• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Ketersediaan dan distribusi drg spesialis menunjukkan adanya disparitas antar wilayah di Indonesia. Tujuh puluh persen (70%) dokter gigi umum Indonesia ternyata bekerja di Pulau Jawa, baru sisanya 30% tersebar di berbagai wilayah lain Indonesia. Bahkan untuk dokter gigi spesialis kondisinya lebih parah lagi karena hanya ada 7% dokter gigi spesialis yang bekerja di luar Pulau Jawa, sisanya sebanyak 93% berdesakan di Pulau Jawa.

Hal ini sangat menggelitik karena menggambarkan ketimpangan yang sangat besar karena bila mengacu pada Indikator Indonesia Sehat 2010 dimana perbandingan dokter gigi per 100.000 penduduk adalah 11 : 100.000 maka untuk wilayah DKI Jakarta dengan luas wilayah sebesar ± 650 km2 dan jumlah penduduk 9.588.198 serta jumlah dokter gigi 5176 bisa dikatakan bahwa rasio dokter gigi dengan jumlah penduduk di Jakarta adalah 54 : 100.000. Sedangkan untuk Maluku Utara dengan luas wilayah daratan ± 33.278 km2 dan jumlah penduduk 1.035.478 serta jumlah dokter gigi 22 maka rasio dokter gigi dengan jumlah penduduk di Maluku

Utara adalah 2,2 : 100.000. Sehingga sesuai dengan Indikator Indonesia Sehat 2010, apakah tepat untuk mengindikasikan bahwa kesehatan gigi penduduk Jakarta sudah sangat jauh lebih baik dari penduduk Maluku Utara.

Pemerataan sebaran dokter gigi ke seluruh pelosok Indonesia sampai hari ini ternyata masih jauh dari harapan. Pertambahan jumlah fakultas kedokteran gigi yang pasti juga menambah jumlah produksi dokter gigi justru malah menyebabkan makin bertumpuknya dokter gigi di kota-kota besar, sementara di daerah kecil dan terpencil masih banyak sekali masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dengan baik dan bahkan diperkirakan masih banyak masyarakat yang seumur hidupnya belum pernah bertemu dengan dokter gigi apalagi dirawat dokter gigi.

Data Konsil Kedokteran Gigi menunjukkan bahwa jumlah dokter gigi (Umum dan Spesialis) Indonesia yang teregistrasi per 31 Desember 2010 adalah 20.655 orang, dengan sebaran antara 22 – 5176 dokter gigi yaitu 22 dokter gigi berada di Propinsi Maluku Utara dan 5176 dokter gigi berada di Jakarta.

Permasalah utama juga dirasakan karena tidak lengkap dan aktualnya data sebaran kebutuhan akan pelayanan kesehatan gigi di Indonesia, hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya pusat data kesehatan gigi secara nasional di Kementrian Kesehatan serta. Pusat data dianggap sangat penting untuk bisa mendata kuantitas serta jenis kasus masalah kesehatan gigi dari tingkat Puskesmas di seluruh Indonesia dimana hal ini dibutuhkan untuk bisa menilai tingkat (kuantitas dan kualitas tenaga drg, dan spesialisasi) kebutuhan kesehatan kesehatan gigi, sehingga akhirnya dapat optimal dalam penyusunan strategi pelayanan kesehatan gigi untuk masyarakat bersama-sama dengan semua pihak yang terkait.

Selain itu lemahnya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait baik itu Kementrian Kesehatan sebagai “pengguna” tenaga kesehatan dan Kementerian Pendidikan sebagai “penyedia” tenaga kesehatan serta pihak lain yang terkait (stakeholder) juga menjadi salah satu kelemahan dalam pengambilan kebijakan yang menyebabkan segala strategi yang dipilih menjadi seakan setengah-setengah dan tidak tepat sasaran sehingga sampai saat ini atau mungkin selamanya kualitas kesehatan dan pelayanannya di Indonesia akan selalu tertinggal.

Perlu upaya dari para pemangku kepentingan untuk mencari jalan keluar dari kondisi ini, bila tidak maka pemerataan tenaga dokter gigi guna meningkatkan kualitas kesehatan secara umum tidak akan pernah terwujud, dan pemenuhan tenaga kesehatan hanya sekedar pencapaian target (angka) bukan pada emerataan pelayanan.

Diperlukan pendirian pusat2 pendidikan spesialis baru baik negeri maupun swasta sesuai dengan persyaratan2 yang ada

Kementrian Kesehatan sebaiknya memfasilitasi semua pendidikan dokter gigi spesialis, dan bukan hanya bedah mulut saja, sampai keseluruhan kebutuhan spesialis kedokteran gigi terpenuhi

Disamping usaha-usaha kuratif, hendaknya usaha-usaha preventif ditingkatkan sebagai berikut: Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dengan mempergunakan Perawat Gigi Sekolah yang diawasi oleh Dokter Gigi Sekolah hendaknya diperluas dan diintensifkan, sedang kepada siswa-siswa sekolah dasar tetap diberikan prioritas.

Keberadaan RSGM sebagai wahana pendidikan kedokteran gigi di Indonesia yang sekaligus merupakan sarana kesehatan yang mampu menanggulangi berbagai penyakit/kelainan penyakit sistem stomatognatik, merupakan investasi yang perlu mendapat perhatian serta dukungan dari Kementrian Kesehatan

Perlu ditetapkan Standar RSGM Pendidikan yang dapat dijamin telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan

Ketetapan sebagai RSGM Pendidikan bagi RSGM yang sejak awal didirikan bagi wahana penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi sebaiknya dapat diterbitkan, melalui suatu peraturan oleh Kementrian Kesehatan setelah berkoordinasi dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Direktorat Pendidikan Tinggi).

Konsekuensi masuknya era globalisasi di bidang kesehatan, perlu diantisipasi melalui kesetaraan mutu dan kualifikasi tenaga kesehatan lulusan Indonesia dengan tenaga kesehatan di luar negeri.

Pencapaian mutu dan kualifikasi tenaga kesehatan Indonesia, khususnya dokter gigi dan dokter gigi spesialis perlu didukung oleh adanya wahana RS/ RSGM Pendidikan yang lengkap, berkualitas dan terstandarisasi.

Standarisasi kualifikasi tenaga pendidik tahap profesi di RSGM perlu diformulasikan, agar mutu lulusan dapat memenuhi standar kompetensi dokter gigi/

dokter gigi spesialis

Kerjasama Kementrian Kesehatan dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan perlu dipikirkan untuk secara proporsional memberikan alokasi dana terhadap sarana prasarana di RSGM sebagai sarana pelayanan kesehatan dan wahana pendidikan dokter gigi dan dokter gigi spesialis, agar mutu pelayanan dan pendidikan dapat ditingkatkan.

Pengawasan terhadap karakteristik masukan, proses, luaran, hasil penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi dokter gigi dan doketr gigi spesialis (antara lain kecukupan sarana prasarana dan tenaga pendidik klinik, chair side teaching serta pemenuhan variasi kasus) di RSGMP perlu dilakukan secara konsekuen, agar standar mutu pendidikan kedokteran gigi tahap profesi di Indonesia dapat terjamin.

DAFTAR ACUAN

1. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi: Pedoman Penilaian Instrumen Akreditasi, Buku V. Jakarta, 2009.

2. Jain M et al. Dental teaching clinic in India: perception of dental students and teachers. J.Int Oral Health, 2009; 1:33-46

3. http://en.wikipedia.org/wiki/Baltimore_College_of_Dental_Surgery 4. http://en.wikipedia.org /wiki/Pierre_Fauchard

5. Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan. DepKes RI, 2009

6. Pedoman Penerapan Cabang Ilmu Kedokteran Gigi, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2009

7. Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan dokter gigi Indonesia Berbasis Kompetensi, AFDOKGI, 2007, diterbitkan KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA tahun 2009

8. Prof Hardiyanto, PENDIDIKAN KEDOKTERAN Permasalahan dan Usulan Solusi, paparan di DPR 4 Febr 2011

9. Prof SMK Soerono Akbar, Mengawal Perkembangan Kedokteran Gigi Indonesia, ed.1, 2005

10. Richard A. Glenner, D.D.S. HOW IT EVOLVED: Connections Dentistry and Medicine diunduh dari:

http://www.fauchard.org/history/articles/jdh/v49n2_July01/connections_den tistry_49_2.html0

11. Schwenk TL: Clinical Teaching. Center for Research on Leraning and Teaching, Occasional Paper No1, University of Michigan, 1987.

12. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 22/KKI/KEP/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter Gigi . 2006

13. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 23/KKI/Kep/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Profesi Dokter Gigi . 2006

14. Standar Kompetensi Profesi Drg, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2006

15. Standar Kompetensi Profesi Drg Sp, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2008

16. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi. Kep KONSIL KEDOKTERAN

INDONESIA nomor 22/KONSIL KEDOKTERAN

INDONESIA/KEP/XI/2006. Lamp 2. Standar dan Kriteria RSGMP

17. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2007.

18. Eky S. Soeria soemantri (editor). Menjangkau Masa Depan –

Kumpulan Tulisan Prof. R.G. Soeria Soemantri dalam Perkembangan Ilmu dan Profesi Kedokteran Gigi-20002011

19. Persatuan Perawat gigi Indonesia. (ppgi.wordpress.com). 2011.

20. Forum Teknik Gigi Poltekes (teknikgigi.forumid.net/forum). 2011

21. NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI. HPEQ-Dikti-AFDOKGI. 2011 22. NASKAH AKADEMIK REVISI STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA.

HPEQ-Dikti-AFDOKGI. 2011

23. NASKAH AKADEMIK REVISI STANDAR PENDIDIKAN DOKTER GIGI INDONESIA.

HPEQ-Dikti-AFDOKGI. 2011

24. NASKAH AKADEMIK RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN (RSGMP).

HPEQ-Dikti-AFDOKGI. 2011

25. HASIL SURVEI PEMETAAN INSTITUSI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI, RUMH SAKIT GIGI DAN MULUT ( RSGM), DAN JEJARING RUMAH SAKIT/ PUSKESMAS.

HPEQ-Dikti-AFDOKGI. 2011 26.

Dokumen terkait