Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari
pembahasan dan analisis bab sebelumnya mengenai hasil analisis
yang menjadi informasi penting dari pembahasan tulisan penelitian
ini untuk dijadikan pertimbangan serta saran tindak lanjut terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi dan Fungsi Rumah
Berdasarkan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia no. 10
tahun 2012 pasal 1 rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuniannya serta asset bagi pemiliknya.
Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat
kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah
dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan,
beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni
memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus
menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk
hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi
ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa
hidupnya (Frick dan Widmer, 2006:1).
Rumah merupakan suatu bangunan, tempat manusia tinggal dan
melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat
berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada
norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Jadi setiap
berbeda antara satu perumahan dengan perumahan yang lain, tergantung pada daerah
ataupun keadaan masyarakat setempat (Sarwono dalam Budihardjo, 1998 : 148).
Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal
selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia, maupun
hewan, namun tempat tinggal yag khusus bagi hewan biasa disebut sangkar, sarang,
atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep – konsep sosail – kemasyarakatan yang tejalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga,
tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dan lain- lain. (Wikipedia, 2010).
Rumah juga merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia,
seperti iklim, musuh, penyakit, dan sebagainya. Untuk dapat berfungsi secara
fisiologis, rumah haruslah dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan, seperti
listrik, air bersih, endela, ventilasi, tempat pembuangan kotoran dan lain- lain.
(Koesputranto, 1998 : 45).
Rumah berfungsi sebagai wadah untuk lembaga terkecil masyarakat manusia,
yang sekaligus dapat dipandang sebagai “shelter” bagi tumbuhnya rasa aman atau terlindung. Rumah juga berfungsi sebagai wadah bagi berlangsungnya segala
aktivitas manusia yang bersifat intern dan pribadi. Jadi, rumah tidak semata-mata
merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan dan
pengaruh fisik belakang melainkan juga merupakan tempat bernaung untuk
melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka, melainkan
juga merupakan tempat tinggal, tempat berisitirahat setelah menjalani perjuangan
hidup sehari-hari (Ridho, 2001 : 18).
Turner (dalam Jenie, 2001 : 45), mendefinisikan tiga fungsi utama yang
Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah. Kebutuhan
akan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat
berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat
Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi
pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam
pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna
mendapatkan sumber penghasilan.
Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya. keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan
keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan
keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan (the form of tenure).
Poespowardojo (dalam Budihardjo, 1998 : 138), menyimpulkan bahwa rumah
menunjukkan fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia yaitu :
Fungsi pertama rumah menunjukkan tempat tinggal. Orang yang bermukim berarti tinggal di suatu tempat. Secara fisis orang dikatakan
bertempat tinggal, apabila ia telah menemukan lingkungan alamnya yang
cocok baginya serta mempunyai peralatan yang ia butuhkan untuk
bertempat tinggal.
Fungsi kedua ialah bahwa rumah merupakam mediasi antara manusia dan dunia. Dengan mediasi ini terjadilah suatu dialetik antara manusia dan
dunianya. Dari keramaian dunia manusia menarik diri ke dalam rumahnya
Sebagai fungsi ketiga rumah merupakan arsenal, dimana manusia mendapatkan kekuatannya kembali.
Secara garis besar, rumah memiliki fungsi (Doxiadis dalam Dian, 2009), yaitu:
Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar. Rumah menunjukan tempat tinggal.
Rumah merupakan mediasi antara manusia dan dunia.
Rumah merupakan arsenal, yaitu tempat manusia mendapatkan kekuatan kembali.
2.2 Pengertian Perumahan dan Pemukiman Menurut Undang-Undang
Bila dikaji melalui pengertian yang tertuang dalam undang-undang No. 4 Tahun
1992 tentang perumahan dan permukiman. Undang-undang ini yang dimaksud
dengan :
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkukangn hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
3. Permukimana adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasa lindung,
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai
bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana
lingkungan yang terstrktur.
5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memugkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjag, yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
Berdasarkan undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
pemukiman :
1. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,
serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
2.3 Pengertian Optimalisasi
Menurut Tim Penyusun kamus bahasa Optimalisasi merupakan proses, cara
atau perbuatan mengoptimalkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik,
paling tinggi atau paling menguntungkan.
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Judul : Optimalisasi Komposisi Jumlah Masing-Masing Tipe
Rumah Pada Pembangunan Perumahan Dengan Metode
Simpleks (Studi Kasus : Pembangunan Perumahan Taman
Nuansa Tjampuhan)
Penulis : Putu Darma Warsika, Universitas Udayana, 2012.
Kesimpulan : Dari analisa pemelihan tipe dan jumlah rumah pada proyek
pembangunan perumahan Taman Nuansa Tjampuhan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan keuntungan maksimal, maka komposisi
optimal dari tipe rumah yang dibangun adalah rumah tipe
Gambuh sebanyak 27 unit, rumah tipe pendet sebanyak 211
unit. Dengan komposisi rumah sepertiseperti tersebut diatas,
maka didapat keuntungan optimal sebesar Rp.
31.396.000.000. dimana keseluruhan rumah tersebut
dibangun di atas lahan seluas 71.500 m2.
2. Judul : Optimalisasi Jumlah Produksi Tipe Rumah Pada Proyek
Pengembang Perumahan Dengan Menggunakan Metode
Penulis : Rini Febri Utari dan Andi SA, Universitas Muhammadiyah
Malang, 2012.
Kesimpulan : Berdasarakan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
-Pemodelan optimalisasi produksi tipe rumah pada cluster
GreendWood Golf dengan menggunakan metode simpleks
yaitu terdidir dari fungsi tujuan dengan formulasi Z =
56,836X1 + 68,104X2 + 78,811X3 + 105,258X4 + 115,535X5 + 130,732X6 + 110,404X7 + 122,558X8 +
223,490 X9 + 294,057 X10 dan fungsi batasan yang terdiri dari batasan luasan lahan dengan formulasi
130X1 + 170X2 + 162X3 + 144X4 + 162X5 + 180X6 +
144X7 + 162X8 + 200 X9 + 375 X10 < 10000
Batasan biaya produksi (dikalikan 1000) dengan formulasi
341,914X1 + 437,096X2 + 435,398X3 + 445,242X4 +
493,965X5 + 589,768X6 + 722,696X7 + 796,067X8 + 925,010 X9 + 1,360,443 X10 < 358,500,000
Batasan permintaan pasar (proporsi rumah sederhana
berbanding rumah menengah 6 : 3) dengan formulasi
X1 + X2 + X3 + X4 + 2X5 + 2X6 + 2X7 + 2X8 = 0
Batasan permintaan pasar (proporsi rumah menengah
berbanding rumah mewah 3:1) dengan formulasi
Kendala 5 : Batasan permintaan pasar (proporsi rumah
sederhana berdanding rumah mewah, 6:1) dengan formulasi
X1 + X2 + X3 + X4 - 6X9 - 6X10
Dimana X1... X10 adalah tipe rumah yang ditawarkan.
- Optimalisasi produksi dengan menggunakan metode
simpleks pada cluster GreenWood Golf dengan bantuan
software Microsoft Excel-solver dan QM diperoleh nilai
X1 = 0, X2 = 0, X3 = 0, X4 = 387, X5 = 0, X6 = 99, X7 = 95, X8 = 0, X9 = 64, X10 = 0, hal ini menunjukkan untuk
memperoleh laba maksimum maka tipe yang akan dibangun
adalah tipe sederhana yaitu tipe 65/144 sebanyak 387 unit,
tipe ,menengah yaitu tipe 96/180 sebanyak 69 unit dan tipe
141/144 sebanyak 95 unit sedangkan untuk tipe mewah
yaitu tipe 221/220 sebanyak 64 unit dengan keuntungan
maksimum sebesar Rp.78.483.073.000,-
- Perbandingan proporsi jumlah tipe rumah antara kondisi
existing dibandingkan dengan menggunakan metode
simpleks adalah pada kondisi existing, rencana
pembangunan terdiri dari sepuluh tipe dengan total 521 unit
rumah dengan keuntungan sebesar Rp. 75.092.072.000,-
sedangkan dengan menggunaan metode simpleks hanya
dibangun empat macam tipe dengan total 636 unit rumah
dengan keuntungan maksimal Rp. 78.483.073.000,-. Dari
menggunakan metode simpleks memperoleh keuntungan
lebih besar yaitu kurang lebih 3,3 milyar.
3. Judul : Optimalisasi Jumlah tipe Rumah yang akan Dibangun
Dengan Metode Simpleks Pada Proyek Pengembangan
Perumahan .
Penulis : Dewa Ketut Sudarsana, Universitas Udayana, 2009.
Kesimpulan : Dari hasil analisis dengan metode simpleks didapat
komposisi optimum jumlah tipe rumah yang akan
dikembangkan pada proyek pengembangan perumahan
Taman Wira Umadui adalah rumah tipe A sebanyak 28 unit
, tipe B sebanyak 17 unit dan tipe C sebanyak 54 unit
dengan keuntungan didapat sebesar Rp.7.171.000.000,-
2.5 Gambaran Umum Perumahan dan Pemukiman
Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan
mempunyai peraan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa,
dan perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan
dan penghidupan masyarakat. Perumahan dan pemukiman tidak dapat dilihat sebagai
sarana kebutuhan kehidupan semata-mata, akan tetapi lebih dari itu merupakan
proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk
memasyarakatkan dan menampakan jati diri.
Untuk menjamin kepastian hukum dan ketertiban umum dalam pembangunan
dan kepemilikan maka setiap pembangunan harus dilakukan di atas tanah yang
perundang-undangan yang berlaku, serta sistem penyediaan tanah untuk perumahan dan
pemukiman harus ditangani secara nasional, karena tanah merupakan sumber daya
alam yang tidak dapat bertambah. Maka harus digunakan dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraa rakyat, agar penggunaan dan pemanfaatannya dapat
dirasakan oleh masyarakat secara adil dan merata tanpa menimbulkan kesenjangan
ekonomi dan sosial dalam proses bermukimnya masyarakat.
Permasalahan pemukiman dan perumahan (papan) yang menjadi salah satu
parameter (tolak ukur) tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu masyarakat,
yang memenuhi standar kesehatan (cukup sirkulasi udara, cahaya, dan terjaga
sanitasinya) dan bangunan yang secara teknis memenuhi persyaratan teknis
perumahan yang layak, masih sangat memprihatinkan. Masih banyak kita jumpai
pemandangan pemukiman kumug dibantaran kali di tanah – tanah tak bertuan dan atau tanah – tanah negara yang belum difungsikan. Selain persediaan lahan yang terbatas, hal ini disebabkan juga oleh tidak adanya pemerataan pembangunan di
daerah-daerah, menyebabkan kaum urba berdatangan ke kota-kota besar berusaha
mencari kerja untuk memperbaiki nasib hidupnya.
Oleh karenanya, pembangunan perumahan da pemukiman harus diarahkan
untuk meningkatkan kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah
dengan memperhatikan keseimbangan antara pemngebangan daerah pedesaan dan
daerah perkotaan, memperluas lapangan kerja serta menggerakan kegiatan ekonomi
dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam pembangunan perumahan da pemukiman, perlu ditingkatkan kerja
Negara (BUMN/BUMD), usaha swasta, dan masyarakat dengan mengindahkan
persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukman yang layak, sehat, aman, da
serasi dengan lingkungan, serta terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, dengan
memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah
dan rendah (Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahu 1993). Pengadaan rumah
sederhana serta peremajaan pemukiman kumuh di daerah perkotaan dan terutama
berpendudukan padat, haruslah dilakukan sesuai dengan peningkatan daya guna dan
hasil guna lahan bagi pembangunan perumahan dan untuk lebih meningkatkan
kualitas lingkungan pemukiman.
Perumahan nasional merupakan suatu pemukiman yang perencanaanya
diangun oleh negara dimana dengan adanya pemukiman tersebut dapat berguna
membantu masyarakat mendapatkan fasilitas rumah tempat tinggal yang layak
dengan harga yang dapat dijangkau serta memiliki sistem pembayaran yang dapat
diangsur.
2.5.1 Konsep Perumahan dan Permukiman
Dalam UU no.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan permukiman, perumahan
dan permukiman dibedakan sebagai berikut : permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup diluar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan
pedesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan perumahan adalah
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hnian plus
prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada
paduan antara wadah dengan isinya yaitu manusia yang hidup bermasyarakat dan
berbudaya didalamnya. Bagian permukiman yang disebut sebagai wadah tersebut,
merupakan paduan tiga unsur yaitu : alam (tanah, air, udara) lindungan (shells) dan jaringan (networks), sedang isinya adalah manusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar dan di dalam itulah diciptakan lindungan (rumah dan gedung lainnya)
sebagai tempat tinal, serta menjalankan fungsi lain. Sedangkan jaringan, seperti
misalnya jalan dan jaringan utilitas merupakan unsur yang memfasilitasi hubungan
antar sesama, maupun antar unsur yang satu dengan yang lain. Secara lebih
sederhana dapat dikatakan bahwa permukiman adalah paduan antar unsur.
Adapun prasaran dalam ligkungan perumahan berdasarkan keputusan menteri
PU no. 20/KTPS/1986 tentang pedoman Teknik Pembangunan Perumahan
Sederhana tidak bersusun disebutkan :
1. Jalan
Jalan adalah jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas
kendaraan dan orang. Prasarana lingkungan yang berupa jalan lokal, sekunder
yaitu jalan setapak dan jalan kendaraan memiliki standar lebar bada jalan
minimal 1,5 meter dan 3,5 meter.
2. Air limbah
Air limbah adalah semua jenis buangan air yang mengandung kotoran dari
rumah tangga. Prasarana untuk air limbah pemukiman :
Septik tank dan bidang resapan . Apabila kemungkinan membuat septik tank tak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi
dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat
3. Air hujan
Setiap lingkungan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan
yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehngga lingkungan
perumahan bebas dari genangan air.
4. Air bersih
Adalah air yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga setiap
lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan prasarana air bersih yang
memenuhi persyaratan.
Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari jaringan dan kota
Penyediaan air bersih kota atau penyediaan air bersih lingkungan harus dapat melayani kebutuhan perumahan
Harus tersedia sistem plambing di rumah dan meteran air untuk sambungan rumah
Untuk sambungan halaman tidak harus tersedia plambing dirumah, hanya sampai halaman saja. Namun harus tersedia meteran air.
5. Supply listrik
Untuk perumahan : satu unit kediaman minimum disediakan jatah 450 AV
Untuk penerangan jalan umum
6. Jaringan telepon pembangunan perumahan sedhana sebaiknya dilengkapi
2.5.2 Karakteristik Perumahan
Menurut Mahfud Sidik (2000), karakteristik perumahan yang bersifat unik
terutama menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1. Lokasinya yang tetap dan hampir tidak mungkin dipindah
2. Pemnfaatannya dalam jangka panjang
3. Bersifat heterogen secara multidimensional, terutama dalam lokasi, sumber
daya alam dan preferensinya.
4. Secara fisik dapat dimodifikasi.
John Turner dalam Sabari (1999) mengemukakan beberapa dimensi yang
bergerak paralel dengan mobilitas tempat tinggal, ada 4 dimensi yang perlu
diperhatikan dalam mencoba memahami dinamika perubahan tempat tinggal pada
suatu kota.
a. Dimensi Lokasi
Dimensi ini mengacu pada tempat-tempat yang dianggap paling cocok untuk
bertempat tinggal dalam kondisi dirinya (lebih ditekankan pada penghasilan
dan siklus kehidupannya), lokasi dalam konteks ini berkaitan erat dengan
jarak terhadap tempat kerja (accessibility to employment).
b. Dimensi Perumahan
Dimensi ini berkaitan dengan aspirasi perorangan atau sekelompok orang
terhadap macam dan type rumah yang diinginkan sesuai dengan penghasilan
c. Dimensi Siklus Kehidupan
Dimensi ini membahas tentang tahap-tahap seseorang mulai menapak dalam
kehidupan mandirinya, dimana semua kebutuhan hidupnya ditopang oleh
penghasilannya sendiri.
d. Dimensi Penghasilan
Dimensi ini berkaitan dengan besar kecilnya penghasilan seseorang yang
dikaikan dengan lamanya menetap di suatu kota.
Teori diatas didasarkan pada asas keseimbangan, dimana mengandung
pengertian bahwa mereka yang lebih kuat ekonominya akan memperoleh sesuatu
yang lebih baik dalam hal lokasi perumahan. Kondisi ini merupakan gabungan dari 3
prioritas dalam lingkungan perumahan yaitu;
a. Masalah penguasaan tempat tinggal, dengan melihat kemampuan
ekonomi seseorang akan mampu memutuskan yang terbaik buat dirinya
apakah menyewa atau memiliki perumahan.
b. Masalah lokasi, disini seseorang harus menentukan lokasi tempat tinggal
yang dianggap paling sesuai. Apakah dekat dengan pusat kota, dekat
dengan tempat kerja atau di daerah pinggiran kota.
2.5.3 Aspek Perencanaan Perumahan
Aspek aspek yang mendasari perencanaan perumahan antara lain adalah :
Lingkungan
Hal utama yang hatus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah
manajemen lingkungan yang baik dan terarah, karena lingkungan suatu
perumahan merupakan faktor yang sangat menentukan dan keberadaannya
tidak boleh diabaikan. Hal tersebut dapat terjadi karena baik-buruknya
Daya Beli (affordability)
Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembangunan yang telah dicanangkan sesuai dengan programnya. Di dalam
perencanaan perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukuran
bangunan, kebutuhan ruang, konstruksi bangunan, maupu bahan bangunan
yang digunakan dengan jangkauan pelayanannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antara lain :
Pendapatan per kapita sebagian besar masyarakat yang masih relatife rendah (di bawah standar).
Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat, terutama di daerah pedesaan, masih relatif rendah.
Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga memicu timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi, dimana hal ini
berdampak terhadap persaingan antara golongan yang berpenghasilan
tinggi dengan masyarakat berpenghasilan rendah, seoal-olah fasilitas
dan kemajuan pembangunan (termasuk perumahan) hanya dapat
dinikmati oleh kaum yang berpenghasilan tinggi saja.
Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan
mengembangkan modal.
Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan, yang berdampak dengan melambungnya harga rumah, baik untuk
Kelembagaan
Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di
perkotaan maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai
pihak yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta
menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya keberhasilan itu.
2.5.4 Persyaratan Suatu Perumahan dan Pemukiman
A. Persyaratan dasar perumahan
Kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan-persyaratan beriut :
Aksesibilitas yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan. Dalam kenyataanya berwujud jalan dan transportasi.
Kompatibilitas yaitu keserasian dan keterpaduan antar kawasan yang menjadi lingkungannya.
Fleksibilitas yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan perumahan dikaitakn dengan kondisi fisik lingkungan keterpaduan
prasarana.
Ekologi yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya. B. Persyaratan dasar permukiman
Suatu bentuk permukiman yang idela di kota merupakan pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab Perumahan dan
Permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang
terdiri dari berbagai aspek.
Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik
Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak tergaggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada
pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya.
Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperi pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain- lain.
Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang
lebat sekalipun.
Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik
komunal.
Permukiman harus dilayani oleh fasilitas embuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukima tetap nyaman.
Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai
skala besarnya permukiman itu.
Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
2.5.5 Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Ada berbagai cara untuk pembangunan pemukiman, antar lain pembangunan
secara individual dan tidak terorganisir, pembangunan oleh pengembang
1. Pembangunan Perumahan Secara Individual yang Tidak Terorganisasi
Apabila seseorang memiliki sebuah laha di kota, maka ia akan membangun
rumah. Peminat pembangun rumah ini akan mengajukan permohonan ijin
mendirikan bangunan kepada Pemkot, yang harus dilengkapi dengan advis planning.
Pada advis planning itu akan tergambar letak bangunan dan letak rencana jalan yang