• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN

1. Proporsi kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia 8,1%, dengan tingkat keparahan sangat parah (memerlukan rawat inap lebih dari 2 bulan) 0,2% dan yang parah (dirawat inap 2 bulan ke bawah) 99,8%. Proporsi bagian tubuh yang mengalami cedera terbanyak adalah anggota gerak bawah 64,4% diikuti anggota gerak atas 40,2%, dan kepala 12,8%. Proporsi jenis cedera terbanyak adalah luka lecet/lebam/memar 68,3%, terkilir/teregang 30,7%, luka iris/robek 27,3%, sedangkan yang mengalami patah tulang, cedera mata, gegar otak, anggota tubuh terputus kurang dari 1%. Proporsi tempat terjadinya cedera terbanyak adalah di jalan raya 55,6%, di rumah 19,5%, di pertanian 11,7%, sedangkan yang terjadi di area bisnis/umum, area industri/konstruksi,dan lainnya kurang dari 10%. Proporsi penyebab cedera terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas 58,9%, jatuh 26,4%, benda tajam/mesin 10%, sedangkan bahan kimia dan hewan kurang dari 10%. Proporsi dampak cedera yang menimbulkan panca indera tidak berfungsi (buta, tuli, bisu, dan lain-lain) 0,5%, kehilangan sebagian anggota badan (jari/tangan/kaki putus, dan lain-lain) 0,8%, dan yang menimbulkan bekas luka permanen yang mengganggu kenyamanan 8,5%.

2. Karakteristik individu seperti kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan status ekonomi secara bermakna berhubungan dengan kejadian cedera. Proporsi kejadian cedera pada kelompok umur 15-24 tahun dan umur 25-34 tahun masing-masing 1,9 kali dan 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia 55-64 tahun, sedangkan pada kelompok umur 45-54 tahun tidak berhubungan bermakna dengan umur 55-64 tahun.

Proporsi kejadian cedera pada laki-laki 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan yang tidak kawin lebih tinggi 1,6 kali dibandingkan dengan yang kawin, yang berpendidikan rendah dan menengah lebih 1,3-1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi. Proporsi kejadian cedera pada pekerja dengan status ekonomi kategori miskin lebih tinggi dibandingkan yang kaya.

3. Proporsi faktor lokasi yaitu klasifikasi tempat tinggal dan wilayah kawasan tempat tinggal berhubungan secara bermakna dengan kejadian cedera. Proporsi kejadian

cedera di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (1,1 kali). Proporsi kejadian cedera di kawasan Timur Indonesia 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan Sumatera, dan Jawa Bali 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan Sumatera.

4. Faktor gangguan penglihataan tidak berhubungan dengan kejadian cedera. Proporsi kejadian cedera pada gangguan indera baik buta, low vision dan gangguan penglihatan tidak berbeda dengan kejadian cedera pada penglihatan normal.

5. Faktor gangguan pendengaran berhubungan bermakna dengan kejadian cedera. Proporsi kejadian cedera pada gangguan pendengaran pada kedua telinga dan salah satu telinga 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian cedera pada yang tidak ada gangguan pendengaran.

6. Faktor hipertensi, diabetes mellitus, dan status gizi berhubungan bermakna dengan kejadian cedera. Proporsi kejadian cedera pada pekerja dengan hipertensi 1,3 lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah normal. Proporsi kejadian cedera pada pekerja dengan diabetes melitus 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diabetes melitus. Proporsi status gizi kriteria kurus 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan status gizi kriteria normal. Faktor status gizi krieeria berat badan lebih tidak berbeda dibandingkan status gizi kriteria normal.

7. Determinan kejadian cedera yang paling dominan adalah faktor umur, jenis kelamin, hipertensi, kawasan tempat tinggal, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, pendidikan, diabetes mellitus, status perkawinan, faktor gizi, jenis pekerjaan, status ekonomi, dan lokasi tempat tinggal.

Faktor yang berhubungan dengan kejadian cedera berturut-turut dari yang terkuat adalah faktor umur : 15-24 tahun dengan risiko 2,17 lebih tinggi dibandingkan umur 55-64 tahun, laki-laki 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, hipertensi lebih tinggi 1,6 kali dibandingkan tidak hipertensi, tempat tinggal di Kawasan Timur Indonesia lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan daerah Sumatera, buta lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan normal, tuli 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan normal, pendidikan rendah 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan pendidikan tinggi, diabetes mellitus 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan tidak diabetes. Kejadian cedera pada pekerja dengan status perkawinan yang tidak kawin lebih tinggi (1,2 kali) dibandingkan yang kawin.

Kejadian cedera pada gizi kurang lebih tinggi (1,2 kali) dibandingkan dengan gizi normal. Kejadian cedera pada jenis pekerjaan pegawai dan buruh lebih tinggi (1,1 kali) dibandingkan petani. Kejadian cedera dengan status ekonomi miskin lebih tinggi (1,1 kali) dibandingkan yang kaya, yang tinggal di perkotaan 1,1 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian cedera pada pekerja di pedesaan.

8. Dibandingkan pada tahun 2007 dan tahun 2013, terdapat tren peningkatan kejadian cedera pada jenis pekerjaan pegawai dari 6,5% menjadi 8,4%, pada nelayan terjadi peningkatan dari 7,5 % dan 8,1%, dan pada wiraswasta dari 6,9 % menjadi 7,8%. Sedangkan kejadian cedera pada petani dan buruh cenderung tidak terdapat peningkatan.

SARAN

Upaya untuk mencegah kejadian cedera terkait kecelakaan lalulintas diperlukan khususnya bagi pekerja usia muda.

Deteksi dini dan pengobatan hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk mengurangi kejadian cedera.

Pemeriksaan rutin kesehatan indera baik penglihatan maupun pendengaran diperlukan agar apabila ada kelainan dapat dilakukan koreksi sedini mungkin untuk mencegah kejadian cedera.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Internasional Labor Organization. The prevention of occupational diseases.World day for safety and health at work. Geneva. 2013.

2. US Department of Labor, Bureau of Labor Statistics. "Census of Fatal Occupational Injuries Charts, 1992-2012 [cited at 31 March 2014] Available from Wikipedia, Occupational injury http://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_injury

3. Bureau of Labor Statistics in Occupational Health [cited at 31 March 2014] available from http://en.wikipedia.org/wiki/file:BLS_US_fatalities_by_ industry_2010_png

4. US Department of Labor, Bureau of Labor Statistics. Workplace injuries and illnesses in 2007. Washington, DC: US Department of Labor; 2008. [cited at 31 March 2014] available from About NIOSH in Occupational health

http://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_ injury

5. Buku kajian Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas. Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2014 (unpublished) 6. Siregar S. Jumlah Peserta Aktif Jamsostek 11.2 juta orang. [Disitasi November 2013].

Diunduh dari: http://www.indonesiafinancetoday.com/read/46789/Jumlah-Peserta-Aktif-Jamsostek-112-Juta-Pekerja

7. PT Jamsostek. Kecelakaan Akibat Kerja. Jakarta:PT.Jamsostek; 2012.(unpublished) 8. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Keynote Speech. Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Perdoki 2013. The Role of Occupational Medicine in the Era of Universal Coverage in Indonesia. Jakarta.2013. 9. _____________.Ditjen PPK. Pusat Data dan Informasi Tenaga Kerja (Pusdatinaker). Tipe

Kecelakaan Kerja di Indonesia menurut Provinsi Triwulan II Tahun 2011.

10. _____________.Ditjen PPK. Pusat Data dan Informasi Tenaga Kerja (Pusdatinaker). Tipe Kecelakaan Kerja di Indonesia menurut Provinsi Triwulan II Tahun 2012.

11. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Kuesioner RKD13 RT. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.

12. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Kuesioner RKD 13.IND. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.

13. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2008.

14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2014.

15. Tana L, Pradono J. Penyebab Kematian Umur Produktif dan Kesehatan Pekerja di Indonesia. Kajian Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas. Editor Tjitra E, Suwandono A. Jakarta. 2014 (belum terbit)

16. Sumakmur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV H.MasAgung; 1989.

17. Sumakmur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV H.MasAgung;1992. 18. Concha-Barrientos, M., Imel, N.D., Driscoll, T., Steenland, N.K., Punnett, L., Fingerhut,

M.A., et al (2004). Selected occupational risk factors. In M. Ezzati, A.D. Lopez, A. Rodgers & C.J.L. Murray (Eds.), Comparative Quantification of Health Risks. Geneva: World Health Organization in Occupational safety and health from Wikipedia, the free encyclopedia [cited 31 March 2014]. availabe at

http://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_safety_and_health#Workplace_hazards

19. International Labor Organization. Hazardous Work in Occupational safety and health from Wikipedia, the free encyclopedia [cited 31 March 2014]. availabe at

http://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_safety_and_health#Workplace_hazards

20. NIOSH Workplace Safety and Health Topic. National Institute for Occupational Safety and Health. Fall Injuries Prevention in the Workplace. Organization in Occupational safety and health from Wikipedia, the free encyclopedia [cited 31 March 2014]. availabe at http://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_safety_and_health#Workplace_hazards

21. NIOSH Workplace Safety and Health Topics. National Institute of Occupational Safety and Health. "Machine Safety" in Occupational safety and health from Wikipedia, the free

encyclopedia [cited 31 March 2014]. availabe at

http://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_safety_and_health#Workplace_hazards

22. Occupational safety and health from Wikipedia, the free encyclopedia [cited 31 March 2014]. availabe at

http://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_safety_and_health#Workplace_hazards . 23. Pedoman Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Riset Kesehatan dasar 2013. Pedoman Pengisian Kuesioner. 2013.

24. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan dasar 2007. Pedoman Pengisian Kuesioner. 2007.

25. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Bidang ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian. Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI; 2012.

26. (Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI 2007. Strategi Nasional Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI; 2007)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dr. Siswanto, MHP selaku Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Litbangkes Kemenkes RI, kepada Ir. Basuki Budiman, M.ScPH selaku Ketua Panitia Pembina Ilmiah Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Litbangkes Kemenkes RI yang telah membimbing penelitian ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan pula kepada Prof. Dr. Emiliana Tjitra selaku narasumber pada penelitian ini, atas masukan dan saran yang sangat bermanfaat bagi penelitian ini.

ABSTRAK

Determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia Riskesdas 2013

Lusianawaty Tana, Delima

Pusat Penelitian Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI

Latar belakang. International Labor Organization (ILO) tahun 2008 memperkirakan 14%

dari 2,34 juta orang yang meninggal dunia adalah akibat kecelakaan akibat kerja. Pada

banyak negara, data terkait kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan pada pekerja

masih terbatas dan hanya fokus pada pekerja sektor formal.

Penelitian bertujuan menentukan determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di

Indonesia.

Metode. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2013, dengan kriteria inklusi dan eksklusi; pekerja and usia 15-64 tahun. Analisis data

dilakukan secara bivariat dan multivariate, tingkat kemaknaan 0,05 dan confidence interval

95%. .

Hasil. Pekerja yang memenuhi kriteria 405.984 orang. Proporsi cedera pada pekerja usia

produktif di Indonesia 8,1%. Determinan kejadian cedera adalah faktor umur, diikuti jenis

kelamin, hipertensi, kawasan tempat tinggal, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,

pendidikan, diabetes mellitus. Kejadian cedera pada pekerja umur 15-24 tahun lebih tinggi

2,17 kali dibandingkan umur 55-64 tahun, laki-laki 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan

perempuan, pekerja dengan hipertensi 1,6 kali dibandingkan yang tidak hipertensi, yang

tempat tinggal di Kawasan Timur Indonesia lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan kawasan

Sumatera, pekerja dengan gangguan mata (buta) lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan normal,

pekerja dengan gangguan pendengaran tuli 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan normal, yang

berpendidikan rendah 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan yang berpendidikan tinggi, yang

diabetes mellitus 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan tidak diabetes.

Kesimpulan. Determinan utama kejadian cedera pada pekerja usia produktif adalah umur

diikuti jenis kelamin, hipertensi, gangguan indera, tingkat pendidikan, dan diabetes mellitus.

Upaya untuk mencegah kejadian cedera terkait kecelakaan lalulintas diperlukan khususnya

bagi pekerja usia muda.

ABSTRACT

Determinants of the injury in productive age workers in Indonesia, Riskesdas 2013

Lusianawaty Tana*, Delima*

*Center for Applied Technology of Health and Clinical Epidemiology

National Institute of Health Research and Development

Background. International Labor Organization in 2008 estimated that 14 % of the 2.34

million people died as a result of work-related accidents. In many countries, work -related

accidents data are still limited and only focus on the formal sector workers. The research

purposes was to identify the determinant of the injury in Indonesia productive age workers.

Methods. This study was a further analysis of community-based survey data collected by

National Health Research (Riskesdas) in 2013, with the inclusion and exclusion criteria:

workers, 15-64 years old, complete and not extreme data. The data were analyzed by

bivariate and multivariate logistic regression, with significance level 0.05 and 95%

confidence intervals.

Results. The workers who met the study criterias were 405 984 persons. The proportion of

injury in Indonesia productive age workers in was 8.1%. The determinant of injury was age,

followed by gender, hypertension, location area, visual impairment, hearing impairment,

education, and diabetes mellitus

The injury of the 15-24 years old group workers 2.17 times higher than 55-64 years old

group, males was 1.8 times higher than women, and workers with hypertension 1.6 times

than normotension. The workers who stayed in Eastern Indonesia region was injured 1.5

times higher than in Sumatra region, the blind workers was injured 1.5 times higher than

normal, and the deaf workers was injured 1.5 times higher than normal hearing, workers with

junior high school and less was injured 1,4 times higher than University, and workers with

diabetes mellitus was injured 1.4 times higher than not diabetes mellitus.

Conclusion . The main determinant of injury in productive age workers was age, followed by

gender, hypertension, visual and hearing impairment, education, and diabetes mellitus.

Suggestions. Efforts to prevent injury was required, especially for young workers.

Latar belakang

International Labor Organization (ILO) tahun 2008 memperkirakan sebanyak 2,34

juta orang meninggal dunia karena penyakit dan kecelakaan yang berhubungan dengan

pekerjaan, yang disebabkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan 86% dan

kecelakaan akibat kerja 14%.

1

Di Amerika Serikat dilaporkan pada tahun 2012 terjadi 4383 kematian pekerja akibat cedera

pada pekerjaan dimana sebagian besar adalah laki-laki (92%).

2

Pada tahun 2010 dilaporkan

angka cedera fatal akibat pekerjaan per 100.000 pekerja tetap di sektor industri di bidang

pertanian, kehutanan, perikanan dan perburuan 27,9, bidang transportasi dan gedung

pemeliharaan 13,7, dan di bidang konstruksi 9,8.

3

Untuk cedera yang tidak fatal, diperkirakan pada tahun 2007 terdapat 4 juta pekerja di

Amerika Serikat yang menderita cedera yang tidak fatal atau penyakit yang berhubungan

dengan pekerjaan.

4

Pada banyak negara, data terkait penyakit dan kecelakaan yang berhubungan dengan

pekerjaan masih terbatas, yaitu hanya fokus pada pekerja sektor formal dan pada kecelakaan

yang dilaporkan, diobati, dan diberi ganti rugi. Sistim keamanan sosial termasuk ganti rugi

kecelakaan karena pekerjaan telah dimilliki oleh banyak negara, namun lemahnya sistim

pencatatan dan pelaporan menyebabkan data kecelakaan kerja masih terbatas.

1

Di Indonesia data kecelakaan akibat kerja terbatas pada laporan PT Jamsostek dan

penelitian sporadis yang dilakukan oleh universitas.

5

Namun pekerja yang menjadi peserta

PT Jamsostek hanya sekitar 11% dari jumlah pekerja (11,1 juta dari 100 juta pekerja pada

akhir semester satu tahun 2012.

6

Kasus kecelakaan kerja dalam 5 tahun terakhir hanya

berkisar 100.000 orang per tahun.

7

Sebagai pembanding, di Korea dilaporkan sebanyak

600.000 kasus kecelakaan kerja dari 18 juta penduduk. Jadi bila dibandingkan negara industri

maju maka angka kecelakaan kerja di Indonesia relatif rendah. Hal ini menunjukkan

kemungkinan masih banyak kasus kecelakaan kerja yang belum dilaporkan di Indonesia.

8

Dari data PT Jamsostek pada tahun 2008-2012, dilaporkan kecelakaan kerja

74%−78% (tiga kali) lebih tinggi pada pekerja laki-laki dibandingkan perempuan, dan

sebagian besar terjadi di tempat kerja. Separuh dari kecelakaan akibat kerja yang terjadi di

luar tempat kerja adalah akibat kecelakaan lalu lintas.

7

Pusdatinaker melaporkan di antara 10 penyebab kecelakaan kerja terbanyak, kecelakaan

akibat mesin adalah paling tinggi pada tahun 2011 dan 2012 (28,3% dan 30,3%).

9,10

Riskesdas 2013 merupakan riset berbasis masyarakat, yang mengumpulkan data

terkait cedera lebih rinci dibandingkan tahun 2007.Data cedera diperlukan untuk melengkapi

data pekerja informal yang belum terlaporkan oleh PT Jamsostek dan Puskesmas di

Indonesia. Prevalensi cedera nasional tahun 2013 dilaporkan sebesar 8% pada

petani/nelayan/buruh dan 8,4% pada pegawai. Penyebab cedera utama adalah transportasi

motor 40,6%. Kejadian cedera dilaporkan terbanyak terjadi di jalan raya 42,8%, sedangkan

di area industri 1,8% dan di area pertanian 6,9%.

11-15

Data terkait determinan utama yang berhubungan dengan kejadian cedera pada

pekerja usia produktif di Indonesia belum tersedia, sehingga perlu dilakukan analisis lanjut

data Riskesdas 2013. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan analisis lanjut

berjudul Determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia, bertujuan

menentukan determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia. Hasil

analisis lanjut diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan mengenai determinan

kejadian cedera pada pekerja di Indonesia.

Metode

Disain penelitian adalah potong lintang, menggunakan sumber data nasional

Riskesdas 2013, yang dikumpulkan berdasarkan wawancara dan pengukuran. Kriteria

penelitian adalah pekerja, berumur 15-64 tahun, data tidak lengkap atau ekstrim. Instrumen

penelitian adalah Kuesioner Riskesdas 2013 terdiri dari Kuesioner rumah tangga RKD13.RT

dan Kuesioner individu RKD13.IND.

11

Kuesioner RKD13.RT untuk data karakteristik

individu: jenis pekerjaan utama, kawasan, klasifikasi tempat tinggal. Kuesioner RKD13.IND

untuk data cedera, status gizi, pendengaran, penglihatan, hipertensi dan diabetes mellitus.

Sebagai variabel terikat adalah kejadian cedera yaitu apabila pernah mengalami peristiwa

(seperti kecelakaan, kekerasan, jatuh) yang mengakibatkan cedera sehingga kegiatan

sehari-hari terganggu dalam 12 bulan terakhir. Pendidikan didefinisikan sebagai status pendidikan

yang ditamatkan dibedakan pendidikan rendah (SLTP ke bawah), menengah (SMA), dan

tinggi (D3/universitas). Pekerjaan utama adalah jenis pekerjaan yang menggunakan waktu

terbanyak atau pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar. Kuintil index kepemilikan

dibedakan kriteria miskin (kuintil 1-kuintil 3) dan kaya (kuintil 3-4). Status gizi (indeks

massa tubuh) diperoleh dari pengukuran, dibedakan kurus < 18,5, normal≥ 18,5-<24,9, berat

badan lebih≥25-<27, dan obese ≥27. Gangguan indera penglihatan diperoleh dari

pengukuran tajam penglihatan dibedakan menjadi normal, gangguan visus ringan, low vision,

dan kebutaan. Gangguan pendengaran diperoleh dari wawancara yaitu adanya gangguan

pendengaran yang dirasakan (persepsi), dibedakan menjadi normal, dan tidak baik pada salah satu

telinga, tidak baik pada kedua telinga. Hipertensi diperoleh berdasarkan wawancara yaitu pernah

didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/

perawat/ bidan). Diabetes mellitus diperoleh dari wawancara apabila pernah didiagnosis menderita

diabetes mellitus.

16-17

Analisis data dilakukan menggunakan kompleks sampel dengan program SPSS, secara

univariat, bivariat, dan multivariat. Tingkat kemaknaan ditentukan sebesar ≤ 0,05 dan

confidence interval sebesar 95%.

Hasil

Jumlah pekerja usia produktif yang memenuhi kriteria 405.984 orang.

1.Proporsi responden berdasarkan karakteristik individu dan lokasi tempat tinggal

Tabel 1 menyajikan proporsi pekerja berdasarkan karakteristik individu meliputi umur,

jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, kuintil indeks kepemilikan, dan tempat tinggal.

Tabel 1 Proporsi Pekerja Usia Produktif berdasarkan Karakteristik Individu,

Riskesdas 2013

Karakteristik Persentase

(%)

Standard

error(%) 95% CI

lower upper

Kelompok umur (tahun)

• 15-24 14,0 0,1 13,7 14,2

• 25-34 28,5 0,1 28,2 28,7

• 35-44 26,9 0,1 26,6 27,1

• 45-54 20,3 0,1 20,1 20,5

• 55-64 10,4 0,1 10,2 10,5

Jenis kelamin

• Laki-laki 65,8 0,1 65,6 66,0

• Perempuan 34,2 0,1 34,0 34,4

Status perkawinan

• Kawin 77,0 0,1 76,7 77,3

• Tidak kawin 23,0 0,1 22,7 23,3

Pendidikan

• Rendah 46,0 0,2 45,5 46,5

• Menengah 45,1 0,2 44,7 45,5

• Tinggi 8,9 0,1 8,6 9,2

Kuintil indeks kepemilikan

• Miskin 55,6 0,3 55,0 56,2

• Kaya 44,4 0,3 43,8 45,0

Pekerjaan utama

• Petani 28,0 0,2 27,6 28,5

• Nelayan 1,5 0,1 1,3 1,6

• Buruh 18,3 0,2 17,9 18,7

• Pegawai 23,0 0,2 22,6 23,4

• Wiraswasta 22,9 0,2 22,6 22,3

• Lainnya 6,3 0,1 6,1 6,5

Lokasi

• Perkotaan 49,4 0,2 49,0 49,8

• Pedesaan 50,6 0,2 50,2 51,0

Kawasan

• Sumatera 21,0 0,1 20,7 21,2

• Jawa-Bali 60,6 0,2 60,2 60,9

• Kawasan Timur

Indonesia 18,5 0,1 18,2 18,7

Proporsi pekerja tertinggi berusia antara 25-44 tahun, laki-laki hampir 2 kali lebih banyak

dari perempuan, sebagian besar berstatus menikah, hampir semua berpendidikan menengah

ke bawah, dan dengan kuintil indeks kepemilikan kriteria miskin lebih banyak dibandingkan

kriteria kaya. Jenis pekerjaan utama terbanyak adalah petani, diikuti pegawai, wiraswasta,

buruh, dan lainnya, sedangkan yang paling sedikit adalah nelayan (1,5%). Proporsi pekerja

yang bertempat tinggal di perkotaan dan perdesaan hampir sama banyak, dan terbanyak

tinggal di Kawasan Jawa-Bali (2/3).

2. Proporsi pekerja usia produktif berdasarkan kondisi kesehatan dan cedera

Proporsi Pekerja berdasarkan gangguan indera: mata dan telinga, gangguan kesehatan:

hipertensi dan diabetes melitus, dan status gizi disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Proporsi Pekerja berdasarkan Kejadian Cedera, Gangguan Indera,

Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Status Gizi di Indonesia, Riskesdas 2013

Karakteristik Persentase

(%)

Standard

error(%) 95% CI

lower upper

Kejadian cedera

• Cedera 8,1 0,1 8,0 8,3

• Tidak Cedera 91,9 0,1 91,7 92,0

Gangguan penglihatan

• Normal 80,5 0,2 80,2 80,8

• Gangguan

penglihatan 18,8 0,2 18,5 19,1

• Low vision 0,6 0,0 0,5 0,6

• Buta bilateral 0,2 0,0 0,1 0,2

Gangguan pendengaran

• Normal 96,4 0,1 96,3 96,5

• Ya, satu telinga 1,6 0,0 1,6 1,7

• Ya, kedua telinga 0,4 0,0 0,4 0,5

• Ya, gangguan

pendengaran hilang

timbul

1,5 0,0 1,4 1,6

Hipertensi

• Hipertensi 6,9 0,1 6,8 7,1

• Normal 93,1 0,1 92,9 93,2

Diabetes mellitus

• Diabetes mellitus 1,3 0,0 1,2 1,4

• Normal 98,7 0,0 98,6 98,8

Status gizi

• Normal 65,9 0,1 65,6 66,2

• Kurang 9,6 0,1 9,4 9,7

• Berat Badan Lebih 11,5 0,1 11,4 11,7

• Obese 13,0 0,1 12,8 13,2

Proporsi pekerja yang pernah mengalami cedera 1 tahun terakhir sebesar 8,1% sedangkan

yang tidak mengalami cedera 91,9%. Gangguan indera penglihatan mencapai 19,5% (buta

bilateral sebesar 0,2%), dan dengan gangguan indera pendengaran 3,7%. Hipertensi

mencapai 6,9%, diabetes mellitus 1,3%, sedangkan yang dengan status gizi kurus 9,6%, berat

badan lebih dan obese 11,5% dan 13%.

3. Hubungan bivariat antara beberapa variabel dengan kejadian cedera

Hubungan bivariat antara karakteristik, jenis pekerjaan, lokasi tempat tinggal, dengan

kejadian cedera disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Hubungan bivariat antara Karakteristik Individu, Pekerjaan, Tempat Tinggal

dengan Kejadian Cedera pada Pekerja Usia Produktif di Indonesia, Riskesdas 2013

Karakteristik responden Cedera (%) OR 95%CI p

Ya Tidak lower upper

Kelompok umur (tahun)

• 15-24 12,1 87,9 1,90 1,77 2,04 0,000

• 25-34 8,4 91,6 1,26 1,18 1,34

• 35-44 7,3 92,7 1,09 1,02 1,16

• 45-54 6,7 93,3 1,00 0,93 1,06

• 55-64 6,8 93,2

Jenis kelamin

• Laki-laki 9,4 90,6 1,74 1,67 1,82 0,000

• Perempuan 5,6 94,4

Status perkawinan

• Kawin 7,4 92,6

• Tidak Kawin 11,1 88,9 1,56 1,49 1,63 0,000

Pendidikan

• Rendah 8,0 92,0 1,29 1,20 1,39

• Menengah 8,6 91,4 1,39 1,29 1,50 0,000

• Tinggi 6,3 93,7

Kuintil indeks kepemilikan

• Miskin 8,5 91,5 1,11 1,06 1,16 0,000

• Kaya 7,7 92,3

Pekerjaan utama

• Pegawai 8,4 91,6 1,18 1,11 1,26 0,000

• Petani 7,2 92,8

• Nelayan 8,1 91,9 1,14 0,99 1,30

Dokumen terkait