setiap ada lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu yang beraneka ragam sering dicurigai oleh penjajah. Barulah setelah dibantu oleh KH. Ubaidillah sekitar tahun 1943, sistem pengajian pun mulai

berwarna dengan dipelajarinya ilmu-ilmu lain seperti ilmu aqīdaħ, nahwu,

ṡarāf, balagaħ, fiqh, akhlāk, dan ilmu tafsīr dengan tetap menggunakan sistem bandongan dan sorogan. Sarana prasarana yang ada pada saat itu masih sangat sederhana, di antaranya rumah kyai, satu buah Mesjid, asrama yang terbuat dari bambu dan kayu. Kegiatan pengajian pun dilakukan di Mesjid yang masih terbuat dari bambu dan kayu.

Keadaan kelembagaan di Pondok Pesantren Lemburawi pada tahun 1958 mulai didirikan Lembaga formal pertama tingkat dasar yaitu Madrasah Wajib Belajar (MWB). Pada perkembangannya, MWB sempat dipindahkan ke kampung Paninggaran dan juga kampung Maruyung. Pada tahun 1964 KH. Muhammad Faqih meninggal dunia, kepemimpinan pun diambil alih oleh menantunya KH. Ubaidillah yang dibantu oleh KH. Ali Imron putra Alm. KH. Muhammad Faqih. Pada tahun 1970, Pondok Pesantren Lemburawi dirubah namanya menjadi Pondok Pesantren Baitul Arqom

Al-Islami tafaul kepada seorang sahabat Rasulūllāh SAW yaitu Arqām bin Abi

al-Arqām yang merelakan rumahnya dijadikan tempat dakwah Rasulullah

SAW dalam menyebarkan ajaran agama Islām. Pada tahun itu juga dilakukan

renovasi Mesjid pertama. Pada masa kepemimpinan KH. Ubaidillah ini, MWB yang dulu sempat dipindahkan ke daerah kampung Paninggaran dan kampung Maruyung kemudian pada tahun 1975 didirikan kembali di Pesantren Baitul Arqom dan dirubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI). Tahun 1967 didirikan PGA 6 dan 4 tahun, tahun 1972 didirikan Sekolah Pilial Agama Islam Negeri Bandung (SPAIN).

Selain dari lingkungan pesantren, santri pun semakin bertambah baik dari dalam daerah maupun luar daerah Bandung. Setelah didirikannya lembaga pendidikan formal, tenaga pendidik tidak hanya dari pihak keluarga saja, namun juga dari pihak luar yang kompeten di bidangnya. Kurikulum yang digunakan pun tidak hanya kurikulum pengajian kitab klasik saja,

namun karena lembaga pendidikan formal disesuaikan dengan kurikulum pemerintah. Namun, dari segi kepesantrenan tetap menggunakan sistem salafy/klasik.

Keadaan perkembangan kelembagaan di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami pada tahun 1978-1990-an bisa dikatakan masa keemasan, karena pada masa tersebut figur para kyai karismatik putra dan menantu KH. Muhammad Faqih masih banyak. Seperti KH. Ubaidillah, KH. Rd. Sofwan, KH. Abdul Qohhar, KH. Ali Imron, KH. Taufiq Abdul Hakim, KH. Ma’mun Faruq, Kyai Sulaeman Ma’ruf, KH. Yusuf Salim dan Kyai Madani Sulaeman. Santri yang mondok di Pesantren Baitul Arqom pun semakin bermunculan baik dari sekitar lingkungan pesantren maupun dari luar daerah seperti kota Bandung, Garut, Bogor, Depok, Jakarta dan Cianjur. Sistem dakwah yang para kyai lakukan adalah dengan cara mengisi ceramah-ceramah sebagai muballig di berbagai daerah yang secara tidak langsung menyebarkan informasi kepada khalayak luas tentang keberadaan Pondok Pesantren Baitul Arqom al-Islami. Setelah KH. Ubaidillah wafat, yakni pada tahun 1986, kepemimpinan pesantren diambil alih oleh KH. Ali Imron. Kemudian KH. Ali Imron wafat pada tahun 2005, estafet kepemimpinan diambil alih oleh KH. Yusuf Salim putra ke delapan KH. Muhammad Faqih. Beliau wafat pada

tahun 2009, setelah meninggalkan begitu banyak program dan

memperkenalkan Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami kepada masyarakat luas baik sekitar Jawa Barat bahkan sampai kepada luar pulau Jawa. Saat ini, Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami disesepuhi oleh keturunan ketiga KH. Muhammad Faqih, beliau adalah KH. Abdul Khobir menantu dari KH. Abdul Qohhar, adapun ketua yayasan diambil alih oleh putra pertama KH. Ali Imron yakni KH. A. Faisal Imron yang membawahi beberapa bidang, di antaranya ada bidang pendidikan yang terbagi lagi menjadi bidang pendidikan kepesantrenan dan pendidikan kesekolahan, bidang ekonomi, bidang kesehatan, bidang kesejahteraan dan bidang keamanan.

Pada tahun 1978, lembaga pendidikan PGA dirubah menjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Pada tahun 1986 KH. Ubaidillah meniggal dunia, estafet kepemimpinan pun diambil alih oleh KH. Ali Imron, pada tahun itu juga Sekolah Piliah Agama Islam Negeri Bandung dirubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah. Pada tahun 1988 dibentuklah Yayasan Ma’had Baitul Arqom Al-Islami. Pada tahun 1993 STIS dirubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT). Pada tahun 1994 Madrasah Aliyah dikembangankan menjadi Madrasah Aliyah Umum (MAU) dan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK). Pada tahun itu juga, siswa dan siswi MTs juga MA dipisahkan antara kelas putra dan kelas putri. Tahun 1996 STIT dirubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) hingga sekarang sudah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

(BAN-PT). Karena animo masyarakat terhadap Ilmu Syari’ah sangat kurang,

terbukti setelah dirubah menjadi STAI, mahasiswa yang kuliah di STAI Baitul Arqom terbilang banyak. Tahun 2008 didirikan TK Pembina Baitul Arqom. MA terakreditasi sangat baik sejak tahun 2011, MTs terakreditasi sangat baik pada tahun 2012.

Sejak didirikannya lembaga pendidikan formal, santri yang mondok di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami semakin banyak, bahkan sampai ada dari luar pulau Jawa yakni dari Sumatra, Kalimantan, Kupang dan juga Papua. Karena sudah ada lembaga pendidikan formal, bagi siapa saja yang akan mengaji dan bersekolah di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami tidak seperti pada awal didirikan, ada persyaratan tersendiri dan khusus bagi santri tingkat MTs dan MA diwajibkan mondok sejak tahun 1984. Tenaga pendidik yang lebih dominan pada lembaga pendidikan formal adalah orang-orang dari luar pesantren/bukan keluarga keturunan KH. Muhammad Faqih, walaupun begitu, setiap kepala sekolah TK, MI, MTs, dan STAI dipegang oleh pihak keluarga. Saat ini, di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami terdapat Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Tinggi Agama Islām (STAI), Lembaga Pendidikan

Komputer (LPK), Lembaga Bimbingan Ibadah Haji (LBIH), Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), dan Lembaga Ikatan

Alumni (LIK) serta memiliki dua Mesjid (Putra & Putri), dua Asrama Putra

( Rijalul Ghod & Hilyatul Auliya), empat Asrama Putri ( Al-Qubbathul Khodlro, Bola Dunia, Al Barkah dan Bintang Sembilan), dua Kantor, 30

Ruang Kelas, satu Aula, satu Poskestren dan satu Koperasi santri.

Faktor penunjang perkembangan di antaranya adalah karisma seorang KH. Muhammad Faqih beserta seluruh keturunannya yang aktif sampai sekarang di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami. Kyai sebagai seorang muballig yang selalu berdakwah dimana-mana dan secara tidak langsung menginformasikan mengenai keadaan Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami. Sarana dan prasarana juga tenaga pendidik yang memadai sehingga mempermudah kegiatan pembelajaran. Selain faktor internal, juga respon masyarakat terhadap pesantren sangat baik bahkan suka membantu walaupun pihak pesantren tidak memintanya. Di antara faktor penghambat perkembangannya adalah terkadang ada perbedaan pendapat internal keluarga pesantren. Selain itu, figur seorang kyai yang karismatik semakin sedikit sehingga masyarakat merasa kehilangan dan tingkat kepercayaan masyarakat pun menurun. Walaupun begitu, Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami adalah lembaga pendidikan yang bertujuan membina dan mencetak

siswa/kader Ahlu alsunnaħ wa aljamā’aħ (ana muslīm, ana sunny, ana

syafī’i) yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah dengan memadukan dua sistem pendidikan yaitu pendidikan pondok pesantren dan pendidikan sekolah formal. Secara keseluruhan, Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami dikatakan berkembang baik dari segi kepemimpinan, kuantitas dan kualitas tenaga pendidik dan peserta didik, sistem pendidikan, kurikulum pendidikan, manajemen kelembagaan juga sarana prasarana yang menunjang pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perkembangan sangat terlihat dari segi kelembagaan karena faktor kekeluargaan dan dukungan baik dari dalam pesantren maupun masyarakat, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional kepesantrenan.

Kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh anak cucu muassis awal Pesantren Baitul Arqom. Peserta didik pada setiap periode semakin bertambah dari mulai sekitar pesantren hingga luar pulau Jawa. Tenaga pendidik tidak hanya dari pihak keluarga pesantren, tetapi juga dibantu oleh pihak luar yang kompeten pada bidangnya. Sistem pendidikan dan kurikulum pendidikan disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tetap mempertahankan sistem pendidikan dan kurikulum pesantren salafy. Pada setiap periode, keadaan kelembagaan pendidikan semakin berkembang. Sarana prasarana sebagai penunjang baik kegiatan kepesantrenan maupun kegiatan sekolah formal semakin memadai, sehingga seluruh santri/siswa yang belajar di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami dapat mengembangkan minat dan bakat masing-masing, sekaligus memfasilitasi tenaga pendidik dalam kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami.

B. Saran

1. Untuk Pembuat Kebijakan (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat)

a. Hasil penelitian tentang perkembangan kelembagaan pendidikan di

pondok pesantren ini diharapkan dapat menjadi contoh bagaimana perjuangan sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia ini berkembang, sehingga dapat semakin disorot dan dijadikan contoh bagi pesantren-pesantren salafy lain.

b. Hasil penelitian tentang perkembangan kelembagaan pendidikan di

pondok pesantren ini diberikan apresiasi dan penghargaan terhadap pesantren bersangkutan maupun pesantren salafy lainnya dengan cara memberi bantuan baik berupa materi maupun hal lain yang dapat membantu perkembangan pesantren salafy pada umumnya

c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman, bahwa perjuangan

pesantren salafy tidaklah mudah ketika tidak adanya bantuan dari pembuat kebijakan.

2. Pondok Pesantren yang Bersangkutan (Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami)

a. Kyai dan para pengurus di Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami tetap

istiqāmaħ dalam menjaga amānaħ dari Allāh SWT.

b. Melakukan pengkaderan sejak dini terhadap santri maupun masyarakat

agar berilmu amaliah dan beramal ilmiah.

c. Menerima hal-hal baru yang baik dengan tetap mempertahankan ciri khas

kepesantrenan salafy

d. Bersikap terbuka dan tidak fanatik terhadap pihak yang berbeda dengan

Pondok Pesantren Baitul Arqom Al-Islami.

e. Alangkah baiknya apabila ada sebagian keluarga kyai yang mendalami

bidang kependidikan secara lebih luas atau juga dalam bidang umum. Sehingga dalam pengembangan kelembagaan pendidikan bisa lebih luas dan semuanya dikelola oleh pihak keluarga pesantren.

3. Untuk UPI khususnya IPAI

a. Antar mahasiswa, dosen, staff TU dan seluruh warga kampus lainnya

dapat menerapkan akhlāq al-karīmaħ sebagaimana tujuan pendidikan

Islam yang diterapkan di pondok pesantren.

b. Memfasilitasi mahasiswa dan atau warga kampus lainnya dalam

pengembangan pendidikan Islām. 4. Peneliti Selanjutnya

a. Lebih cermat secara kesejarahan dalam mengungkap fakta-fakta yang

akurat dalam sejarah pendidikan Islām.

b. Dianjurkan untuk meneliti pesantren lain sehingga dapat dijadikan bahan

perbandingan dan mengambil hikmah di balik setiap sejarah yang terjadi di lingkungan pesantren khususnya, umumnya lembaga pendidikan Islām.

Dokumen terkait