• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR ANALISIS LANJUT RISET KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014 JUDUL ANALISIS LANJUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR ANALISIS LANJUT RISET KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014 JUDUL ANALISIS LANJUT"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR ANALISIS LANJUT

RISET KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014

JUDUL ANALISIS LANJUT

DETERMINAN KEJADIAN CEDERA PADA PEKERJA

USIA PRODUKTIF DI INDONESIA

RISET KESEHATAN DASAR 2013

PENYUSUN:

dr.Lusianawaty Tana, MS, SpOK

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jakarta

(2)

SUSUNAN TIM PENELITI

No. Nama Keahlian/Kesarjanaan Kedudukan

dalam tim 1. dr. Lusianaw aty Tana MS,SpOK Kesehatan & keselamatan kerja Ketua

pelaksana

2. dr. Lannyw ati Ghani, Mkes Epidemiologi klinik Peneliti

3. dr.Fx Suharyanto Halim, MS, SpOk Kesehatan & keselamatan kerja Peneliti

4. dr. Delima, Mkes Epidemiologi klinik Peneliti

5. Rusdi Setiyabudi, S.Gz Gizi Pembantu

administrasi

6. Ivan Banjuradja Dokter Penganalisis

(3)
(4)

PERSETUJUAN ATASAN

Jakarta, tgl Desember 2014.

Mengetahui Menyetujui

Ketua Panitia Pembina Ilmiah Pusat Teknologi Terapan Kesehatan

dan Epidemiologi Klinik

Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan

dan Epidemiologi Klinik

(Dr. Ir. Basuki Budiman, MKes) NIP.195303011987031001

(dr. Siswanto, MHP, DTM) NIP.196005271988031001

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan rahmat dan berkat-Nya maka laporan akhir analisis lanjut Riset Kesehatan Nasional 2014 yang berjudul Determinan Kejadian Cedera pada Pekerja Usia Produktif di Indonesia Riset Kesehatan Dasar 2013 telah dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk melaporkan hasil analisis lanjut tersebut di atas, dengan tujuan umum menentukan determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat dipakai untuk meningkatkan pengetahuan mengenai determinan kejadian cedera pada pekerja di Indonesia, khususnya faktor yang paling berperan terhadap kejadian cedera.

Penyusun laporan menyadari terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam laporan ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf untuk segala kekurangan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca tentang pentingnya pengetahuan mengenai determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia sehingga dapat dijadikan masukan dalam merencanakan dan melakukan upaya promotif, preventif, dan pengawasan di tempat kerja baik formal maupun informal.

Pada akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan analisis lanjut ini dari pembuatan protokol, penyediaan data, pengolahan data, penafsiran dan penyajiannya dalam bentuk laporan.

(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada banyak negara, data terkait penyakit dan kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan masih terbatas, yaitu hanya fokus pada pekerja sektor formal dan kecelakaan yang dilaporkan, diobati, dan diberi ganti rugi. Di Indonesia data kecelakaan kerja yang dilaporkan oleh PT Jamsostek relatif sedikit dibandingkan negara maju dan hanya terbatas pada kasus kecelakaan kerja pesertanya yang bekerja di sektor formal (11% dari jumlah pekerja). Data nasional kecelakaan kerja masih belum tersedia. Riskesdas 2013 mengumpulkan data cedera yang lebih rinci dibandingkan Riskesdas 2007, yaitu informasi tentang lokasi tempat kejadian cedera, yang diperlukan untuk memberi gambaran dan melengkapi data pekerja informal yang belum terlaporkan oleh PT Jamsostek dan Puskesmas di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut dilakukan analisis lanjut data Riskesdas 2013 dan Riskesdas 2007. Data Riskesdas 2013 digunakan untuk mendapatkan determinan cedera pada pekerja usia produktif. Faktor yang dianalisis meliputi karakteristik individu, status gizi, lokasi tempat tinggal, gangguan indera, hipertensi dan diabetes mellitus. Selain itu juga dianalisis dampak cedera. Data Riskesdas 2007 digunakan untuk mendapatkan tren cedera pada pekerja usia produktif tahun 2007 dan 2013. Kriteria sampel Riskesdas yang dianalisis adalah yang berusia 15-64 tahun, laki-laki dan perempuan, dengan data lengkap dan tidak ekstrim. Data dianalisis secara bivariat dan multivariat dengan logistik regresi, tingkat kemaknaan 0,05 dan confidence interval 95%. Hasil analisis untuk memberi masukan mengenai determinan kejadian cedera di Indonesia guna dijadikan dasar perencanaan kebijakan kesehatan bagi program pemerintah dalam rangka melakukan upaya promotif dan preventif serta pengawasan tempat kerja baik formal maupun informal.

Proporsi kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia 8,1%, sebagian kecil (0,2%) dengan kriteria sangat parah yaitu memerlukan rawat inap lebih dari 2 bulan. Bagian tubuh yang cedera terbanyak adalah anggota gerak bawah 64,4% diikuti anggota gerak atas 40,2%, dan kepala 12,8%. Jenis cedera terbanyak adalah luka lecet/lebam/memar 68,3%, terkilir/teregang 30,7%, luka iris/robek 27,3%, sedangkan yang mengalami patah tulang, cedera mata, gegar otak, anggota tubuh terputus kurang dari 1%. Tempat terjadinya cedera terbanyak adalah di jalan raya 55,6%, di rumah 19,5%, di pertanian 11,7%, sedangkan yang terjadi di area bisnis/umum, area industri/konstruksi,dan lainnya kurang dari 10%. Penyebab cedera terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas 58,9%, jatuh 26,4%, benda tajam/mesin 10%, sedangkan bahan kimia dan hewan kurang dari 10%. Proporsi dampak cedera yang menimbulkan panca indera tidak berfungsi (buta, tuli, bisu, dan lain-lain) 0,5%, kehilangan sebagian anggota badan (jari/tangan/kaki putus, dan lain-lain) 0,8%, dan yang menimbulkan bekas luka permanen yang mengganggu kenyamanan 8,5%.

Determinan kejadian cedera yang paling dominan adalah faktor umur, jenis kelamin, hipertensi, kawasan tempat tinggal, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, pendidikan, diabetes mellitus, status perkawinan, faktor gizi, jenis pekerjaan, status ekonomi, dan lokasi tempat tinggal.

Faktor yang berhubungan dengan kejadian cedera berturut-turut dari yang terkuat adalah faktor umur : 15-24 tahun dengan risiko 2,17 lebih tinggi dibandingkan umur 55-64 tahun, laki-laki 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, hipertensi lebih tinggi 1,6 kali

(7)

dibandingkan tidak hipertensi, tempat tinggal di Kawasan Timur Indonesia lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan daerah Sumatera, buta lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan normal, tuli 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan normal, pendidikan rendah 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan pendidikan tinggi, diabetes mellitus 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan tidak diabetes. Kejadian cedera pada pekerja dengan status perkawinan yang tidak kawin lebih tinggi (1,2 kali) dibandingkan yang kawin. Kejadian cedera pada gizi kurang lebih tinggi (1,2 kali) dibandingkan dengan gizi normal. Kejadian cedera pada jenis pekerjaan pegawai dan buruh lebih tinggi (1,1 kali) dibandingkan petani. Kejadian cedera dengan status ekonomi miskin lebih tinggi (1,1 kali) dibandingkan yang kaya, yang tinggal di perkotaan 1,1 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian cedera pada pekerja di pedesaan.

Dibandingkan pada tahun 2007 dan tahun 2013, terdapat tren peningkatan kejadian cedera pada jenis pekerjaan pegawai dari 6,5% menjadi 8,4%, pada nelayan terjadi peningkatan dari 7,5 % dan 8,1%, dan pada wiraswasta dari 6,9 % menjadi 7,8%. Sedangkan kejadian cedera pada petani dan buruh cenderung tidak terdapat peningkatan.

Upaya untuk mencegah kejadian cedera terkait kecelakaan lalulintas diperlukan khususnya bagi pekerja usia muda. Deteksi dini dan pengobatan hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk mengurangi kejadian cedera.

Pemeriksaan rutin kesehatan indera baik penglihatan maupun pendengaran diperlukan agar apabila ada kelainan dapat dilakukan koreksi sedini mungkin untuk mencegah kejadian cedera.

(8)

ABSTRAK

Determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia Riskesdas 2013 Lusianawaty Tana

Pusat Penelitian Tek nologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI

Latar be lakang. International Labor Organization (ILO) tahun 2008 memperkirakan 14%

dari 2,34 juta orang yang meninggal dunia adalah akibat kecelakaan akibat kerja. Pada banyak negara, khususnya data terkait kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan masih terbatas dan hanya fokus pada pekerja sektor formal.

Tujuan Penelitian. Menentukan determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia.

Me tode . Penelitian ini merupakan analisis lanjut data survei berbasis masyarakat yang

dikumpulkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, dengan kriteria inklusi dan eksklusi; pekerja, usia 15-64 tahun, dengan data lengkap dan tidak ekstrim. Data dianalisis secara bivariat dan multivariat dengan logistik regresi, tingkat kemaknaan 0,05 dan

confidence interval 95%.

Hasil. Jumlah pekerja yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 405.984 orang. Proporsi

kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia 8,1%. Determinan kejadian cedera yang paling dominan adalah faktor umur, diikuti jenis kelamin, hipertensi, kawasan tempat tinggal, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, pendidikan, diabetes mellitus, status perkawinan, faktor gizi, jenis pekerjaan, status ekonomi, dan lokasi tempat tinggal. Kejadian cedera pada pekerja umur 15-24 tahun berisiko 2,17 kali dibandingkan umur 55-64 tahun, laki-laki 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, hipertensi 1,6 kali dibandingkan tidak hipertensi, tempat tinggal di Kawasan Timur Indonesia lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan daerah Sumatera, gangguan mata buta lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan normal, gangguan pendengaran tuli 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan normal.

Ke simpulan. Determinan utama kejadian cedera pada pekerja usia produktif adalah faktor

umur diikuti jenis kelamin, hipertensi, dan gangguan indera.

Saran. Upaya untuk mencegah kejadian cedera terkait kecelakaan lalulintas diperlukan

khususnya bagi pekerja usia muda. Deteksi dini dan pengobatan/koreksi untuk hipertensi, gangguan indera, dan diabetes melitus diperlukan untuk mengurangi kejadian cedera.

(9)

DAFTAR ISI

SUSUNAN TIM PENELITI ... ii

PERSETUJUAN ETIK ... iii

PERSETUJUAN ATASAN ... iii

KATA PENGANTAR ...v RINGKASAN EKSEKUTIF ... vi ABSTRAK ... viii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xi GAMBAR/GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1 LATAR BELAKANG ...1 1.2 Tujuan analisis ...3 1.2.1 Tujuan umum ...3 1.2.2 Tujuan khusus ...3 1.2.3 Manfaat analisis ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1 Kerangka teori ...5

BAB III METODE ANALISIS ...9

3.1 Kerangka konsep ...9

3.2 Variabel ... 11

3.3 Populasi dan Sampel ... 13

3.4 Instrumen pengumpul data ... 13

3.5 Pengolahan dan teknik analisis yang digunakan ... 13

BAB IV HASIL... 17

4.1 Sebaran responden ... 17

(10)

4.1.2 Proporsi pekerja usia produktif berdasarkan jenis pekerjaan utama, lokasi dan kawasan

tempat tinggal ... 18

4.1.3 Proporsi pekerja usia produktif berdasarkan kondisi kesehatan dan cedera ... 19

4.1.4 Proporsi pekerja berdasarkan kejadian cedera ... 21

4.1.5 Proporsi kejadian cedera berdasarkan penyebab dan area/lokasi terjadinya cedera ... ... 21

4.2 Hubungan bivariat antara be be rapa variabe l de ngan ke jadian ce de ra ... 23

4.2.1 Hubungan bivariat antara karakteristik, jenis pekerjaan, lokasi tempat tinggal,... 23

4.3 Hubungan Multivariat antara Bebe rapa Variabe l dengan Ke jadian Ce dera... 29

4.4 Gambaran dampak ce de ra ... 31

4.4.1 Proporsi Kekerapan, Tingkat Keparahan, dan Jenis Cedera berdasarkan jenis pekerjaan. ... 31

4.4.2 Proporsi Pekerja berdasarkan tempat terjadinya cedera dan jenis pekerjaan ... 32

4.5 Tren Kejadian Cedera Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 34

BAB V PEMBAHASAN ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 42

UCAPAN TERIMA KASIH ... 44

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Proporsi Pekerja Usia Produktif berdasarkan Karakteristik Individu, Riskesdas 2013 ... 18 Tabel 4.2 Proporsi Pekerja Usia Produktif berdasarkan jenis Pekerjaan, Lokasi dan Kawasan Tempat Tinggal, Riskesdas 2013 ... 19 Tabel 4.3 Proporsi Pekerja berdasarkan Gangguan Penglihatan dan Pendengaran, Hipertensi dan Diabetes Mellitus, dan Status Gizi di Indonesia, Riskesdas 2013... 20 Tabel 4.4 Proporsi Pekerja Usia Produktif berdasarkan Kejadian Cedera di Indonesia

Riskesdas 2013 ... 21 Tabel 4.5 Proporsi Pekerja berdasarkan Penyebab Cedera dan Area Cedera di Indonesia,

Riskesdas 2013 ... 21 Tabel 4.6 Hubungan antara Karakteristik Individu dan Kejadian Cedera pada Pekerja Usia

Produktif di Indonesia, Riskesdas 2013 ... 23 Tabel 4.7 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dan Lokasi Tempat Tinggal dan Kejadian Cedera

di Indonesia, Riskesdas 2013 ... 24 Tabel 4.8 Proporsi Pekerja berdasarkan Lokasi Kejadian Cedera dan Jenis Pekerjaan

Indonesia, Riskesdas 2013 ... 25 Tabel 4.9 Proporsi Pekerja berdasarkan Penyebab Cedera dan Jenis Pekerjaan di Indonesia,

Riskesdas 2013 ... 26 Tabel 4.10 Hubungan antara Gangguan Indera dan Kejadian Cedera pada Pekerja Usia

Produktif di Indonesia, Riskesdas 2013 ... 27 Tabel 4.11 Hubungan antara Hipertensi, Diabetes Mellitus, Status Gizi dengan Kejadian

Cedera pada Pekerja Usia Produktif di Indonesia, Riskesdas 2013 ... 28 Tabel 4.12 Hubungan Multivariat antara Beberapa Variabel dengan Kejadian Cedera pada

Pekerja Usia Produktif di Indonesia, Riskesdas 2013 ... 29 Tabel 4.13 Proporsi Kekerapan Kejadian Cedera dan Mencari Pengobatan berdasarkan Jenis Pekerjaan di Indonesia, Riskesdas 2013 ... 31 Tabel 4.14 Proporsi Jenis Luka dan Lokasi Tubuh yang Cedera berdasarkan Jenis Pekerjaan

(12)

Tabel 4.15 Proporsi Pekerja berdasarkan Tempat Terjadi Cedera dan Jenis Pekerjaan di Indonesia, Riskesdas 2013 ... 32 Tabel 4.16 Proporsi Pekerja berdasarkan Penyebab Cedera dan Jenis Pekerjaan Di

Indonesia, Riskesdas 2013 ... 32 Tabel 4.17 Proporsi Pekerja berdasarkan Kecacadan Akibat Cedera dan Jenis Pekerjaan Di

Indonesia, Riskesdas 2013 ... 33

(13)

GAMBAR/GRAFIK

Gambar 2.1. Kerangka Teori ...5 Gambar 3. 1 Kerangka konsep ...9 Gambar 4. 1 Tren Kejadian Cedera Berdasarkan Jenis Pekerjaan, Riskesdas 2007 dan 2013 . 34

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

International Labor Organization (ILO) tahun 2008 memperkirakan sebanyak 2,34

juta orang meninggal dunia karena penyakit dan kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan, yang disebabkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan 86% dan kecelakaan akibat kerja 14%.1

Di Amerika Serikat dilaporkan pada tahun 2012 terjadi 4383 kematian pekerja akibat cedera pada pekerjaan dimana sebagian besar adalah laki-laki (92%).2 Pada tahun 2010 dilaporkan angka cedera fatal akibat pekerjaan per 100.000 pekerja tetap di sektor industri di bidang pertanian, kehutanan, perikanan dan perburuan 27,9, bidang transportasi dan gedung pemeliharaan 13,7, dan di bidang konstruksi 9,8.3

Untuk cedera yang tidak fatal, diperkirakan pada tahun 2007 terdapat 4 juta pekerja di Amerika Serikat yang menderita cedera yang tidak fatal atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.4

Pada banyak negara, data terkait penyakit dan kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan masih terbatas, yaitu hanya fokus pada pekerja sektor formal dan pada kecelakaan yang dilaporkan, diobati, dan diberi ganti rugi. Sistim keamanan sosial termasuk ganti rugi kecelakaan karena pekerjaan telah dimilliki oleh banyak negara, namun lemahnya sistim pencatatan dan pelaporan menyebabkan data kecelakaan kerja masih terbatas. 1

Di Indonesia data kecelakaan akibat kerja terbatas hanya yang dilaporkan oleh PT Jamsostek dan penelitian sporadis yang dilakukan oleh universitas.5 Sebagai gambaran pekerja yang menjadi peserta PT Jamsostek hanya 11,1 juta orang (11%) dari jumlah pekerja yang mencapai 100 juta orang pada akhir semester satu tahun 2012.6

Berdasarkan data PT Jamsostek dapat disimpulkan walaupun terdapat peningkatan kasus kecelakaan kerja pada 5 tahun terakhir, namun hanya berkisar pada angka 100.000 orang.7 Apabila dibandingkan dengan negara industri maju maka angka kecelakaan kerja di Indonesia relatif sangat rendah. Sebagai contoh di Korea dilaporkan terjadi 600.000 kasus kecelakaan

(16)

kerja dari 18 juta penduduk. Hal ini menunjukkan kemungkinan masih banyak kasus kecelakaan kerja yang belum dilaporkan di Indonesia.8

Dari data PT Jamsostek pada tahun 2008-2012, dilaporkan kecelakaan kerja 74%−78% (tiga kali) lebih tinggi pada pekerja laki-laki dibandingkan perempuan, dan sebagian besar terjadi di tempat kerja. Separuh dari kecelakaan akibat kerja yang terjadi di luar tempat kerja adalah akibat kecelakaan lalu lintas.7

Pusdatinaker melaporkan di antara 10 penyebab kecelakaan kerja terbanyak, kecelakaan akibat mesin adalah paling tinggi pada tahun 2011 dan 2012 (28,3% dan 30,3%).9,10

Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2013 merupakan riset berbasis masyarakat yang informasiya dapat mewakili tingkat kabupaten-kota dan mengumpulkan data terkait cedera. Riskesdas 2013 mengumpulkan data cedera lebih rinci dibandingkan Riskesdas 2007, yaitu selain data karakteristik individu, tempat tinggal, status gizi, juga didapatkan data gangguan indera baik penglihatan dan pendengaran. Disamping itu terdapat pula informasi tentang lokasi tempat kejadian cedera dan dampak cedera yaitu keparahan luka.11-13 Data tersebut diperlukan untuk melengkapi data pekerja informal yang belum terlaporkan oleh PT Jamsostek dan Puskesmas di Indonesia.

Prevalensi cedera nasional tahun 2013 dilaporkan sebesar 8% pada petani/nelayan/buruh dan 8,4% pada pegawai. Penyebab cedera utama adalah transportasi motor 40,6%. Kejadian cedera dilaporkan terbanyak terjadi di jalan raya 42,8%, sedangkan di area industri 1,8% dan di area pertanian 6,9%.14

Data Riskesdas 2007 menunjukkan cedera pada usia produktif paling banyak ditemukan pada buruh (9,5%) di atas proporsi cedera penduduk Indonesia (7,5%), disusul pada nelayan (7,5%), pada petani (7,3%) dan terkecil pada pegawai 6,5%.15

Cedera akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi pada pegawai (54,2%) disusul pada buruh 35,2%, cedera akibat jatuh tertinggi pada petani (46,7%) disusul buruh 39,5%, sedangkan luka akibat benda tajam/tumpul tertinggi pada petani (34,5%). 15

Pada saat ini belum tersedia data terkait determinan utama yang berhubungan dengan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia, sehingga perlu untuk menentukannya dengan melakukan kajian (analisis lanjut) dari sumber data yang menggambarkan pekerja di Indonesia yaitu dari data Riskesdas 2013.

(17)

Adanya data cedera nasional tersebut dapat mengisi keterbatasan data yang dimiliki sekarang. Walaupun ada keterbatasan data Riskesdas yaitu dalam hal kriteria pekerjaan utama belum secara terperinci berdasarkan pekerjaan misalnya buruh tidak dibedakan apakah buruh sektor formal ataukah informal dan apakah kejadian cedera terjadi pada saat berada di tempat kerja, namun data ini dapat dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan determinan yang berperan pada kejadian cedera pada pekerja.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka dilakukan analisis lanjut data Riskesdas 2013 dan Riskesdas 2007 dengan judul Determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia.

Pe rtimbangan/justifikasi fokus pe ne litian

- Data kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia masih terbatas, diperoleh dari penelitian kecil sporadis dan di tempat kerja/perusahaan tertentu, dan belum dapat mengambarkan faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian cedera secara nasional

- Data kecelakaan akibat kerja di Indonesia yang tersedia hanya dari PT Jamsostek yang hanya merupakan kasus kecelakaan kerja /cedera yang dilaporkan oleh peserta dari sebagian perusahaan sektor formal di Indonesia dengan tujuan ganti rugi

- Pelaporan kasus kecelakaan kerja belum baik karena adanya target zero accident di perusahaan sehingga tidak semua dilaporkan.

- Indonesia memerlukan data nasional terkait cedera yang dapat diperoleh dari data Riskesdas 2013 dan Riskesdas 2007, dengan keterbatasannya.

- Data tersebut diperlukan untuk melengkapi gambaran data pekerja informal yang belum terlaporkan oleh PT Jamsostek dan Puskesmas di Indonesia.

1.2 Tujuan analisis 1.2.1 Tujuan umum

Menentukan determinan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia.

(18)

a. Menilai tingkat keparahan, bagian tubuh yang terkena, jenis cedera, kecacatan karena cedera, tempat terjadi cedera, penyebab cedera terhadap kejadian cedera berdasarkan jenis pekerjaan pada pekerja usia produktif di Indonesia tahun 2013.

b. Menilai hubungan antara faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan utama, sosial ekonomi, status gizi) dengan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia tahun 2013.

c. Menilai hubungan antara faktor lokasi (klasifikasi tempat tinggal, wilayah kawasan tempat tinggal) dengan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia tahun 2013

d. Menilai hubungan antara faktor gangguan indera (gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran) dengan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia tahun 2013.

e. Menilai hubungan antara faktor hipertensi dan diabetes mellitus dengan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia tahun 2013.

f. Menilai faktor risiko yang paling berperan terhadap kejadian cedera pada pekerja di Indonesia tahun 2103.

g. Menilai tren cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia antara tahun 2007 dan tahun 2013.

1.2.3 Manfaat analisis

1. Hasil yang diperoleh dapat dipakai untuk meningkatkan pengetahuan mengenai determinan kejadian cedera pada pekerja di Indonesia, khususnya faktor yang paling berperan terhadap kejadian cedera.

2. Hasil yang diperoleh dapat dipakai sebagai masukan guna dijadikan dasar perencanaan kebijakan kesehatan bagi program pemerintah dalam rangka melakukan upaya promotif dan preventif serta pengawasan tempat kerja baik formal maupun informal 3. Hasil yang diperoleh dapat dipakai sebagai masukan dalam perencanaan Riset

Kesehatan Dasar, sehingga dapat meningkatkan hasil Riset Kesehatan Dasar di masa mendatang.

(19)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan, yaitu tidak ada unsur kesengajaan atau perencanaan. Kecelakaan dapat menimbulkan kerugian materi maupun penderitaan dari yang ringan sampai berat atau bahkan cacat dan meninggal.16

Pada saat pekerja bekerja perlu ada keseimbangan antara beban kerja, beban tambahan karena lingkungan kerja, dan kapasitas kerja. Beban kerja dapat berupa fisik, mental atau sosial. Pekerja memiliki kemampuan tersendiri sesuai dengan beban kerja yang dihadapi.17

Beban tambahan akibat lingkungan kerja merupakan beban tambahan terhadap beban kerja, dibedakan dalam faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi, mental psikologi, dan ergonomi.17 Faktor lingkungan seperti penerangan tidak memadai, kebisingan, ketidaknyamanan kerja, mesin atau peralatan yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan, alat pendung diri yang kurang memadai, jam kerja yang berlebihan, alat kerja tidak memadai, kurangnya latihan dan tidak tersedianya gizi yang memadai.16

(20)

Kapasitas kerja dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti jenis kelamin, usia, keadaan gizi, ukuran tubuh, pendidikan, pengetahuan, dan sosial ekonomi. 17 Faktor kesehatan pekerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja, seperti kelainan pada organ tubuh, saraf, psikologi dan indera. 17

Penyebab kecelakaan digolongkan ke dalam dua penyebab yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Penelitian menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Misalnya kesalahan yang dibuat oleh perencana pabrik, kontraktor yang membangun, pembuat mesin dan lainnya.16

Kecelakaan dapat terjadi di dalam tempat kerja dan di luar tempat kerja. Kecelakaan di luar tempat kerja meliputi kecelakaan lalu lintas yang terjadi saat pekerja berada di jalan raya baik pada saat berangkat kerja, saat melaksanakan tugas, atau saat pulang kerja, yang merupakan setengah dari kecelakaan di luar tempat kerja.7

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat terjadi sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau terjadi pada saat sedang melakukan pekerjaan.

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mendatangkan bahaya. Faktor bahaya (hazzard) di tempat kerja meliputi bahan kimia, bahan biologi, faktor fisik, psikis, ergonomi.16,18 Faktor fisik yang sering menimbulkan cedera di industri, yang mungkin tidak dapat dicegah seperti konstruksi dan pertambangan.19 Jatuh merupakah faktor yang umum menyebabkan cedera dan menimbulkan akibat fatal.20

Mesin yang bergerak, dengan tepi tajam, permukaan panas dan bahaya lainnya berpotensi menimbulkan luka bakar, luka lecet sampai luka robek.21 Mesin juga dapat menyebabkan cedera dan kematian padak pekerja, yaitu ketika pekerja terjatuh atau terpeleset ke obyek yang tajam atau runcing.

Kecelakaan disebabkan oleh faktor-faktor yang jamak dan terjadi pada suatu saat. Kecenderungan tertimpa kecelakaan mungkin merupakan satu dari faktor-faktor tersebut. Faktor tersebut yaitu sifat canggung, tidak waspada, kekhawatiran, kelemahan saraf, kurangnya intelegensia, kelainan-kelainan organ tubuh, indera dan lainya.16

(21)

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut ILO tahun 1962 dibedakan berdasarkan jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, sifat luka atau cedera, letak cedera. 16

International Labor Organization (ILO) tahun 2008 memperkirakan sebanyak 2,34 juta orang

meninggal dunia karena penyakit dan kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan, yang disebabkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan 86% dan kecelakaan akibat kerja 14%. Perkembangan teknologi, sosial, dan kondisi ekonomi dapat memperburuk bahaya (hazard) yang sudah ada dan menimbulkan bahaya yang baru.1

Untuk tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi di Indonesia, dilaporkan dari kasus kematian sebanyak 2.114 pertahun, kalau dihitung maka berarti rata-rata per hari ada 8 orang meninggal karena kecelakaan kerja. Apabila dibandingkan dengan negara lain misalnya Eropa, kasus kematian karena kecelakaan kerja 500 pertahun, per hari 1 orang meninggal karena kecelakaan kerja.8 Kematian dan kecacatan karena kecelakaan kerja berdampak dalam mata rantai kemiskinan baru, oleh karena ada yang menjadi miskin karena tulang punggung pencari penghasilan mengalami celaka.8

Proporsi kecelakaan kerja laki-laki (74%−78%) tiga kali lebih tinggi dibandingkan perempuan (21%−24%) pada tahun 2008-2012.7 Dengan tingginya kecelakaan yang menimpa laki-laki pekerja tergantung dari berat ringannya cedera, maka sebagai pencari nafkah, kejadian cedera mungkin akan berdampak pada ekonomi rumah tangga. Terlihat adanya peningkatan kecelakaan lalu lintas dalam 5 tahun terakhir (tahun 2008-2012) dari 10,3% menjadi 19,7%.5 Badan pusat statistik Amerika Serikat melaporkan pekerjaan yang sangat berbahaya berdasarkan data yang dikompilasi sejak tahun 2006. dimana terdapat kematian 5840 orang pada saat bekerja. Angka fatality rate pada tahun 2006 sebesar 4 dan menurun pada tahun 2011 menjadi 3,5. Angka fatality rate per 100.000 pekerja didapatkan yang tertinggi adalah nelayan (152), sedangkan pada pekerja bangunan metal (61), petani dan peternak (42,5).22

(22)

Analisis lanjut ini akan menganalisis:

- Berapa besar permasalahan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia, ditinjau dari tingkat keparahan, bagian tubuh yang terkena, jenis cedera, kecacatan, tempat terjadi cedera, dan penyebab cedera?

- Berapa besar peranan faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan utama, sosial ekonomi) terhadap kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia?

- Berapa besar peranan faktor tempat tinggal (klasifikasi tempat tinggal, wilayah kawasan tempat tinggal) dengan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia?

- Berapa besar peranan gangguan indera (gangguan penglihatan, pendengaran) terhadap kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia?

- Berapa besar peranan hipertensi dan diabetes mellitus terhadap kejadian cedera pada usia produktif di Indonesia?

- Apa faktor yang paling berperan terhadap kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia?

- Bagaimana tren cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia?

(23)

BAB III METODE ANALISIS

3.1 Kerangka konsep

*Tidak dianalisis untuk multivariate

Gambar 3. 1 Kerangka konsep

Penyebab cedera* -Benda -Bahan kimia -Hewan-Dll Variabel bebas: Karak teristik individu -Umur -Jenis kelamin -Pendidikan -Status kaw in -Jenis pek. utama -Sosial ekonomi -Status gizi Variabel terikat Cedera/tidak cedera HOST (Pek erja usia produk tif 15-64 tahun) Dampak Ce dera (variabe l Te rikat* -Kekerapan; satu kali/lebih dari 1 kali/tahun

-Tingkat keparahan:dirawat/tidak dirawat

-Bagian tubuh yang cedera: kepala,tubuh,anggota gerak -jenis cedera; ringan, sedang, berat, sangat berat

-kecacatan:indera, cacat anggota, luka permanen

-Penyebab cedera: kecelakaan bermotor, lainnya LINGKUNGAN Tempat tinggal -Provinsi/kaw asan -Klasifikasi tempat Tinggal:rural/urban -Area k ecelakaan: Jalan raya/tempat kerja/lainnya Variabel terikat Pe nyakit -Hipertensi -Diabetes mellitus Variabel terikat Gangguan indera -Penglihatan -Pendengaran

(24)

Keterangan kerangka konsep :

Dalam kerangka konsep digambarkan bahwa terdapat hubungan antara host, agen dan lingkungan. Agen dan lingkungan dapat mempengaruhi host (pekerja usia produktif) dan menimbulkan cedera. Agen yang merupakan penyebab cedera dapat berupa benda (benda tajam, tumpul, mesin, alat kerja dll), bahan cair (air panas/bahan kimia), hewan (tergigit/tersengat/diserang), alat transportasi.

Faktor karakteristik dan berbagai faktor yang berasal dari dalam diri host sendiri dapat berkontribusi terhadap terjadi kejadian cedera. Faktor karakteristik adalah faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan utama, sosioekonomi, status gizi. Gangguan indera adalah gangguan penglihatan dan pendengaran. Penyakit: tekanan darah tinggi.

Faktor lingkungan seperti klasifikasi tempat tinggal rural dan urban dapat merupakan faktor yang berperan terhadap terjadinya cedera.

Dengan mengetahui faktor yang paling berperan terhadap kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia maka diharapkan nantinya dapat dilakukan intervensi sebagai tindak pencegahan terjadinya cedera.

Analisis bivariat data Riskesdas 2013 akan dilakukan antara variabel dampak cedera yaitu tingkat keparahan, bagian tubuh yang terkena, jenis cedera, kecacatan karena cedera, tempat terjadi cedera, penyebab cedera terhadap kejadian cedera berdasarkan jenis pekerjaan pada pekerja usia produktif di Indonesia.

Analisis bivariat data Riskesdas 2013 akan dilakukan antara variabel faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan utama, sosial ekonomi, status gizi), faktor lokasi (klasifikasi tempat tinggal, wilayah kawasan tempat tinggal), faktor gangguan indera (gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran), penyakit hipertensi dan diabetes mellitus terhadap kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia.

Analisis bivariat data Riskesdas 2013 dan data Riskesdas 2007 antara kejadian cedera dan pekerja usia produktif di Indonesia.

(25)

Analisis multivariat data Riskesdas 2013 akan dilakukan antara variabel karakteristik individu, lokasi, gangguan indera, dan penyakit hipertensi dengan kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia.

3.2 Variabel

No. Nama variabel (berdasarkan instrumen kuesioner Riskesdas 2013 dan Riskesdas 2007. 23,24

Nomer variabel Jenis variabel Sumber data 1. Provinsi Blok I.1 Variabel bebas Riskesdas 2013 2. Kabupaten/kota Blok I.2 Variabel bebas Riskesdas 2013 3. Klasifikasi desa/kelurahan Blok I.5 Variabel bebas Riskesdas 2013 4. Jenis kelamin Blok IV.4 Variabel bebas Riskesdas 2013 5. Status perkawinan Blok IV.5 Variabel bebas Riskesdas 2013 6. Umur Blok IV.7 Variabel bebas Riskesdas 2013 7. Pendidikan Blok IV.8 Variabel bebas Riskesdas 2013 8. Status Pekerjaan Blok IV.9 Variabel bebas Riskesdas 2013 9. Jenis pekerjaan utama Blok IV.10 Variabel bebas Riskesdas 2013 10. Sosial ekonomi Blok IX.1-12 Variabel bebas Riskesdas 2013 11. Apakah [NAMA] pernah

didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter?

B.B12 Variabel bebas Riskesdas 2013 12. Apakah [NAMA] pernah

didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah tinggi

B. B18 Variabel bebas Riskesdas 2013 13. Cedera dalam 12 bulan terakhir,

apakah (nama) pernah mengalami peristiwa (seperti kecelakaan, kekerasan, jatuh) yang mengakibatkan cedera sehingga kegiatan sehari-hari terganggu

Blok XI. C01 Variabel terikat

Riskesdas 2013

14. Dalam 12 bulan terkahir, berapa kali (Nama) mengalami cedera

Blok XI. C02 Variabel terikat

Riskesdas 2013 15. Apakah dirawat Blok XI. C03a-c Variabel

terikat

Riskesdas 2013 16. Bagian tubuh yang terkena

cedera

Blok XI. C04a-f Variabel terikat

Riskesdas 2013 17. Jenis cedera yang dialami Blok XI. C05a-h Variabel

terikat

Riskesdas 2013 18. Cedera yang terjadi Blok XI. C06a-c Variabel Riskesdas 2013

(26)

No. Nama variabel (berdasarkan instrumen kuesioner Riskesdas 2013 dan Riskesdas 2007. 23,24

Nomer variabel Jenis variabel Sumber data mengakibatkan kecacadan fisik

yang permanen pada bagian tubuh

terikat 19. Tempat terjadinya cedera Blok XI. C07.

(1-8)

Variabel terikat

Riskesdas 2013 20. Penyebab cedera Blok XI.

C08.(1-9)

Variabel terikat

Riskesdas 2013 21. Bila kecelakaan transportasi

darat apakah pengguna sepeda motor memakai helm

Blok XI. C09

(1-7)

Variabel terikat

Riskesdas 2013 22. Penyebab cedera timbul karena

kondisi Blok XI. C10 (1-5) Variabel terikat Riskesdas 2013 23. Pemeriksaan visus (visus kanan

dan kiri)

Blok XI.L02 Variabel bebas Riskesdas 2013 24. Apakah mengalami gangguan

pendengaran

Blok XI.M02 Variabel bebas Riskesdas 2013 25. Apakah ditimbang Blok XI.K01.a Variabel bebas Riskesdas 2013 26. Berat badan (kg) Blok XI.K01.b Variabel bebas Riskesdas 2013 27. Apakah diukur Tinggi badan Blok XI.K02.a Variabel bebas Riskesdas 2013 28. Tinggi badan/panjang badan

(cm)

Blok XI.K02.b Variabel bebas Riskesdas 2013 29. Pengenalan tempat (33 Provinsi) B1r1 sd. b1r8 Variabel bebas Riskesdas 2007 30. Jenis kelamin

1.laki-laki 2.perempuan.

B4k4 Variabel bebas Riskesdas 2007 31. Umur 15+ tahun B4k5 Variabel bebas Riskesdas 2007 32. Status kawin B4k6 Variabel bebas Riskesdas 2007 33. Pendidikan B4k7 Variabel bebas Riskesdas 2007 34. Pekerjaan B4k8 Variabel bebas Riskesdas 2007 35. Pengeluaran RT Kuintil 1-5 Variabel bebas Susenas 07

36. Cedera B29-32 Variabel

terikat

(27)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi : seluruh pekerja di Indonesia.

Sampel : pekerja yang menjadi terpilih di wawancara pada Riskesdas 2013 dan Riskesdas 2007, dengan kriteria. Kriteria inklusi adalah responden dengan usia produktif 15-64 tahun, laki-laki dan perempuan. Kriteria eksklusi: Data tidak lengkap atau data ekstrim.

3.4 Instrumen pengumpul data

Kuesioner Riskesdas 2013 yaitu Kuesioner rumah tangga RKD13.RT dan kuesioner individu RKD13.IND. 11

Kuesioner Riskesdas 2007 yaitu Kuesioner rumah tangga RKD07.RT dan kuesioner individu RKD07.IND. 24

3.5 Pengolahan dan teknik analisis yang digunakan

1. Mula-mula dilakukan pemilihan variabel yang akan dianalisis sesuai dengan kerangka teori dari penelitian. Data diminta kepada managemen data Badan Litbangkes. Setiap variabel yang terpilih diperiksa, dengan jalan melakukan deskriptif analisis dengan program SPSS, untuk menilai adanya angka yang ekstrim, data tidak lengkap dan lain-lain.

2. Setelah diperoleh data yang bersih, dilakukan pengkategorian variabel menjadi 2 kategori. Analisis bivariate antara setiap variabel bebas dengan variabel terikat, dan diuji dengan uji statistik.

3. Analisis bivariat data Riskesdas 2013 akan dilakukan antara variabel dampak cedera yaitu tingkat keparahan, bagian tubuh yang terkena, jenis cedera, kecacatan karena cedera, tempat terjadi cedera, penyebab cedera terhadap kejadian cedera berdasarkan jenis pekerjaan pada pekerja usia produktif di Indonesia.

4. Analisis bivariat data Riskesdas 2013 akan dilakukan antara variabel faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan utama, sosial ekonomi, status gizi), faktor lokasi (klasifikasi tempat tinggal, wilayah

(28)

kawasan tempat tinggal), faktor gangguan indera (gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran), penyakit hipertensi terhadap kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia.

5. Analisis bivariat data Riskesdas 2013 dan data Riskesdas 2007 antara kejadian cedera dan pekerja usia produktif di Indonesia.

Uji chi square dilakukan untuk jumlah n lebih dari 5 dalam sel dummy table dan uji statistik Fisher exact untuk variabel dengan nilai kurang dari 5. Selanjutnya dilakukan pemilihan variabel yang terbukti bermakna secara statistik. Variabel lain yang tidak bermakna dipilih sesuai dengan teori.

6. Analisis multivariat dilakukan antara variabel-variabel terpilih dengan variabel terikat. Analisis multivariat data Riskesdas 2013 akan dilakukan antara variabel karakteristik individu, lokasi, gangguan indera, dan penyakit hipertensi terhadap kejadian cedera pada pekerja usia produktif di Indonesia.

7. Hasil yang didapatkan dari analisis multivariat: bermakna dan tidak bermakna. Satu persatu variabel yang tidak bermakna dikeluarkan dari analisis multi variate. Setelah itu didapatkan beberapa variabel yang berhubungan bermakna dengan variabel terikat. Diantara variabel tersebut diperoleh satu variabel yang paling berhubungan dengan variabel terikat.

8. Tingkat kemaknaan yang digunakan besarnya 0,05, dengan confidence of interval 95%.

(29)

Definisi operasional

No. Variabel Pengelompokan

1. Umur :

Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke baw ah atau umur pada w aktu ulang tahun atau ulang tahun terakhir

1.15-24 tahun 2.25-34 tahun 3.35-44 tahun 4.45-54 tahun 5.55-64 tahun

2. Jenis kelamin 1.Laki-laki 2.perempuan

3. Pendidikan:

Status pendidikan yang ditamatkan

1.SLTP kebaw ah 2.SMA

3.D3/Universitas 4. Pekerjaan utama:Jenis pekerjaan yang menggunakan

w aktu terbanyak responden atau pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar.

1.Pegaw ai: terdiri dari PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dan pegaw ai sw asta

2.Petani 3.Nelayan 4.Buruh 5.Wirasw asta 6.Lainnya 1.Pegaw ai sw asta 2.Petani 3.Nelayan 4.Buruh 5.Wirasw asta 6.Lainnya

5. Sosial ekonomi adalah merupakan kuintil index kepemilikan

1.Miskin=Kuintil 1-kuintil 3 2.Kaya=Kuintil 3-4

1.Miskin 2.Kaya

6. Status gizi adalah berat badan dalam kg dibagi tinggi badan (dalam cm) kuadrat

1.Kurus < 18,5 2.Normal≥ 18,5-<24,9 3.Berat badan lebih≥25-<27 4.Obese ≥27

1.Kurus 2.Normal 3.Berat badan lebih 4.Obese

7. Provinsi/kaw asan

Nama provinsi (33 provinsi)

1.Jaw a Bali 2.Sumatera

3.Kaw anan Timur Indonesia

8. Klasifikasi tempat tinggal 1.Rural/perkotaan

2.Urban/perdesaan 9. Tempat terjadinya cedera

1.Di jalan raya

2.Di area kerja: area bisnis/jasa/perkantoran/tempat umum, area industri dan konstruksi, area pertanian 3.Lainnya; selain di jalan raya dan area kerja.

1.Jalan raya 2.Tempat kerja 3.Lainnya

10. -Penglihatan

Tajam penglihatan 1.Normal =visus normal

2.Gangguan visus ringan=Tidak dapat melihat E kecil tapi dapat melihat E sedang

3.Low vision: Tidak dapat melihat E sedang tapi dapat melihat E besar dan

Tidak dapat melihat E besar jarak 6 m tapi dapat

1.Visus normal 2.Gangguan visus ringan 3.Low vision

(30)

No. Variabel Pengelompokan

melihat E besar jarak 3 m

4.Kebutaan :tidak dapat melihat E besar jarak 3 m 11. Pendengaran

Gangguan pendengaran subyektif yang dirasakan (persepsi) responden

1.Baik pada kedua telinga 2.Baik pada salah satu telinga 3.Tidak baik pada kedua telinga. 12. Cedera

Dalam 12 bulan terakhir pernah mengalami peristiw a (seperti kecelakaan, kekerasan, jatuh) yang

mengakibatkan cedera sehingga kegiatan sehari-hari terganggu.

1.Pernah cedera 2.Tidak pernah cedera

13. Kekerapan adalah jumlah cedera yang dialami dalam 12 bulan terakhir

1.satu kali 2.Lebih dari 1 kali 14. Tingkat keparahan:

Berat ; Apabila cedera perlu diraw at Ringan: apabila cedera tidak perlu diraw at

1.Ringan 2.Berat

15. Bagian tubuh yang cedera: Lokasi tubuh yang terkena pada saat cedera (kepala,tubuh,anggota gerak)

1.Kepala

2.Dada, Punggung, perut 3.Anggota gerak 16. Jenis cedera yang dialami

Ringan: lecet, luka iris, terkilir

Berat:Patah tulang, Anggota tubuh terputus, cedera mata, gegar otak

1.ringan 2.berat

17. Kecacatan:indera, cacat anggota, luka permanen Indera; pancaindera tidak berfungsi (buta, tuli, bisu) Cacat: Kehilangan sebagian anggota badan (jari/tangan/kaki hilang)

Luka permanen: luka yang mengganggu kenyamanan menurut persepsi responden

1.Kelainan indera 2.Cacat 3.Luka permanen

18. Penyebab cedera: 1.Kecelakaan transportasi 2.Benda tajam, tumpul, mesin 3.Terbakar/air panas/bahan kimia

4.Lainnya yaitu hew an, jatuh, keracunan, dan lain-lain.

1.Kecelakaan transportasi 2.Benda tajam, tumpul, mesin 3.Jatuh

4.Terbakar/air panas/bahan kimia 5.Lainnya

19. Hipertensi

1.Hipertensi: pernah didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/ peraw at/ bidan)?

2.Tidak hipertensi: tidak pernah pernah didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/ peraw at/ bidan)?

1.Hipertensi 2.Tidak hipertensi

20. Diabetes mellitus

1.Pernah didiagnosis menderita diabetes mellitus 2.Tidak pernah didiagnosis menderita diabetes mellitus

1.Diabetes mellitus 2.Tidak diabetes mellitus

(31)

BAB IV HASIL

Jumlah pekerja di seluruh provinsi (33) di Indonesia dari data Riskesdas 2013 sebanyak 432.102 orang. Jumlah pekerja usia produktif yang dapat dianalisis dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 405.984 orang.

4.1 Sebaran responden

Sebaran responden penelitian disajikan berdasarkan karakteristik individu, lokasi tempat tinggal, kondisi kesehatan (hipertensi dan diabetes mellitus), status gizi, gangguan indera (penglihatan dan pendengaran), dan status gizi.

4.1.1 Proporsi pekerja usia produktif berdasarkan karakteristik individu

Pada Tabel 4.1, disajikan proporsi pekerja usia produktif berdasarkan karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan status ekonomi yang digambarkan dalam kuintil indeks kepemilikan.

Proporsi pekerja usia produktif tertinggi berusia antara 25-44 tahun, laki-laki hampir 2 kali lebih banyak dari perempuan, sebagian besar dengan status perkawinan menikah, hampir semua berpendidikan menengah kebawah, dan dengan kuintil indeks kepemilikan kriteria miskin lebih banyak dibandingkan kriteria kaya.

(32)

Tabel 4.1 Proporsi Pe ke rja Usia Produktif be rdasarkan Karakte ristik Individu, Riske sdas 2013 Karakteristik Persentase (%) Standard error(%) 95% CI lower upper Kelompok umur (tahun)

• 15-24 14,0 0,1 13,7 14,2 • 25-34 28,5 0,1 28,2 28,7 • 35-44 26,9 0,1 26,6 27,1 • 45-54 20,3 0,1 20,1 20,5 • 55-64 10,4 0,1 10,2 10,5 Jenis kelamin • Laki-laki 65,8 0,1 65,6 66,0 • Perempuan 34,2 0,1 34,0 34,4 Status perkawinan • Kawin 77,0 0,1 76,7 77,3 • Tidak kawin 23,0 0,1 22,7 23,3 Pendidikan • Rendah 46,0 0,2 45,5 46,5 • Menengah 45,1 0,2 44,7 45,5 • Tinggi 8,9 0,1 8,6 9,2

Kuintil indeks kepemilikan

• Miskin 55,6 0,3 55,0 56,2

• Kaya 44,4 0,3 43,8 45,0

4.1.2 Proporsi pe ke rja usia produktif be rdasarkan je nis pe ke rjaan utama, lokasi dan kawasan te mpat tinggal

Proporsi pekerja usia produktif berdasarkan jenis pekerjaan, lokasi dan kawasan tempat tinggal disajikan dalam tabel 4.2.

(33)

Tabel 4.2 Proporsi Pe ke rja Usia Produktif be rdasarkan je nis Pe ke rjaan, Lokasi dan Kawasan Te mpat Tinggal, Riske sdas 2013

Proporsi pekerja usia produktif di Indonesia terbanyak dengan pekerjaan utama sebagai petani, diikuti pegawai, wiraswasta, buruh, dan lainnya sedangkan nelayan adalah yang paling sedikit (1,5%). Proporsi pekerja yang bertempat tinggal di perkotaan dan pedesaan hampir sama banyak, dan terbanyak tinggal di kawasan Jawa-Bali meliputi 2/3 nya.

4.1.3 Proporsi pe ke rja usia produktif be rdasarkan kondisi ke se hatan dan ce de ra

4.1.3.1 Proporsi Pekerja berdasarkan gangguan indera: mata dan telinga, gangguan kesehatan: hipertensi dan diabetes melitus, dan status gizi disajikan pada tabel 4.3.

Karakteristik Persentase (%) Standard error (%) 95% CI lower upper Pekerjaan utama • Petani 28,0 0,2 27,6 28,5 • Nelayan 1,5 0,1 1,3 1,6 • Buruh 18,3 0,2 17,9 18,7 • Pegawai 23,0 0,2 22,6 23,4 • Wiraswasta 22,9 0,2 22,6 22,3 • Lainnya 6,3 0,1 6,1 6,5 Lokasi • Perkotaan 49,4 0,2 49,0 49,8 • Pedesaan 50,6 0,2 50,2 51,0 Kawasan • Sumatera 21,0 0,1 20,7 21,2 • Jawa-Bali 60,6 0,2 60,2 60,9 • Kawasan Timur Indonesia 18,5 0,1 18,2 18,7

(34)

Tabel 4.3 Proporsi Pe kerja be rdasarkan Gangguan Pe nglihatan dan Pe ndengaran, Hipe rte nsi dan Diabe tes Mellitus, dan Status Gizi di Indone sia, Riskesdas 2013

Karakteristik Persentase (%) Standard error(%) 95% CI lower upper Gangguan indera penglihatan • Normal 80,5 0,2 80,2 80,8 • Gangguan penglihatan 18,8 0,2 18,5 19,1 • Low vision 0,6 0,0 0,5 0,6 • Buta bilateral 0,2 0,0 0,1 0,2 Gangguan indera pendengaran

• Tidak ada gangguan

pendengaran 96,4 0,1 96,3 96,5

• Ya , satu telinga 1,6 0,0 1,6 1,7 • Ya, kedua telinga 0,4 0,0 0,4 0,5 • Ya, gangguan pendengaran hilang timbul 1,5 0,0 1,4 1,6 Hipertensi • Hipertensi 6,9 0,1 6,8 7,1 • Normal 93,1 0,1 92,9 93,2 Diabetes mellitus • Diabetes mellitus 1,3 0,0 1,2 1,4 • Normal 98,7 0,0 98,6 98,8 Status gizi • Normal 65,9 0,1 65,6 66,2 • Kurang 9,6 0,1 9,4 9,7

• Berat Badan Lebih 11,5 0,1 11,4 11,7

• Obese 13,0 0,1 12,8 13,2

Proporsi pekerja usia produktif dengan gangguan indera penglihatan mencapai 19,5% (buta bilateral sebesar 0,2%), dan dengan gangguan indera pendengaran 3,7%.

Proporsi pekerja dengan hipertensi mencapai 6,9%, diabetes mellitus 1,3%, sedangkan yang dengan status gizi kurus 9,6%, berat badan lebih dan obese 11,5% dan 13%.

(35)

4.1.4 Proporsi pe ke rja be rdasarkan ke jadian ce de ra

Tabel 4.4 Proporsi Pe ke rja Usia Produktif be rdasarkan Ke jadian Ce de ra di Indone sia Riske sdas 2013 Karakteristik Persentase (%) Standard error(%) 95% CI low er upper • Cedera 8,1 0,1 8,0 8,3 • Tidak Cedera 91,9 0,1 91,7 92,0

Proporsi pekerja yang pernah mengalami cedera 1 tahun terakhir sebesar 8,1% sedangkan yang tidak mengalami cedera 91,9%.

4.1.5 Proporsi ke jadian ce de ra be rdasarkan pe nye bab dan are a/lokasi te rjadinya ce de ra

Tabel 4.5 Proporsi Pe ke rja be rdasarkan Pe nye bab Ce de ra dan Are a Ce de ra di Indone sia, Riske sdas 2013

Karakteristik Persentase (%) Standard error(%) 95% CI lower Upper Penyebab Cedera

• Kecelakaan lalu lintas 58,9 0,5 58,0 59,8 • Benda tajam/mesin 10,0 0,3 9,5 10,5 • Jatuh 26,4 0,4 25,6 27,2 • Terbakar kimia 0,7 0,1 0,6 0,8 • Lainnya 4,0 0,2 3,7 4,4 Area Cedera • Jalan raya 55,6 0,5 54,7 56,6 • Area kerja 19,4 0,4 18,7 20,1 • Lainnya 25,0 0,4 24,2 25,8

Kecelakaan lalu lintas di jalan raya merupakan penyebab yang dominan yaitu 58,9%, diikuti jatuh mencapai 26,4%, benda tajam/mesin 10%, dan karena kimia kurang dari 1%

Cedera terbanyak terjadi di jalan raya 55,6% diikuti area lainnya (di rumah, sekolah, tempat olah raga, dan lainnya) 25%, sedangkan area kerja (area industri/konstruksi, di area bisnis/umum) 19.4%.

(36)

4.1.6 Proporsi je nis ce de ra, te mpat ke jadian ce de ra

Proporsi jenis cedera terbanyak adalah luka lecet/lebam/memar 68,3%, terkilir/teregang 30,7%, luka iris/robek 27,3%, sedangkan yang mengalami patah tulang, cedera mata, gegar otak, anggota tubuh terputus kurang dari 1%. Proporsi tempat terjadinya cedera terbanyak adalah di jalan raya 55,6%, di rumah 19,5%, di pertanian 11,7%, sedangkan yang terjadi di area bisnis/umum, area industri/konstruksi,dan lainnya kurang dari 10%. Proporsi penyebab cedera terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas 58,9%, jatuh 26,4%, benda tajam/mesin 10%, sedangkan bahan kimia dan hewan kurang dari 10%. Proporsi dampak cedera yang menimbulkan panca indera tidak berfungsi (buta, tuli, bisu, dan lain-lain) 0,5%, kehilangan sebagian anggota badan (jari/tangan/kaki putus, dan lain-lain) 0,8%, dan yang menimbulkan bekas luka permanen yang mengganggu kenyamanan 8,5%.

(37)

4.2 Hubungan bivariat antara be be rapa variabe l de ngan ke jadian ce de ra

4.2.1 Hubungan bivariat antara karakte ristik, je nis pe ke rjaan, lokasi te mpat tinggal,

4.2.1.1 Hubungan bivariat antara karakteristik individu dan kejadian cedera

Tabel 4.6 Hubungan antara Karakte ristik Individu dan Ke jadian Ce de ra pada Pe ke rja Usia Produktif di Indone sia, Riske sdas 2013

Karakteristik responden Cedera (%) OR 95%CI p Ya Tidak lower upper Kelompok umur (tahun)

• 15-24 12,1 87,9 1,90 1,77 2,04 0,000 • 25-34 8,4 91,6 1,26 1,18 1,34 • 35-44 7,3 92,7 1,09 1,02 1,16 • 45-54 6,7 93,3 1,00 0,93 1,06 • 55-64 6,8 93,2 Jenis kelamin • Laki-laki 9,4 90,6 1,74 1,67 1,82 0,000 • Perempuan 5,6 94,4 Status perkawinan • Kawin 7,4 92,6 • Tidak Kawin 11,1 88,9 1,56 1,49 1,63 0,000 Pendidikan • Rendah 8,0 92,0 1,29 1,20 1,39 • Menengah 8,6 91,4 1,39 1,29 1,50 0,000 • Tinggi 6,3 93,7 Kuintil indeks kepemilikan • Miskin 8,5 91,5 1,11 1,06 1,16 0,000 • Kaya 7,7 92,3

Dibandingkan dengan pekerja usia 55-64 tahun maka pekerja yang berusia muda (15-24 tahun) yang mengalami cedera hampir 2 kali lebih tinggi, yang berusia 25-44 tahun sedikit lebih tinggi sedangkan yang berusia 45-54 tahun tidak berbeda.

Pekerja laki-laki yang mengalami cedera 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan pekerja perempuan. Pekerja dengan pendidikan menengah dan rendah masing-masing 1,4 kali dan 1,3 kali lebih banyak yang mengalami cedera dibandingkan pendidikan tinggi. Pekerja dengan status ekonomi tergolong miskin lebih tinggi yang mengalami cedera dibandingkan dengan yang kaya.

(38)

4.2.1.2 Hubungan bivariat antara jenis pekerjaan dan lokasi tempat tinggal dengan kejadian cedera

Hubungan bivariat antara jenis pekerjaan dan lokasi tempat tinggal terhadap kejadian cedera disajikan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hubungan antara Je nis Pe ke rjaan dan Lokasi Te mpat Tinggal dan Ke jadian Ce de ra di Indone sia, Riske sdas 2013

Karakteristik Cedera (%) OR 95%CI p Ya Tidak lower Upper Pekerjaan utama • Pegawai 8,4 91,6 1,18 1,11 1,26 0,000 • Petani 7,2 92,8 • Nelayan 8,1 91,9 1,14 0,99 1,30 • Buruh 9,5 90,5 1,35 1,27 1,44 • Wiraswasta 7,8 92,2 1,08 1,02 1,14 • Lainnya 8,3 91,7 1,17 1,08 1,27 Lokasi • Perdesaan 7,8 92,2 • Perkotaan 8,5 91,5 1,11 1,05 1,16 0,000 Kawasan • Sumatera 6,2 93,8 • Jawa Bali 8,4 91,6 1,40 1,32 1,49 0,000 • Kawasan Timur Indonesia 9,3 90,7 1,56 1,47 1,66

Dibandingkan dengan pekerjaan utama sebagai petani maka buruh adalah yang tertinggi mengalami cedera (lebih tinggi 1,3 kali) dan pegawai, wiraswasta, dan pekerjaan lainnya sedikit lebih tinggi, sedangkan nelayan tidak berbeda.

Pekerja yang bertempat tinggal di perkotaan lebih tinggi yang mengalami cedera dibandingkan pedesaan, sedangkan yang berada di Kawasan Indonesia Timur dan di Jawa Bali mengalami cedera 1,5 kali dan 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Kawasan Sumatera.

(39)

4.2.1.3 Hubungan bivariat antara penyebab dan lokasi cedera dengan berdasarkan jenis pekerjaan

Proporsi pekerja berdasarkan lokasi kejadian cedera dan jenis pekerjaan disajikan dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8 Proporsi Pe ke rja be rdasarkan Lokasi Ke jadian Ce de ra dan Je nis Pe ke rjaan Indone sia, Riske sdas 2013

Jenis Pekerja Lokasi Kejadian Cedera

Jalan raya Area kerja Lainnya

• Pegawai 66,4 11,6 22,0 • Petani 40,5 33,7 25,8 • Nelayan 44,1 17,6 38,3 • Buruh 53,6 22,0 24,4 • Wiraswasta 62,8 11,6 25,6 • Lainnya 59,1 10,5 30,4 • Total 55,6 19,4 25,0

Lokasi kejadian cedera terbanyak terjadi di jalan raya (55,6%) sedangkan yang terjadi di area kerja 19,4%. Dibandingkan dengan pekerjaan lain, proporsi kejadian cedera di area kerja tertinggi pada pekerjaan petani, diikuti buruh, dan nelayan sedangkan proporsi kejadian cedera di jalan raya tertinggi pada pekerjaan pegawai, diikuti wiraswasta.

Proporsi pekerja berdasarkan penyebab cedera dan jenis pekerjaan di Indonesia disajikan dalam tabel 4.9.

(40)

Tabel 4.9 Proporsi Pe ke rja be rdasarkan Pe nye bab Ce de ra dan Je nis Pe ke rjaan di Indone sia, Riske sdas 2013

Jenis Pekerjaan Penyebab Cedera Kecelakaan lalu lintas Benda tajam,dll Jatuh terbakar kimia Lainnya • Pegawai 69,7 6,8 19,8 0,7 3,0 • Petani 44,0 14,8 35,8 0,5 4,9 • Nelayan 45,5 17,5 31,1 0,2 5,7 • Buruh 57,4 10,2 26,8 0,6 5,1 • Wiraswasta 65,7 7,7 22,4 0,9 3,2 • Lainnya 61,2 8,6 25,8 0,7 3,6 • Total 58,9 10,0 26,4 0,7 4,0

Proporsi penyebab cedera terbanyak kecelakaan lalu lintas diikuti dengan jatuh. Walaupun kecil, terbakar/akibat bahan kimia merupakan penyebab 0.7% kejadian cedera.

Dibandingkan proporsi penyebab cedera akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan pekerjaan, kecelakaan lalulintas merupakan penyebab cedera tertinggi pada pegawai, wiraswasta, dan buruh. Benda tajam merupakan penyebab yang lebih tinggi pada nelayan, petani, dan buruh, sedangkan jatuh merupakan penyebab cedera yang lebih tinggi pada petani dan nelayan, namun terkena bahan kimia merupakan penyebab cedera yang lebih tinggi pada wiraswasta.

4.2.1.4 Hubungan bivariat antara gangguan indera dan kejadian cedera

(41)

Tabel 4.10 Hubungan antara Gangguan Inde ra dan Ke jadian Ce de ra pada Pe ke rja Usia Produktif di Indone sia, Riske sdas 2013

Karakteristik Cedera (%) OR 95%CI p Ya Tidak lower upper Gangguan indera penglihatan

• Normal 8,2 91,8 • Gangguan penglihatan 7,8 92,2 0,96 0,91 1,00 0,079 • Low vision 7,4 92,6 0,90 0,74 1,11 • Buta 10,4 89,6 1,31 0,91 1,89 Gangguan indera pendengaran

• Tidak ada gangguan

pendengaran 8,0 92,0

• Ya , satu telinga 10,8 89,2 1,39 1,22 1,57 0,000 • Ya, kedua telinga 11,0 89,0 1,42 1,10 1,84 • Ya, gangguan

pendengaran hilang timbul

9,8 90,2 1,24 1,10 1,40

Pekerja dengan gangguan penglihatan mengalami cedera tidak berbeda dibandingkan pekerja dengan kondisi penglihatan normal. Pekerja dengan gangguan pendengaran mengalami cedera lebih tinggi dibandingkan pekerja yang tidak ada gangguan pendengaran. Pekerja dengan gangguan pendengaran pada kedua telingga dan satu telinga masing-masing 1,4 kali dan 1,38 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak ada gangguan pendengaran.

(42)

4.2.1.5 Hubungan bivariat antara Hipertensi, Diabetes Mellitus, Status Gizi dengan Kejadian Cedera

Tabel 4.11 Hubungan antara Hipe rtensi, Diabe tes Mellitus, Status Gizi de ngan Ke jadian Ce dera pada Pe kerja Usia Produktif di Indone sia, Riskesdas 2013

Karakteristik Cedera (%) OR 95%CI p Ya Tidak lower upper

Hipertensi • Normal 8,0 92,0 • Hipertensi 9,9 90,1 1,26 1,18 1,34 0,000 Diabetes mellitus • Normal 8,1 91,9 • Diabetes mellitus 9,7 90,3 1,22 1,07 1,39 0,03 Status gizi • Normal 8,1 91,9 • Kurus 10,1 89,9 1,27 1,19 1,35 0,00 • Berat Badan Lebih 7,7 92,3 0,95 0,89 1,00 • Obese 6,9 93,1 0,84 0,79 0,90

Pekerja dengan hipertensi mengalami cedera 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan pekerja tidak hipertensi, yang diabetes melitus mengalami cedera 1,2 kali dibandingkan dengan yang tidak diabetes melitus. Pekerja dengan status gizi kurus 1,2 kali lebih tinggi mengalami cedera dibandingkan status gizi normal, sedangkan yang dengan status gizi berat badan lebih dan obese yang mengalami cedera tidak berbeda dibandingkan dengan yang normal.

(43)

4.3 Hubungan Multivariat antara Be be rapa Variabe l de ngan Ke jadian Ce de ra

Tabel 4.12 Hubungan Multivariat antara Beberapa Variabe l de ngan Ke jadian Ce dera pada Pe kerja Usia Produktif di Indonesia, Riskesdas 2013

Determinan Cedera (%) OR 95%CI P Ya Tidak lower upper Kelompok umur (tahun)

• 15-24 12,1 87,9 2,17 1,98 2,39 0,000 • 25-34 8,4 91,6 1,56 1,44 1,69 • 35-44 7,3 92,7 1,33 1,23 1,44 • 45-54 6,7 93,3 1,14 1,06 1,22 • 55-64 6,8 93,2 1 Jenis kelamin • Laki-laki 9,4 90,6 1,80 1,73 1,89 0,000 • Perempuan 5,6 94,4 1 Status perkawinan • Kawin 7,4 92,6 1 • Tidak Kawin 11,1 88,9 1,17 1,11 1,24 0,000 Pendidikan • <SMP(Rendah) 8,0 92,0 1,37 1,26 1,49 0,000 • SMP-SMA (menengah) 8,6 91,4 1,25 1,15 1,35 • PT (tinggi) 6,3 93,7 1 Pekerjaan utama • Pegawai 8,4 91,6 1,14 1,06 1,22 0,000 • Petani 7,2 92,8 1 • Nelayan 8,1 91,9 0,88 0,76 1,02 • Buruh 9,5 90,5 1,14 1,07 1,22 • Wiraswasta 7,8 92,2 1,05 0,98 1,12 • Lainnya 8,3 91,7 1,12 1,03 1,23 Tingkat pengeluaran per

kapita • Miskin 8,5 91,5 1,079 1,025 1,136 0,004 • Kaya 7,7 92,3 1 Kawasan • Sumatera 6,2 93,8 1 • Jawa Bali 8,4 91,6 1,33 1,25 1,42 • Kawasan Timur Indonesia 9,3 90,7 1,54 1,45 1,64 0,000

(44)

Lokasi • Perdesaan 7,8 92,2 1 • Perkotaan 8,5 91,5 1,08 1,02 1,14 0.009 Gangguan indera penglihatan • Normal 8,2 91,8 1 • Gangguan penglihatan 7,8 92,2 1,13 1,07 1,19 • Low vision 7,4 92,6 1,16 0,93 1,45 • Buta 10,4 89,6 1,51 1,00 2,28 0,000 Gangguan indera pendengaran • Normal 8,0 92,0 1

• Ya, satu telinga 10,8 89,2 1,33 1,17 1,52 • Ya, kedua telinga 11,0 89,0 1,45 1,10 1,91 • Ya, gangguan pendengaran hilang timbul 9,8 90,2 1,38 1,21 1,57 0,000 Hipertensi • Normal 8,0 92,0 1 • Hipertensi 9,9 90,1 1,57 1,47 1,69 0,000 Diabetes mellitus • Normal 8,1 91,9 1 • Diabetes mellitus 9,7 90,3 1,35 1,18 1,56 0,000 Status gizi • Kurus 8,1 91,9 1,15 1,08 1,23 0,000 • Normal 10,1 89,9 1

• Berat Badan Lebih 7,7 92,3 1,05 0,99 1,12 • Obese 6,9 93,1 0,98 0,92 1,05

Faktor yang berhubungan dengan kejadian cedera berturut-turut dari yang terkuat adalah faktor umur 15-24 tahun dengan risiko 2,17 lebih tinggi dibandingkan umur 55-64 tahun, laki-laki 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, hipertensi lebih tinggi 1,6 kali dibandingkan tidak hipertensi, tempat tinggal di Kawasan Timur Indonesia lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan daerah Sumatera, buta lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan normal, tuli 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan normal, pendidikan rendah 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan pendidikan tinggi, diabetes mellitus 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan tidak diabetes.

(45)

Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian cedera adalah faktor status perkawinan dimana yang tidak kawin lebih tinggi dibandingkan yang kawin (1,2 kali), faktor gisi kurang lebih tinggi dibandingkan dengan normal (1,2 kali), pegawai dan buruh lebih tinggi dibandingkan petani (1,1), yang miskin lebih tinggi dibandingkan yang kaya (1,1kali), yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan (1,1 kali).

4.4 Gambaran dampak ce de ra

4.4.1 Proporsi Ke ke rapan, Tingkat Ke parahan, dan Je nis Ce de ra be rdasarkan je nis pe ke rjaan.

Tabel 4.13 Proporsi Ke kerapan Ke jadian Ce dera dan Me ncari Pe ngobatan be rdasarkan Je nis Pe ke rjaan di Indone sia, Riske sdas 2013

Pekerjaan Utama Kekerapan Mencari pengobatan ke tenaga kesehatan 1 kali > 1 kali Ya Tidak • Pegawai 81,5 18,5 39,9 60,1 • Petani 75,3 24,7 35,3 64,7 • Nelayan 76,0 24,0 37,5 62,5 • Buruh 79,0 21,0 38,8 61,2 • Wiraswasta 79,4 20,6 37,5 62,5 • Lainnya 78,5 21,5 39,0 61,0 • Total 78,7 21,3 37,9 62,1

Proporsi kekerapan kejadian cedera lebih dari 1 kali 1 tahun adalah pada petani, nelayan, buruh dan lainnya. Kejadian cedera yang mencari pengobatan ke tenaga kesehatan relatif paling tinggi adalah pada pegawai sedangkan yang relatif lebih rendah adalah petani. Tabel 4.14 Proporsi Jenis Luka dan Lokasi Tubuh yang Cedera berdasarkan Jenis Pekerjaan

di Indonesia, Riskesdas 2013

Jenis Pekerjaan Jenis luka Lokasi tubuh yang cedera Ringan Berat Kepala Anggota

gerak Lainnya Pegawai 94,6 8,7 11,6 89,2 10,4 Petani 95,2 7,3 12,7 82,6 18,4 Nelayan 95,0 8,1 13,8 83,6 16,3 Buruh 95,0 8,4 14,4 85,0 15,2 Wiraswasta 94,8 8,4 12,6 86,6 12,4 Lainnya 94,5 8,9 12,8 88,0 12,1

(46)

Total 94,9 8,2 12,8 85,9 14,0

Sebagian besar jenis luka yang terjadi pada kejadian luka adalah ringan, sedangkan yang berat meliputi 8,2%. Proporsi kejadian cedera dengan jenis luka derajat berat relatif tinggi pada pegawai sedangkan yang terendah adalah pada petani.

Proporsi lokasi tubuh yang cedera terkena cedera paling banyak mengenai anggota gerak, dan tertinggi pada pegawai, disusul pekerjaan lainnya, wiraswasta dan buruh sedangkan yang terkecil adalah petani.Lokasi tubuh yang terkena pada kepalaterbanyak pada pekerja buruh, diikuti nelayan.

4.4.2 Proporsi Pe ke rja be rdasarkan te mpat te rjadinya ce de ra dan je nis pe ke rjaan

Tabel 4.15 Proporsi Pekerja berdasarkan Tempat Terjadi Cedera dan Jenis Pekerjaan di

Indonesia, Riskesdas 2013

Jalan raya Area kerja Lainnya

Pegawai 66,4 11,6 22,0 Petani 40,5 33,7 25,8 Nelayan 44,1 17,6 38,3 Buruh 53,6 22,0 24,4 Wiraswasta 62,8 11,6 25,6 Lainnya 59,1 10,5 30,4

Kejadian cedera paling banyak terjadi di jalan raya dan hanya 10% terjadi di area kerja. Pada kejadian cedera di jalan raya terbanyak terjadi pada pegawai dan wiraswasta dan terendah pada petani. Sedangkan kejadian cedera yang terjadi di area kerja tertinggi pada ptani, burun dan nelayan.

Tabel 4.16 Proporsi Pekerja berdasarkan Penyebab Cedera dan Jenis Pekerjaan Di Indonesia,

Riskesdas 2013 Jenis Pekerjaan Kecelakaan

lalu lintas Benda tajam Jatuh Bahan kimia Lainnya Pegawai 69,7 6,8 19,8 0,7 3,0 Petani 44,0 14,8 35,8 0,5 4,9 Nelayan 45,5 17,5 31,1 0,2 5,7 Buruh 57,4 10,2 26,8 0,6 5,1 Wiraswasta 65,7 7,7 22,4 0,9 3,2 Lainnya 61,2 8,6 25,8 0,7 3,6

(47)

Proporsi penyebab cedera tertinggi pada kecelakaan lalu lintas diikuti jatuh. Kecelakaan lalu lintas tertinggi pada pegawai diikuti oleh wiraswasta. Proporsi jatuh relatif lebih tinggi pada petani diikuti nelayan dan buruh. Benda tajam merupakan penyebab relatif tinggi pada nelayan, petani, dan buruh. Bahan kimia merupakan penyebab yang relatif tinggi pada wiraswasta dan pegawai.

Tabel 4.17 Proporsi Pekerja berdasarkan Kecacadan Akibat Cedera dan Jenis Pekerjaan Di

Indonesia, Riskesdas 2013 Kecacadan

Panca indera tidak berfungsi Kehilangan sebagian anggota badan Bekas luka permanen mengganggu kenyamanan Pegawai 0,3 0,9 8,6 Petani 0,5 0,8 9,0 Nelayan .0.0 0,8 8,6 Buruh 0,5 0,8 7,1 Wiraswasta 0,4 0,7 9,0 Lainnya 0,6 0,8 8,3 Total 0,5 0,8 8,5

Dampak kecacadan akibat kejadian cedera terbanyak adalah bekas luka permanen yang mengganggu kenyamanan, namun yang cacad akibat kehilangan sebagian anggota badan 0.8 % dan panca indera tidak berfungsi 0,5%. Kecacadan berupa pancaindera tidak berfungsi tertinggi pada pekerja lainnya, petani dan buruh, sedangkan yang kehilangan sebagian anggota tubuh sedikit lebih tinggi pada pegawai. Kecacadan yang menimbulkan bekas luka permanen yang mengganggu tertinggi pada petani dan wiraswasta.

(48)

4.5 Tren Kejadian Cedera Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Gambar 4. 1 Tren Kejadian Cedera Berdasarkan Jenis Pekerjaan, Riskesdas 2007 dan 2013

Dibandingkan pada tahun 2007 dan tahun 2013, pada pegawai cenderung meningkat dari 6,5% menjadi 8,4% pada tahun 2013, pada nelayan terjadi peningkatan dari 7,5 % dan 8,1%, pada petani dan buruh cenderung tidak ada perbedaan, sedangkan pada wiraswasta terjadi peningkatan dari 6,9 % menjadi 7,8%.

(49)

BAB V PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan karakteristik pekerja usia produktif di Indonesia, usia terbanyak antara 25-54 tahun terutama pada usia 25-34 tahun, didominasi oleh laki-laki, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah rendah dan menengah, dan lebih dari separuhnya dengan status sosial miskin. Hal ini sesuai dengan hasil sensus penduduk Indonesia, yang menunjukkan proporsi penduduk bekerja terbesar adalah kelompok umur 25-44 tahun dengan persentase terbesar pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu sebesar 14,9%.25 Pada tahun 2010 dan 2011 dilaporkan jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh pekerja laki-laki, dan pada tahun 2012 meliputi 62,3% (69.068.965 orang).26 Pada penelitian ini didapatkan pekerja sebagai petani merupakan jenis pekerjaan terbanyak di Indonesia sedangkan nelayan adalah yang paling sedikit, yang bertempat tinggal sedikit lebih banyak di pedesaan, terbanyak di Kawasan Jawa Bali.

Determinan kejadian cedera yang utama di Indonesia adalah umur, dimana umur remaja 15-24 tahun paling berisiko diikuti umur 25-34 tahun dibandingkan kelompok tua (55 tahun ke atas. Hasil penelitian ini sesuai dengan data kecelakaan pada pekerja periode 4 (tahun 2008-2011) yang dilaporkan kepada PT Jamsostek, terbanyak terjadi pada usia 22-35 tahun.7 Pada hasil penelitian ini didapatkan makin bertambah tua usia, kejadian cedera semakin menurun. Selain itu, pada penelitian ini penyebab kejadian cedera yang terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu kendaraan bermotor.

Apabila ditinjau dari tempat kejadian cedera, cedera dapat terjadi di dalam tempat kerja dan di luar tempat kerja. Dilaporkan bahwa kejadian cedera pada pekerja di luar tempat kerja setengahnya karena kecelakaan lalu lintas. (PT Jamsostek) dan dilaporkan adanya

peningkatan kecelakaan lalu lintas dalam periode 5 tahun terakhir dari 10,3% menjadi 19,7%. Hal ini dikaitkan dengan adanya kemungkinan meningkatnya kemudahan mendapatkan kendaraan bermotor. 7

Faktor perilaku mungkin berhubungan dengan perbedaan kejadian cedera, perilaku saat berkendaraan di jalan raya pada remaja kemungkinan berbeda dengan perilaku berlalu lintas pada usia yang lebih tua.

Gambar

Gambar  2.1. Kerangka Teori
Gambar 3. 1 Kerangka konsep Penyebab cedera* -Benda -Bahan kimia -Hewan-Dll Variabel bebas: Karak teristik individu -Umur -Jenis kelamin -Pendidikan -Status   kaw in -Jenis pek
Tabel 4.1   Proporsi Pe ke rja Usia Produktif be rdasarkan Karakte ristik Individu,  Riske sdas 2013 Karakteristik  Persentase  (%)  Standard error(%)  95% CI  lower  upper
Tabel 4.2   Proporsi Pe ke rja Usia Produktif be rdasarkan je nis Pe ke rjaan, Lokasi dan  Kawasan  Te mpat Tinggal, Riske sdas 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Néhány román és magyar, csíki gazda megtanulta a Szent János-áldás román és magyar nyelvű, gyimesi változatainak szövegét (azon alkalmakkal, amikor a menyasszony

(3) Dalam hal Pemegang Hak, Pemegang Hak Pengelolaan, atau Pemegang Dasar Penguasaan Atas Tanah tidak melaksanakan peringatan tertulis pertama sebagaimana dimaksud

Oua genotipe yang disajikan di atas memiliki rataan hasil lebih tinggi daripada varietas Slamet, tetapi tidak berbeda dengan varietas Wilis; sedangkan stabilitas hasilnya lebih

Pemberian tepung tulang ikan tuna Madidihang (Thunnus albacares) dengan dosis 1600 mg/kgBB/hari pada hewan model ovariektomi dapat memperbaiki struktur tulang

Salah satu faktor peningkatan hasil belajar dapat digunakan model pembelajaran PBL (Problem Basis Learning), model PBL ini dapat meningkatkan hasil belajar karena siswa

Orang tua mempunyai kewajiban utama mendidik anak, anak adalah pencontoh yang baik, jika orang tua mengajarkan anak dengan hal baik maka anak akan melakukan hal yang

Serious commitment of government, civil society including community groups and private sector to implement tobacco control policies as outlined in MPOWER are urgently needed to

policies and practices of the state’s criminal justice agencies. Moving toward or expanding evidence-based practices will require resources for planning, staff