• Tidak ada hasil yang ditemukan

π i = Keuntungan pemasar (lembaga) di pasar i Dengan demikian total margin tataniaga (M) adalah:

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan mengenai analisis produksi dan pemasaran gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, dapat disimpulan bahwa:

1. Faktor-faktor yang menjadi determinan produksi dalam usahatani gambir perkebunan rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota yang berpengaruh secara nyata sebagai input adalah tenaga kerja, luas lahan, jumlah tanaman gambir yang menghasilkan, umur tanaman dan penggunaan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit. Pengalaman petani dalam berusahatani gambir, frekwensi panen dan cara tanam juga mempengaruhi tingkat produksi secara nyata. Semua faktor tersebut berpengaruh positif terhadap tingkat produksi, kecuali luas lahan dan pengalaman petani dalam berusahatani. Faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung pada tingkat produktivitas lahan dalam usahatani gambir adalah jarak tanam dan cara penanaman. Faktor sosial ekonomi lain yang berpengaruh pada tingkat produksi gambir baik secara langsung maupun tidak adalah usia petani, lama pendidikan dan teknologi yang digunakan dalam proses pengolahan gambir.

2. Pengalokasian input tenaga kerja, pupuk kimia (Urea) dan pestisida belum efisien. Pemakaian ketiga input tersebut masih bisa ditingkatkan atau ditambah penggunaannya guna memaksimalkan keuntungan dalam usahatani gambir, terutama pemakaian pupuk kimia dan pestisida yang jumlah pengalokasiannya relatif masih sangat sedikit. Penyebab utamanya adalah

kondisi petani yang tidak memiliki cukup insentif untuk membeli pupuk dan pestisida karena fluktuasi harga gambir di tingkat petani sangat tinggi sehingga tidak ada kepastian dalam berusahatani. Input tetap luas lahan dalam pemanfaatannya sudah tidak efisien lagi. Hal ini tidak berarti petani harus mengurangi penggunaan lahan untuk mencapai efisiensi ataupun menambah luas lahan lagi untuk meningkatkan hasil produksi gambir, karena dengan lahan yang sudah ada sekarang pemanfaatannya belum optimal.

3. Struktur pasar gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota adalahweak oligopsony market structure atau pasar persaingan tidak sempurna. Hal ini ditandai oleh sangat tidak seimbangnya rasio petani dan pedagang yang ditunjukkan oleh tingginya derajat konsentrasi pasar, serta ada indikasi tingginya hambatan untuk masuk pasar bagi pedagang baru yang tergambar dari tingginya nilai MES. Perilaku pasar sangat dipengaruhi oleh bentuk struktur pasar yang sekarang berlaku sehingga menyebabkan peran pedagang dan eksportir dalam menentukan harga relatif kuat dan dominan jika dibandingkan dengan petani yang memiliki daya tawar yang rendah dalam mempengaruhi harga. Kecenderungan perilaku yang menyebabkan kondisi di atas antara lain: petani tersebar di berbagai wilayah dengan waktu panen yang sangat beragam, tempat penjualan tersebar, transaksi jual beli tidak serentak dan cenderung pada pedagang yang sama, jumlah yang dipanen masing-masing petani relatif sedikit, sebagian petani masih terikat dengan pedagang tertentu karena keterbatasan modal, produk yang dihasilkan relatif beragam dan belum adanya standarisasi produk di tingkat petani yang mengarah pada perbaikan mutu, sedangkan pasar akhir gambir atau konsumen akhir sebagian besarnya berada

144

di tempat yang sangat jauh dari sentra produksi. Kinerja pemasaran gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota belum efisien. Hal ini terlihat berdasarkan indikator adanya kolusi antar pedagang di tingkat pasar yang berbeda dalam menentukan harga sehingga harga yang terjadi pada pasar eksportir tidak ditransmisikan secara sempurna pada tingkat petani, serta pasar di tingkat petani dan eksportir belum terintegrasi dengan baik dimana integrasi pasar yang terjadi lemah. Kondisi tersebut mengakibatkan tidak akan ada harga terbaik yang akan berlaku bagi petani, walaupun kinerja pasar gambir berdasarkan indikator margin pemasaran dari lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran gambir relatif adil dan seimbang dalam pendistribusiannya dan rasio harga yang diterima petani relatif tinggi. Akhirnya hal tersebut di atas berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan petani.

7.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai produktivitas gambir yang menganalisis penggunaan pupuk antara petani yang intensif menggunakan pupuk kimia, intensif pupuk organik, kombinasi keduanya dan tanpa pemupukan, sehingga diperoleh gambaran dan perbandingan yang lebih baik dan memadai untuk membuat kesimpulan tentang pengaruh pemupukan pada produksi gambir. 2. Mengingat gambir adalah komoditas ekspor, maka perlu dilakukan penelitian

yang membahas tentang aspek permintaan dan penawaran gambir oleh industri yang melakukan pengolahan lebih lanjut pada gambir mentah yang diproduksi petani produsen, guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai pasar gambir di tingkat yang lebih luas dan kemungkinan pengembangan produk dan pasar komoditas gambir di masa yang akan datang.

Asnawi, R. 2003. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Ubikayu dan Industri Tepung Tapioka Rakyat di Provinsi Lampung. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 6(2): 131-140.

Badan Pusat Statistik. 2003. Sensus Pertanian 2003: Hasil Pendaftaran Rumahtangga Kabupaten Lima Puluh Kota. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, Sarilamak.

________________. 2007a. Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, Sarilamak.

________________. 2007b. Sumatera Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, Padang.

________________. 2008a. Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, Sarilamak.

________________. 2008b. Kecamatan Kapur IX dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, Sarilamak.

________________. 2008c. Ringkasan Eksekutif: Analisis Perkembangan Sektor Pertanian Kabupaten Lima Puluh Kota. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, Sarilamak.

_________________. 2008d. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Barat: Ekspor - Impor. Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, Padang.

_________________. 2008e. Kecamatan Lareh Sago Halaban dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, Sarilamak.

_________________. 2008f. Kecamatan Harau dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, Sarilamak.

Cramer, G.L., C.W. Jensen and D.D. Southgate, Jr. 1997. Agricultural Economics and Agribusiness. Seventh Edition. John Wiley & Sons, New York.

Dahl, D.C. and J.W. Hammond. 1977. Marketing and Price Analysis: The Agriculture Industries. Macgraw Hill Book Company, New York.

Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York.

146

Dessalegn, G., T.S. Jayne and J.D. Shaffer. 1998. Market Structure, Conduct and Performance: Constraints on Performance of Ethiopian Grain Markets. Working Paper. Grain Market Research Project. Ministry of Economic Development and Cooperation, Addis Ababa.

Dhalimi, A. 2006. Roadmap Penelitian dan Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Gambir di Sumatera Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 9(1): 87-99.

Djauhari, A. 1999. Pendekatan Fungsi Cobb-Douglas dengan Elastisitas Variabel dalam Studi Ekonomi Produksi: Suatu Contoh Aplikasi pada Padi Sawah. Jurnal Informatika Pertanian, 8(3): 507-516.

Doll, J.P. and F. Orazem. 1984. Production Economics: Theory with Applications. John Wiley and Son, New York.

Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Terjemahan. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.

Ermiati. 2004. Budidaya, Pengolahan Hasil dan Kelayakan Usahatani Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Buletin TRO, 15(1): 50-64.

Firdaus, M., R. Oktaviani, A. Asmara dan Sahara. 2008. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur di Indonesia. Working Paper Series. Nomor 04/A/III/2008. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

George, P.S. and G.A. King. 1971. Consumer Demand for Food Commodities in The United States with Projection for 1980. Giannini Foundation Monograph Number 26. Department of Agricultural and Resource Economics, University of California, Davis.

Harsoyo, Y. 2003. Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Komoditi Salak Pondoh di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hasiholan, B. 2005. Analisis Fungsi Produksi Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Heytens, P.J. 1986. Testing Market Integration. Food Research Institute Studies, 20(1): 25-41.

Hukama, L.A. 2003. Analisis Pemasaran Jambu Mete: Studi Kasus Kabupaten Buton dan Muna. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Irawan dan Sudjoni. 2001. Pemasaran: Prinsip dan Kasus. Edisi Kedua. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi Kedua. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

Kohls, R.L. and J.N. Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Products. Ninth Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Kurniawan, I. 2003. Analisis Kelembagaan Pemasaran Gaharu di Kalimantan Timur. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lamb, C.W., J.F. Hair dan M. Daniel. 2001. Pemasaran. Terjemahan. Salemba Empat, Jakarta.

Lau, L.J. and P.A. Yotopoulus. 1971. A Test for Relative Efficiency and Application to Indian Agricultural. American Economic Review, 61(1): 94- 109.

Mason, E. 1939. Price and Production Policies of Large-Scales Enterprises. American Economic Review, 29(2): 61-74.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

Nazir, N. 2000. Gambir: Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diversifikasinya. Yayasan Hutanku, Padang.

________. R. Hakimi dan A. Bakhtiar. 2007. Kajian Teknologi Pengolahan Gambir untuk Obat-obatan dan Kosmetik. Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumatera Barat, Padang.

Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Terjemahan. Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.

Parel, C.P., G.C. Caldito, P.L. Ferrer, G.G. Degusman, C.S. Sinsioco and R.H. Tan. 1973. Sampling Design and Procedures. Philippine Social Science Council, Quezon City.

Purcell, W.D. 1979. Agricultural Marketing: System, Coordination, Cash and Future Price. A Prentice Hall Company, Virginia.

Rahim, A. dan D.R.D. Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian: Pengantar Teori dan Kasus. Penebar Swadaya, Jakarta.

148

Ravallion, M. 1986. Testing Market Integration. American Journal of Agricultural Economics, 68(1): 102-109.

Rusastra, I.W., B. Rachman, Sumedi dan T. Sudaryanto. 2003. Struktur Pasar dan Pemasaran Gabah-Beras dan Komoditas Kompetitor Utama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Sahara, D., Yusuf dan Sahardi. 2004. Pengaruh Faktor Produksi pada Usahatani Lada di Sulawesi Tenggara: Kasus Integrasi Lada-Ternak di Kecamatan Landono Kabupaten Kendari. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 7(2): 139-145.

_________. dan Sahardi. 2005. Efisiensi Faktor Produksi Lada pada Pola Usahatani Integrasi dan Pola Tradisional di Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 8(2): 242-249.

_________. dan Idris. 2005. Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi pada Lahan Sawah Irigasi Teknis. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara, Kendari.

_________. Z. Abidin dan A. Syam. 2006. Profil Usahatani dan Analisis Produksi Kakao di Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 9(2): 154-161.

Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Andi, Yogyakarta.

Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia, Jakarta. Slameto. 2003. Analisis Produksi, Penawaran dan Pemasaran Kakao di Daerah

Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Lampung. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soekartawi, A. Soehardjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_________. 2003. Teori Ekonomi Produksi: Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Rajawali Press, Jakarta.

Suciaty, T. 2004. Efisiensi Faktor-faktor Produksi dalam Usahatani Bawang Merah. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Djati, Cirebon.

Sukiyono, K. 2004. Analisa Fungsi Produksi dan Efisiensi Teknik: Aplikasi Fungsi Produksi Frontier pada Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, 6(2): 104-110.

Tinambunan, A. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tomek, W. and K.L. Robinson. 1977. Agricultural Product Prices. Third Edition. Cornel University Press, Ithaca.

Yekti, A. 2004. Efisiensi Usahatani Melon di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Yuhono, J.T. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Gambir. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Buletin TRO, 15(2): 9-21.

Lampiran 1. Hasil Pendugaan Parameter Model Fungsi Produksi Komoditas