• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB ini berisi tentang kesimpulan akhir dan saran-saran penulis tentang

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Termoelektrik

Termoelektrik merupakan sebuah fenomena terjadinya perubahan

sifat-sifat termodinamika menjadi sifat-sifat-sifat-sifat elektrik dan sebaliknya[1]. Dua buah

batang dari bahan logam yang berbeda disambungkan pada kedua ujungnya

sehingga membentuk sebuah rangkaian tertutup. Ketika salah satu ujung

dipanaskan maka pada rangkaian tertutup tersebut akan mengalir arus. Fenomena

ini dinamakan efek Seebeck, karena ditemukan oleh Thomas Seebeck pada tahun

1821.

Begitu pula bila dilakukan hal yang sebaliknya, yaitu jika rangkaian

tertutup dari dua batang logam berbeda bahan yang disambungkan tersebut

dialirkan arus listrik. Pada salah satu ujung sambungan akan menyerap kalor,

sehingga menjadi hangat dan pada ujung sambungan lainnya akan terasa dingin.

Fenomena ini ditemukan Jean Charles Athanase Peltier pada tahun 1834, sehingga

dinamakan efek Peltier.

Efek Peltier inilah yang menjadi dasar bagi refrigerator termoelektrik.

Dengan menempatkan ujung dari sambungan yang menyerap kalor pada ruang

yang akan didinginkan, maka ruang tersebut lama-kelamaan akan menjadi dingin

akibat kalor dipindahkan ke tempat lain hanya menggunakan energi elektrik tanpa

Salah satu rangkaian refrigerator termoelektrik adalah dengan

menggunakan bahan semikonduktor. Penggunaan bahan semikonduktor tipe-p dan

tipe-n adalah untuk memperluas permukaan dari tempat penyerapan dan pelepasan

kalor dapat dilihat pada gambar 2-1 dan gambar 2-2.

Gambar 2-1 Efek peltier yang terjadi pada rangkaian tertutup dari dua batang logam berbeda bahan.

Gambar 2-2 Potongan melintang sambungan termoelektrik dengan

sepasang semikonduktor tipe “P” dan tipe “N”

Ketika elektron berpindah dari bahan tipe P ke bahan tipe N melalui suatu

sambungan elektrik, elektron melompat ke energi yang lebih tinggi dengan

menyerap energi panas (pada sisi dingin). Secara berlanjut melalui kisi-kisi bahan,

elektron mengalir dari bahan tipe N ke bahan tipe P melalui suatu sambungan

elektrik, sambil melepaskan keadaan energi panas yang melemah ke bagian sisi

2.2 Rangkaian Elektronis

2.2.1 Penguat Non-Inverting

Untuk memperbesar suatu sinyal yang kecil tanpa mengubah fasanya,

maka diperlukan suatu rangkaian penguat non-inverting, Rangkaian ini

ditunjukkan pada gambar 2-3.

Gambar 2-3 Penguat non-inverting

Nilai tegangan keluaran (Vout) dapat dirumuskan sebagai berikut[5,6]:

Vout = (1+

R Rf

) vin (2.1)

Dengan penguatan tegangan (Av) sebagai berikut:

Av = (1+

R Rf

) (2.2)

2.2.2 Komparator

Ketika masukan lebih tinggi daripada suatu batasan tertentu, keluaran

komparator tinggi. Bila masukan berada di bawah batasan lain (batas bawah),

maka keluarannya rendah. Rangkaian ini disebut komparator karena keluarannya

akan berubah bila nilai masukannya lebih tinggi atau lebih rendah dari Vref nya.

Gambar 2-4 Komparator

Nilai tegangan keluaran (Vout) dapat dirumuskan sebagai berikut [5,6]:

in

V > Vref maka Vout = +Vsat (2.3)

in

V < Vref maka Vout = -Vsat (2.4)

in

V = Vref maka Vout = 0 (2.5)

2.2.3 Frequency-to-Voltage Converters

Frequency-to-Voltage Converters digunakan untuk mengubah sinyal

berupa frekuensi menjadi sinyal DC. Frequency-to-Voltage Converters

menggunakan rangkaian denganIC LM331 yang bekerja dengan supply 4.5-15V.

mampu mengkonversi sinyal frekuensi hingga 10KHz. Rangkaian frekuensi yang

umum menggunakan IC LM331 dapat dilihat pada gambar 2-5.

Keluran tegangan dapat dirumuskan sebagai berikut [18]: Vout = -fin . 2,09V . s L R R . (Rt . Ct) (2.6) 2.2.4 Sensor Suhu LM35

Sensor suhu memiliki kemampuan untuk mengetahui suhu ruangan dalam

skala °C dengan keluaran tegangan 10mV untuk setiap °C. Dapat bekerja dengan

supply 4-35V. Rentang suhu yang mampu diukur oleh sensor adalah dari -5°C s/d

150°C [19].

2.2.5 Opto-Couple

Opto-couple merupakan sensor yang biasanya terdiri dari LED IR dan fototransistor[20]. Bekerja dengan mendeteksi ada tidaknya cahaya IR yang mengenai

fototransistor.

2.2.6Transistor Konfigurasi Darlington

Transistor konfigurasi darlington ini digunakan untuk memperoleh yang

besar, sehingga dengan arus (IB) yang kecil transistor dapat menarik arus(IC)

yang besar. Transistor konfigurasi darlington ditunjukkan oleh gambar 2-10.

Dengan IB yang kecil diperoleh IC yang besar sehingga transistor

konfigurasi darlington ini dapat digunakan sebagai saklar untuk mengendalikan

kecepatan putaran kipas yang dapat dikontrol menggunakan PWM.

Gambar 2-6 Transistor dengan konfigurasi dharlington[6]

2.2.7MOSFET Sebagai Saklar

Rangkaian MOSFET sebagai saklar ditunjukkan oleh gambar 2.16.

Gambar 2-7 Rangkaian MOSFET sebagai switching

. MOSFET mampu menangani arus dan tegangan yang lebih besar

dibandingkan dengan transistor biasa dan hampir tidak diperlukannya arus pada

Gate untuk dapat bekerja, karena besarnya ID dipengaruhi oleh besarnya VGS. Jika

digunakan sebagai saklar, maka besarnya ID dibatasi oleh besarnya beban, dengan

IDL maksimal adalah:

IDL =

RL VCC

2.3. Mikrokontroler AVR Seri ATmega8535

2.3.1 Gambaran Umum

Mikrokontroller AVR Seri ATmega8535 memiliki arsitektur Reduced

Instruction Set Computing (RISC) 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam

kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian intruksi dieksekusi dalam satu siklus

clock[7].

2.3.2 Fitur ATmega8535[7]

Kapabilitas detail dari ATmega8535 adalah sebagai berikut :

a. Mikrokontroler AVR berkemampuan tinggi.

b. Didesain berdaya rendah dan semua operasi bersifat statis.

c. Memoryflash sebesar 8K – bytes.

d. EEPROM sebesar 512 bytes.

e. SRAM internal sebesar 512 bytes.

f. Dua buah timer / counter 8 – bit.

g. Satu buah timer / counter 16 – bit.

h. PWM (Pulse Width Modulation) sebanyak 4 (empat) kanal (channels).

i. ADC (Analog – to – Digital Converter) internal dengan fidelitas 10 –

bit sebanyak 8 channels.

j. Portal komunikasi serial (USART)

k. Analogcomparatorinternal.

m. Tegangan operasi 2,7-5,5V (untuk ATmega8535L) dan 4,5-5,5V

(untuk ATmega8535).

n. Kecepatan maksimal 16 MHz.

o. Antarmuka SPI.

p. Unit interupsi internal dan eksternal.

q. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D

r. ATmega8535terdiri dari 40-pin PDIP, 44-lead TQFP dan 44-pad MLF.

2.3.3 Peta Memori

AVR ATMega memiliki ruang pengalamatan memori data dan memori

progaram yang terpisah[7]. Memori data terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 buah

register umum, 64 buah register I/O, yaitu $00 sampai $1F, dan 512 byte SRAM

Internal.

2.3.4 Interupsi

Interupsi adalah kondisi yang membuat CPU berhenti dari rutinitas yang

sedang dikerjakan (rutin utama) untuk mengerjakan rutin lain (rutin interupsi). Di

dalam AVR ATmega sendiri memiliki 21 sumber interupsi internal dan

eksternal[7].

Pada AVR terdapat 3 pin untuk interupsi eksternal, yaitu INT0, INT1, dan

INT2. Interupsi eksternal dapat dibangkitkan apabila terdapat perubahan logika 0

interupsi eksternal diatur oleh register MCUCR (MCU Control Register) yang

terlihat seperti gambar 2-8.

Gambar 2-8 Register MCUCR[7]

Tabel 2-1 Beberapa Setting Kondisi yang Menyebabkan Interupsi Eksternal1[7]

ISC11 ISC10 DESKRIPSI

0 0 Logika 0 pada pin INT1 menyebabkan interupsi 0 1 Perubahan logika pada pin INT1 menyebabkan

interupsi

1 0 Perubahan kondisi 1 ke 0 pada pin INT1 menyebabkan interupsi

1 1 Perubahan kondisi 0 ke 1 pada pin INT1 menyebabkan interupsi

Tabel 2-2 Beberapa Setting Kondisi yang Menyebabkan Interupsi Eksternal 2[7]

ISC01 ISC00 DESKRIPSI

0 0 Logika 0 pada pin INT0 menyebabkan interupsi 0 1 Perubahan logika pada pin INT0 menyebabkan

interupsi

1 0 Perubahan kondisi 1 ke 0 pada pin INT0 menyebabkan interupsi

1 1 Perubahan kondisi 0 ke 1 pada pin INT0 menyebabkan interupsi

Pemilihan pengaktifan interupsi eksternal diatur oleh register GIRC (General

Interrupt Control Register) yang terlihat seperti gambar 2-9:

Bit penyusun register GICR dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Bit INT1 = 1 maka interrupt eksternal 1 aktif.

b. Bit INT0 = 1 maka interrupt eksternal 0 aktif.

c. Bit INT2 = 1 maka interrupt eksternal 2 aktif.

2.3.5 Timer /Counter

AVR ATmega8535 memiliki tiga buah timer, yaitu Timer / Counter 0 (8 bit),

Timer / Counter 1 (16 bit), Timer / Counter 2 (8 bit).

a. Timer / Counter 0

Pengaturan diatur oleh TCCR0 (Timer / Counter Control Register0) yang

dapat dilihat pada gambar 2-10 dan tabel 2-4.

Gambar 2-10 Register TCCR0[7]

Tabel 2-3 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock[7]

CS02 CS01 CS00 Description

0 0 0 Timer / Counter berhenti (tidak aktif) 0 0 1 Clock tanpa prescaling

0 1 0 Clock / 8 0 1 1 Clock / 64 1 0 0 Clock / 256 1 0 1 Clock / 1024

1 1 0 Sumber clock berasal dari pin T0. clock dengan falling edge

1 1 1 Sumber clock berasal dari pin T0. clock dengan rising edge

b. Timer / Counter 1

Pengaturan diatur oleh TCCR1B (Timer / Counter Control Register 1B)

Gambar 2-11 Register TCCR1B[7]

Tabel 2-4 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock[7]

CS12 CS11 CS10 Description

0 0 0 Timer / Counter berhenti (tidak aktif) 0 0 1 Clock tanpa prescaling

0 1 0 Clock / 8 0 1 1 Clock / 64 1 0 0 Clock / 256 1 0 1 Clock / 1024

1 1 0 Sumber clock berasal dari pin T1. clock dengan falling edge

1 1 1 Sumber clock berasal dari pin T1. clock dengan rising edge

c. Timer / Counter 2

Pengaturan diatur oleh TCCR2 (Timer / Counter Control Register2) yang

dapat dilihat pada gambar 2-12 dan tabel 2-6

Gambar 2-12 Register TCCR2[7]

Tabel 2-5 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock[7]

CS22 CS21 CS20 Description

0 0 0 Timer / Counter berhenti (tidak aktif) 0 0 1 Clock tanpa prescaling

0 1 0 Clock / 8 0 1 1 Clock / 32 1 0 0 Clock / 64 10 0 1 Clock / 128 1 1 0 Clock / 256 1 1 1 Clock / 1024

2.3.6 ADC (Analog To Digital Converter)

Proses inisialisasi ADC meliputi proses penentuan clock, tegangan

referensi, format output data, dan mode pembacaan. Register yang perlu diset

nilainya adalah ADMUX (ADC Multiplexer Selection Register), ADCSRA (ADC

Control and Status Register A), dan SFIOR (Special Function IO Register).

ADMUX merupakan register 8 bit yang berfungsi menentukan tegangan

referensi ADC, format data Output, dan saluran ADC yang digunakan.

Konfigurasinya seperti gambar 2-13:

Gambar 2-13 Register ADMUX[7]

Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. REFS[1..0] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC

ATMega8535.

Tabel 2-6 Beberapa setting kondisi untuk memilih tegangan referensi[7]

REFS[1..0] Mode tegangan referensi 00 Berasal dari pin AREF

01 Berasal dari pin AVCC 10 Tidak digunakan

11 Berasal dari tegangan referensi internal sebesar 2,56V

b. ADLAR merupakan bit pemilih mode data keluaran ADC. Penjelasannya

dapat dilihat pada gambar 2-14 dan gambar 2-15:

Gambar 2-15 Format data ADC dengan ADLAR=1 [7]

c. MUX[4..0] merupakan bit pemilih saluran pembacaan ADC. Dengan nilai

awal 00000 , maka bila nilai MUX tidak diubah secara otomatis kanal

ADC yang dipilih adalah ADC0, sedangkan untuk pemilihan kanal yang

lain dilakukan dengan mengubah settingan MUX.

d. ADCSRA merupakan register 8 bit yang berfungsi melakukan manajemen

sinyal kontrol dan status dari ADC. ADCSRA memiliki susunan seperti

gambar 2-16.

Gambar 2-16 Register ADCSRA [7]

Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. ADEN merupakan bit pengatur aktivasi ADC. Bernilai awal 0. Jika

bernilai 1, maka ADC aktif.

b. ADSC merupakan bit penanda mulainya konversi ADC. Bernilai awal 0

selama konversi ADC akan bernilai 1, sedangkan jika konversi telah

selesai, akan berniai 0.

c. ADATE merupakan bit pengatur aktivasi picu otomatis operasi ADC.

Bernilai awal 0. Jika berjilai 1, operasi konversi ADC akan dimulai pada

saat transisi positif dari sinyal picu yang dipilih. Pemilihan sinyal picu

d. ADIF merupakan bit penanda akhir suatu konversi ADC. Bernilai awal 0.

Jika bernilai 1, maka donversi ADC pada suatu saluran telah selesai dan

data siap diakses.

e. ADIE merupakan bit pengatur aktivasi interupsi yang berhubungan dengan

akhir konversi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1 dan jika sebuah

konversi ADC telah selesai, sebuah interupsi akan dieksekusi.

f. ADPS[2..0] merupakan bit pengatur clock ADC. Bernilai awal 000 yang

berarti frekuensi ADC menyelesaikan konversi adalah setengah dari

frekuensi osilator yang digunakan. Sedangkan jika diinginkan frekuensi

yang lebih rendah dapat dilakukan dengan mengubah nilai settingan ADPS

yang dapat dilihat pada tabel 2-7.

Tabel 2-7 Beberapa setting untuk memilih frekuensi ADC [7]

ADPS[2..0] Frekuensi ADC 000 Frekuesi osilator/2 001 Frekuesi osilator/2 010 Frekuesi osilator/4 011 Frekuesi osilator/8 100 Frekuesi osilator/16 101 Frekuesi osilator/32 110 Frekuesi osilator/64 111 Frekuesi osilator/128

2.3.7 Komunikasi Serial ATMega8535

ATMega8535 telah dilengkapi Universal Synchronous and Asynchronous

serial Receiver and Transmitter (USART). Melalui USART dapat dilakukan

USART ATMega8535 memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan

sistem UART, yaitu :

1. Operasi full duplex

2. Mode operasi asinkron dan sinkron

3. Mendukung komunikasi multiprosesor

4. Mode kecepatan transmisi berorde Mbps

Komunikasi USART dilakukan melalui pin RXD (PD0) dan TXD (PD1)

serta pin XCK (PB0) untuk komunikasi synchronous . Untuk mengontrol USART

digunakan register UCSRA, UCSRB dan UCSRC ( USART Control and Status

Register A,B,C ) dan UBRR ( USART Baud Rate Register ).

UCSRA (USART Control and Status Register A)

• RXC – USART Receive Complete, bit ini akan aktif jika ada data masuk.

TCX – USART Transmit Complete, bit ini akan aktif pada saat selesai

melakukan pengiriman data.

Tabel 2-8 UCSRA (USART Control and Status Register A)[7]

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0 RXC TXC UDRE FE DOR PE U2X MPCM Read/Write R R/W R R R R R/W R/W Initial Value 0 0 1 0 0 0 0 0

UDRE – USART Data Register Empty, bit ini menandakan transmitter

siap untuk menerima data.

FE – Framing Error, bit ini akan aktif jika terdapat error saat menerima

DOR – Data OveRun, bit ini akan aktif jika ada data yang masuk namun

register UDR penuh ( belum dibaca ).

PE – Parity Error, bit ini akan aktif jika terdapat error parity saat

menerima data.

U2X – Double USART Transmission Speed, bit ini digunakan untuk

men-doubel kecepatan baud rate.

MPCM – Multiprocessor Communication Mode

UCSRB (USART Control and Status Register B )

Tabel 2-9 UCSRB (USART Control and Status Register B)[7]

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

RXCIE TXCIE UDRIE RXEN TXEN UCSZ2 RXB8 TXB8

Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R R/W

Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0

UCSRB merupakan register 8 bit pengatur aktivasi penerima dan pengirim

USART.

RXCIE – USART Receive Complete Interrupt Enable, mengatur aktivasi

interupsi penerimaan data serial. Bernilai awal 0 sehingga proses

penerimaan data berdasar pada sistem pooling. Jika bernilai 1 dan jika bit

RXC pada UCSRA bernilai 1, interupsi penerimaan data serial akan

dieksekusi.

TXCIE – USART Transmit Complete Interrupt Enable, mengatur

aktivasi interupsi pengiriman data serial. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1

dan jika bit pada TXC pada UCSRA bernilai 1, interupsi pengiriman data

UDRIE – USART Data Register Empty Interrupt Enable, mengatur

aktivasi interupsi yang berhubungan dengan kondisi bit UDRE pada

UCSRA. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1 maka interupsi akanterjadi hanya

jika bit UDRE bernilai 1.

RXEN – Receive Enable, merupakan bit aktivasi penerima serial ATMega

8535. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, maka penerima data serial

diaktifkan.

TXEN – Transmitt Enable, merupakan bit aktivasi pengirim serial

ATMega 8535. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, maka pengirim data serial

diaktifkan.

UCSZ2 – Character Size, bersama dengan bit UCSZ1 dan UCSZ0 di

register UCSRC menentukan ukuran karakter serial yang dikirimkan. Pada

saat awal, ukuran karakter diset pada 8 bit.

RXB8 – Receive Data Bit 8, menampung bit ke 8 pada penerimaan 9-bit.

TXB8 – Transmit Data Bit 8

UCSRC (USART Control and Status Register C )

UCSRC merupakan register 8 bit yang digunakan untuk mengatur mode dan

kecepatan komunikasi serial yang dilakukan.

URSEL – Register Select, merupakan bit pemilih akses antara UCSRC

dan UBRR karena memiliki alamat yang sama. Bernilai awal 1 sehingga

Tabel 2-10 UCSRC (USART Control and Status Register C)[7]

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

URSEL UMSEL UPM1 UPM0 USBS UCSZ1 UCSZ0 UCPOL

Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

Initial Value 0 0 0 0 0 1 1 0

UMSEL – USART Mode Select, merupakan bit pemilih mode

komunikasi serial antara sinkron dan asinkron. Bernilai awal 0 sehingga

modenya asinkron. Jika bernilai 1, maka modenya sinkron.

UPM 1:0 – Parity Mode, merupakan bit pengatur paritas. Bernilai awal 00

sehingga paritas tidak dipergunakan. Detail nilainya dapat dilihat pada

table berikut :

Tabel 2-11 Penentuan Mode Paritas[7]

UPM 1 : 0 Mode Paritas 00 Tidak aktif 01 Tidak digunakan 10 Paritas genap 11 Paritas ganjil

USBS – Stop Bit Select, merupakan bit pemilih ukuran bit stop. Bernilai

awal 0 sehingga jumlah bit stop yaitu 1 bit. Jika bernilai 0, maka jumlah

bit stop yaitu 2 bit.

• UCSZ1 dan UCSZ0 merupakan bit pengatur jumlah karakter serial.

UCPOL – Clock Polarity, merupakan bit pengatur hubungan antara

perubahan data keluaran dan data masukan serial dengan clock

sinkronisasi. Hanya berlaku pada mode sinkron. Untuk mode asinkron, bit

Proses membangun hubungan komunikasi data serial memerlukan suatu

kecepatan data (data transfer rate ) yang sesuai, baik di sisi computer maupun di

sisi mikrokontroller. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun

hal tersebut di mikrokontroler, yaitu nilai baud rate yang dipergunakan, seting

format data stop bit, dan pengaturan beberapa register seperti : RXEN, TXEN, dan

RXCIE. Pengaturan baud rate dilakukan dengan memberikan nilai pada register

UBRR. Register UBRR adalah register 16 bit sehingga terdiri dari UBRRH

(UBRR High) dan UBRRL (UBRR Low). Rumus yang dipergunakan adalah :

Nilai UBRR = (Frekuensi_kristal / (16 * baud_rate)) – 1 …………...(2.9)

Proses pengiriman data serial dilakukan per byte data dengan menunggu

register UDR yang merupakan tempat data serial akan disimpan menjadi kosong

sehingga siap ditulis dengan data yang baru. Proses tersebut menggunakan bit

yang ada pada register UCSRA, yaitu bit UDRE ( USART Data Register Empty ).

Bit UDRE merupakan indikator kondisi register UDR. Jika UDRE bernilai 1,

maka register UDR telah kosong dan siap diisi dengan data yang baru.

Proses penerimaan data serial dilakukan dengan mengecek nilai bit RXC (USART

Receive Complete) pada register UCRSA. RXC akan bernilai 1 jika ada data yang

siap dibaca di buffer penerima, dan bernilai 0 jika tidak ada data pada buffer

2.4. LCD HD44780

HD44780 merupakan matriks LCD dengan konfigurasi 16 karakter dan 2

baris. Setiap karakter dibentuk oleh 8x5 atau 10x5 pixel. Gambar 2-17

menunjukkan konfigurasi kaki pada LCD HD44780.

Gambar 2-17 Pin LCD HD44780.

Pin–pin pada LCD HD44780 adalah sebagai berikut:

• Pin 1 (VCC): tegangan +5Volt untuk catu LCD.

• Pin 2 (GND): tegangan 0Volt (ground) modul LCD.

• Pin 3 (VEE/VLCD): tegangan pengatur kontras LCD, maksimum pada

0Volt.

• Pin 4 (RS): Register Select, pin pemilih register yang akan diakses.

1 = akses ke register data

0 = akses ke register perintah

• Pin 5 (R/W): mode baca atau tulis LCD

1 = mode pembacaan

• Pin 6 (E): pin untuk mengaktifkan clock LCD.

• Pin 7-14 (D0-D7): jalur bus data.

• Pin 15 (Anoda): tegangan positif backlight modul LCD sekitar 4,5Volt.

• Pin 16 (Katoda): tegangan negatif backlight modul LCD sebesar 0Volt.

2.4.1 Proses Menampilkan Karakter di LCD

Untuk menampilkan karakter di LCD dilakukan dengan mengirimkan

kode ASCII melalui jalur bus data. Jalur bus data dapat menggunakan 8bit atau

hanya 4 bit saja. Jika menggunakan jalur bus data 4bit maka jalur bus data yang

digunakan hanya D7…D4 saja dan dilakukan 2 kali dengan mengirimkan data

nibble high dan nibble low. Proses diawali terlebih dahulu dengan memberikan

logika 1 pada pin RS untuk masuk ke register data dilanjutkan dengan

megirimkan data nibble high dan diikuti dengan memberikan logika 1 dan 0 pada

pin E sebagai clock dan kemudian diikuti dengan mengirimkan data nibble low

dan diulangi kembali dengan memberikan logika 1 dan 0 pada pin E. Sedangkan

untuk memberikan perintah pada LCD dilakukan proses yang sama dengan proses

untuk menampilkan karakter di LCD hanya saja pin RS harus diberi logika 0

untuk masuk ke register perintah.

2.5. Keypad

Keypad digunakan sebagaimasukan pada mikrokontroler[16]. Rangkaian

Gambar 2-18 Rangkaian keypad

Prinsip kerja dari rangkaian keypad adalah dengan menggunakan prinsip

skanning dimana S0...S3 sebagai masukan dan S4...S7 sebagai keluaran. S0...S3

diberi masukan secara bergantian dan S4...S7 diperiksa apakah ada keluarannya

atau tidak. Masukan S0...S3 dilakukan secara bergantian, setiap pergantian

masukan maka keluaran akan diperiksa. Jika ada keluaran pada salah satu dari

S4...S7 maka mikrokontroler akan mengolah data tersebut untuk diterjemahkan.

2.6 Komunikasi Serial RS232

RS232 merupakan salah satu standar interface dalam proses transfer data

antar komputer terutama dalam bentuk serial transfer. Standar ini digunakan untuk

interface antara peralatan terminal data dan komunikasi data, dengan

munggunakan data biner sebagai data yang ditransmisi. RS232 adalah suatu data

Serial Data Interface Standart yang dikeluarkan oleh EIA. Standarisasi meliputi

Standar ini juga berisikan karakteristik sinyal listrik, karakteristik mekanik

dan cara operasional rangkaian fungsioanal . Beberapa karakteristik rangkaian

fungsionalnya adalah sebagai berikut :

1. Tegangan terbuka maksimum 25 volt.

2. Keadaan logika `1` disebut “mark” ditandai dengan tegangan antara -5

volt sampai dengan - 15 volt.

3. Keadaan logika `0` disebut “space”ditandai dengan tegangan antara +5

volt sampai dengan +15 volt.

4. Hambatan keluaran DC harus dikurangi dari 700 ohm jika diberi tegangan

3 volt dan 15 volt, dan harus lebih besar 3000 ohm jika tegangan kurang

dari 25 volt.

5. Slew rate harus lebih kecil dari 30 volt/detik. Waktu yang dipergunkan

untuk melewati daerah peralihan -3 volt sampai dengan +3 volt tidak boleh

melebihi 1mdetik.

Gambar 2-19 Level Tegangan RS 232[14,15]

Gambar 2-21 Circuit Diagram MAX 232

2.7 Konfigurasi Serial DB-9

Berikut ini adalah konfigurasi pin pada DB-9 yang merupakan konektor

port serial yang biasanya tersedia pada komputer.

Gambar 2-22 Konfigurasi Serial DB-9[14]

Keterangan :

1. Pin 1(Data Carier Detect) berfungsi untuk medeteksi apakah DTE

menerima data atau tidak.

2. Pin2 (Received Data) digunakan DTE untuk menerima data dari DCE

3. Pin3(Transmitted Data) digunakan DTE untuk mengirimkan data ke DCE.

4. Pin4 (Data Terminal Ready) digunakan pada saat DTE memberitahukan

5. Pin5 (Signal Ground) merupakan saluran ground.

6. Pin6 (DCE Ready) berfungsi untuk menunjukan bahwa DCE siap untuk

menerima data.

7. Pin7 (Request To Send) digunakan pada saat DCE diminta mengirimkan

data oleh DTE.

8. Pin8 (Clear To send) digunakan pada saat DCE memberitahukan bahwa

DTE boleh mulai mengirimkan data.

9. Pin9 (Ring Indicator) digunakan pada saat DCE memberitahukan ke DTE

bahwa sebuah stasiun menghendaki hubungan dengannya.

Berikut ini adalah konfigurasi pin dan nama sinyal konektor serial DB-9 :

Tabel 2-12 Konfigurasi Pin dan Nama Sinyal Konektor Serial DB-9[14]

Nomor Pin Nama Sinyal Direction Keterangan

1 DCD In Data Carrier Detect / Received Line Signal Detect

2 RxD In Received Data

3 TxD Out Transmit Data

4 DTR Out Data Terminal Ready

5 GND - Ground

6 DSR In Data Set Ready

7 RST Out Request to Send

8 CTS In Clear to Send

9 RI In Ring Indicator

Untuk dapat menggunakan port serial dalam hal ini COM1 maka perlu

diketahui alamatnya. Base address COM1 biasanya adalah 1016(3F8h). Alamat

tersebut adalah alamat yang biasanya digunakan, tergantung dari komputer yang

register-register yang digunakan untuk komunikasi port serial ini. Berikut adalah

tabel register-register tersebut beserta alamatnya :

Dokumen terkait