• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Jumlah Tipe Rumah yang Akan Dibangun dengan Metode Simpleks Studi Kasus : Pembangunan Perumahan CitraLand Bagya City di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Optimalisasi Jumlah Tipe Rumah yang Akan Dibangun dengan Metode Simpleks Studi Kasus : Pembangunan Perumahan CitraLand Bagya City di Medan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI JUMLAH TIPE RUMAH YANG AKAN DIBANGUN DENGAN METODE SIMPLEKS

(STUDI KASUS : Pembangunan Perumahan CitraLand Bagya City di Medan) Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh:

MORINA G.S SIMANJUNTAK 11 0424 036

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Kebutuhan manusia akan rumah tinggal kini telah meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Melihat keadaan ini banyak pengembang yang bermunculan untuk menyediakan rumah tempat tinggal. Tantangan yang dihadapi pengembang perumahan adalah memformulasikan jumlah tipe rumah yang akan dikembangkan sehingga memenuhi aspek pasar dan mengoptimalkan pemanfaatanlahan lahan yang tersedia. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui komposisi optimal dari jumlah rumah yang akan dibangun sehingga mencapai solusi optimum.

Metode optimasi yang digunakan adalah metode simpleks, yang akan dilanjutkan dengan menggunakan tabel Alternatif pilihan untuk membulatkan bentuk desimal dari hasil akhir perhitungan sebelumnya. Studi kasus pada penelitian ini adalah proyek Pembangunan Perumahan CitraLand Bagya City yang berlokasi di pancing, Medan tembung. Tipe rumah yang dibangun adalah tipe Gioura, Majorca, Icaria, dan Elba. Perbandingan luasan bangunan (m2) dengan luasan tanah (m2) serta harga per unit masing-masing tipe rumah adalah tipe Gioura (295/324) dengan harga Rp. 4.062.432.000 per unit, rumah tipe Majorca (212/230) dengan harga Rp. 2.781.504.000 per unit, rumah tipe Icaria (163/144) dengan harga Rp. 1.965.716.000 per unit, dan rumah tipe Elba (155/144) dengan harga Rp. 1.906.080.000 per unit.

Hasil analisis menunjukkan komposisi optimum jumlah dari masing-masing tipe rumah yang dibangun adalah rumah tipe Gioura sebanyak 32 unit, rumah tipe Majorca (B) sebanyak 22 unit, rumah tipe Icaria (C) sebanyak 10 unit, rumah tipe Elba sebanyak 63 unit dengan keuntungan yang diperoleh Rp. 55.647.037.937,-

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat

diselesaikan. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Optimalisasi Jumlah Tipe Rumah Yang Akan Dibangun Dengan Metode Simpleks” Studi Kasus : Pembangunan Perumahan CitraLand Bagya City di Medan. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I (S1) di

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Dalam

penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari

semua pihak. Ungkapan terima kasih atas segala jerih payah, motivasi dan doa yang

diberikan sehingga dapat menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara, terutama kepada:

 Bapak Ir. Syahrizal, MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu, membimbing dan

mengarahkan penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

 Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Kepala Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

 Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M. Eng Sc , selaku Koordinator PPSE

Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

 Ibu Nursyamsi, S.T., M.T dan Bapak Medis S. Surbakti, S.T., M.T selaku

Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan

(6)

Bapak/Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara.

 Ayahanda M.Simanjuntak,Spd , Ibunda R.Hutajulu,Spd tercinta, dan

adek-adekku yang selalu mendukung, membimbing, dan memotivasi dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

 Buat suami tercinta Ninoy Dileon Aquino yang telah memberi semangat,

dukungan dan mengajari sampai tugas akhir ini dapat terselesaikan.

 Buat semua teman-temanku Ekstension 2011, Ekstension 2012 yang telah

memberi semangat dan mengajari.

Semoga TUHAN YANG MAHA ESA membalas dan melimpahkan rahmat

dan karuniaNya kepada kita semua, dan atas dukungan yang telah diberikan

diucapkan terima kasih. Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Mei 2015

Hormat Saya

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ……… i

Kata Pengantar ………. ii

Daftar Isi ……….. iv

Daftar Tabel …...……… vii

Daftar Gambar ……… viii

BAB I PENDAHULUAN ……….………. 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 5

1.4 Manfaat Penelitian ………….………. 5

1.6 Sistematika Tulisan ……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..……… 8

2.1 Defenisi dan Fungsi Rumah ………..……… .. 8

2.2 Pengertian Perumahan dan pemukiman …….………. 11

2.3 Pengertian Optimalisasi ………..………. 13

2.4 Penelitian Terdahulu ...………..………. 13

2.5 Gambaran umum Perumahan dan pemukiman ……… 16

2.5.1 Konsep Perumahan dan Permukiman …..………... 18

2.5.2 Karakteristik Perumahan ..……… 21

2.5.3 Aspek Perencanaan Perumahan ……… 22

2.5.4 Persyaratan Suatu Perumahan dan Pemukiman ……… 24

2.5.5 Pembangunan Perumahan dan Pemukiman ...……… 25

(8)

2.5.6 Maksud dan Tujuan Pembangunan Perumahan ...……...…... 28

2.5.7 Kendala Pembangunan Perumahan ...……...………….. .... 29

2.5.8 Permasalahan Pembangunan Perumahan ……...………….... 31

2.5.9 Sistem Permintaan Perumahan . . . .. .. ……...………….. ... 29

2.6 Fasilitas Lingkungan Perumahan ………...… 37

2.6.1 Jenis Fasilitas Lingkungan Perumahan ………... 38

2.7 Persyaratan Merancang Rumah ………...….. 41

2.8 Dana Pembangunan ………...…... 45

2.8.1 Biaya Desain ………... 46

2.8.2 Biaya Produksi ………... 47

2.8.3 Harga Jual ………... 49

2.8.4 Pajak ………...… 49

2.9 Metode dan Desain Riset Pemasaran………...………. 51

2.9.1 Penentuan Jumlah Sampel ………... 51

2.9.2 Kuisioner ………... ...… 51

2.10 Metode Simpleks ……...…...…...…...……...………. 52

2.10.1 Slack dan Surplus Variables ………...…... 57

2.10.2 Limitasi Metode Simpleks………...… 59

2.10.3 Cara Operasional ………...………... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 62

3.1 Data Yang Diperlukan ………... 62

3.2 Metode Pengumpulan Data ………... 63

3.3 Metode Pengolahan Data ………....………... 64

(9)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ………. 71

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 71

4.2 Penentuan Sumber Data ………. 73

4.3 Deskripsi Tipe Rumah yang Dikembangkan……… 74

4.4 Perhitung Biaya (cost) ………..……… 77

4.5 Perhitungan Menggunakan Metode Simpleks……… 80

4.5.1 Variabel Keputusan ………... 80

4.5.2 Fungsi Tujuan ………... 80

4.5.3 Fungsi batasan ………...…... 82

4.5.4 Formulasikan Fungsi dengan Metode Simpleks ..…...…... 84

4.5.5 Mentabulasikan Formulasi Fungsi dan Fungsi Kendal …... 86

4.5.5.1 Membuat Tabel Simpleks Awal …... 86

4.5.5.1 Melakukan Iterasi...…... 86

4.6 Hasil ………...………… 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 97

5.1 Kesimpulan ……… 97

5.2 Saran ………. 97

Daftar Pustaka ………. ... 98

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sumber Biaya Investasi ……… 73

Tabel 4.2 Sumber Biaya Operasional dan Pemeliharaan………. 74

Tabel 4.3 Deskripsi Tipe Rumah yang Dikembangkan..………. 75

Tabel 4.4 Harga Biaya Investasi ……..……… 78

Tabel 4.5 Harga Operasional dan Pemeliharaan ……… 79

Tabel 4.6 Rekapitulasi Biaya Rumah Tiap Tipe rumah....….….….….….….…. 81

Tabel 4.7 Tabel Simpleks Awal ……..……… 87

Tabel 4.8 Pemilihan Kolom dan Baris Kunci ……… 87

Tabel 4.9 Tabel Simpleks Hasil Iterasi Pertama……… 90

Tabel 4.10 Pemilihan Kolom dan Baris Kunci Tahap Kedua……… 90

Tabel 4.11 Tabel Simpleks Hasil Iterasi kedua ……… 91

Tabel 4.12 Pemilihan Kolom dan Baris Kunci Tahap Ketiga……… 91

Tabel 4.13 Tabel Simpleks Hasil Iterasi ketiga ……… 92

Tabel 4.14 Pemilihan Kolom dan Baris Kunci Tahap Keempat……… 92

Tabel 4.15 Tabel Simpleks Hasil Iterasi Keempat atau Hasil Akhir ……… 93

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagramatis Cara Penyelesaian Proses Tahap Tunggal pada Metode

Simpleks……….………... 58

Gambar 2.2 Diagramatis Cara Penyelesaian Proses Tahap Ganda pada Metode

Simpleks……….………... 58

(12)

ABSTRAK

Kebutuhan manusia akan rumah tinggal kini telah meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Melihat keadaan ini banyak pengembang yang bermunculan untuk menyediakan rumah tempat tinggal. Tantangan yang dihadapi pengembang perumahan adalah memformulasikan jumlah tipe rumah yang akan dikembangkan sehingga memenuhi aspek pasar dan mengoptimalkan pemanfaatanlahan lahan yang tersedia. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui komposisi optimal dari jumlah rumah yang akan dibangun sehingga mencapai solusi optimum.

Metode optimasi yang digunakan adalah metode simpleks, yang akan dilanjutkan dengan menggunakan tabel Alternatif pilihan untuk membulatkan bentuk desimal dari hasil akhir perhitungan sebelumnya. Studi kasus pada penelitian ini adalah proyek Pembangunan Perumahan CitraLand Bagya City yang berlokasi di pancing, Medan tembung. Tipe rumah yang dibangun adalah tipe Gioura, Majorca, Icaria, dan Elba. Perbandingan luasan bangunan (m2) dengan luasan tanah (m2) serta harga per unit masing-masing tipe rumah adalah tipe Gioura (295/324) dengan harga Rp. 4.062.432.000 per unit, rumah tipe Majorca (212/230) dengan harga Rp. 2.781.504.000 per unit, rumah tipe Icaria (163/144) dengan harga Rp. 1.965.716.000 per unit, dan rumah tipe Elba (155/144) dengan harga Rp. 1.906.080.000 per unit.

Hasil analisis menunjukkan komposisi optimum jumlah dari masing-masing tipe rumah yang dibangun adalah rumah tipe Gioura sebanyak 32 unit, rumah tipe Majorca (B) sebanyak 22 unit, rumah tipe Icaria (C) sebanyak 10 unit, rumah tipe Elba sebanyak 63 unit dengan keuntungan yang diperoleh Rp. 55.647.037.937,-

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan pemukiman dan rumah tinggal pasti sudah merupakan

kebutuhan pokok rakyat (basic needs) baik di kota maupun di desa disamping kebutuhan akan pangan dan sandang. Namun kebutuhan ini khusus menunjuk

kota-kota besar, karena kebutuhan itu tidak terlalu begitu mendesak di desa-desa atau

kota-kota kecil. Di desa-desa atau kota-kota kecil itu, umumnya tidak akan terlalu

sulit untuk mendapatkan rumah tinggal dan pemukiman yang memadai

(Budihardjo, 1998).

Tempat tinggal merupakan salah satu elemen yang sangat vital bagi

kehidupan manusia untuk dapat menikmati kehidupan yang layak. Pembangunan

perumahan dan permukiman dewasa ini menunjukkan perkembangan yang cukup

besar. Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan salah satu solusi untuk

memenuhi tingginya tingkat kebutuhan perumahan dan permukiman sebagai akibat

dari meningkatnya jumlah penduduk terutama di perkotaan.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat berakibat pada

kebutuhan akan rumah juga meningkat. Melihat keadaan ini banyak pengembangan

yang bermunculan untuk meyediakan rumah tempat tinggal. Rumah yang

dikembangkan mulai dari rumah tipe sangat sederhana sampai tipe mewah.

Pengembang biasanya lebih tertarik mengembangkan tipe rumah mewah karena

keuntungannya lebih besar dibandingkan jika mengembangkan tipe rumah

(14)

sederhana sesuai kemampuan mereka. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap

tipe rumah sederhana merupakan permasalahan bagi pemerintah dalam rangka

meningkatkan kualitas kehidupa masyarakat. Upaya pemerintah agar pengembang

menyediakan tipe rumah sederhana telah banyak dilakukan. Upaya pemerintah ini

tertuang dengan disahkannya undang-undang no 4 tahun 1992 tentang perumahan

dan permukiman (UUPP) tentang upaya penataan dan pengendalian tanah untuk

perumahan.

Pengembang dalam perencanaan dan pembangunan juga dibatasi dengan

kebijakan pemerintah yang tertuang dalam surat keputusan bersama antara Menteri

Dalam Negeri (No.648.384), Menteri Pekerjaan Umum (No.09/KPTS/1992) tanggal

16 November mengenai hunian berimbang.

Kriteria perimbangan dimaksud adalah meliputi rumah sederhana, rumah

menengah, rumah mewah dengan perbandingan sebesar 6 (enam) atau lebih,

berbanding 3 (tiga) atau lebih, berbanding 1 (satu), sehingga dapat terwujud

lingkungan hunian yang serasi yang dapat mengakomodasikan kelompok masyarakat

dalam berbagai status sosial, tingkat ekonomi dan profesi. Pola hunian ini lebih

dikenal dengan sebutan 1 : 3 : 6 (Blaang, C. 1986).

Melihat keadaan ini, banyak pengembang yang bermunculan untuk

meyediakan rumah tinggal yang siap huni dan tipenya pun beragam, ada

pengembang rumah untuk kalangan menengah kebawah dan ada pula untuk kalangan

menengah ke atas. Namun tidak sedikit pengembang yang mengkombinasikan

keduanya yaitu dengan mengembangkan perumahan untuk kalangan menengah

(15)

Salah satu pengembang perumahan adalah ciputra group yang

mengembangkan perumahan “CitraLand Bagya City” yang pada saat ini masih

dalam tahap pengembangan. Lokasi pembangunan perumahan dipilih di pancing,

Medan tembung karena melihat lokasinya yang strategis, berada di daerah

permukiman dan dekat dengan pusat fasilitas-fasilitas umum. Luas lahan yang akan

dibangun sebesar 211 ha dimana kota tersebut terintegrasi dengan perumahan,

perkantoran, area komersil, are CBD, mall, hotel, apartemen, sekolah, universitas,

rumah sakit, water park, serta kawasan hijau dan danau seluas 11 ha. Pembangunan

CitraLand Bagya City terdiri dari 4 tahap, dimana tahap pertama perkembangan

seluas 62 ha. Pembangunan 852 unit rumah tinggal. Pembangunan kawasan

komersial terdiri dari 781 unit ruko, 17 kavling komersial, dan kawasan superblok.

Terdiri juga kawasan hiburan keluarga yang terdiri dari water park seluas 1,5 ha,

family club seluas 1,1 ha, lakes & greenry seluas 2 ha. Tugas akhir ini akan

membahas proyek pengembangan perumahan Citraland Bagya City yang dikerjakan

oleh PT. Karya Sarana Global. Dimana proyek tersebut terdiri dari beberapa tipe.

Pemilihan tipe rumah disesuaikan dengan luas lahan yang ada dan juga sesuai

dengan konsep perumahan berupa oasis dengan desain landscape yang indah seperti

destinasi tropis ternama di dunia..

Dalam pembangunan perumahan Citraland Bagya City dibangun beberapa

tahap. Pada tahap pertama dibangun beberapa tipe rumah. Tipe rumah yang akan

(16)

1. Type GIOURA (295/324), mempunyai luas bangunan 295 meter persegi

dibangun diatas tanah seluas 324 meter persegi.

2. Type MAJORCA (212/230), mempunyai luas bangunan 200 meter persegi

dibangun di atas tanah seluas 210 meter persegi.

3. Type ICARIA (163/144), mempunyai luas bangunan 163 meter persegi

dibangun di atas tanah seluas 144meter persegi.

4. Type ELBA (155/44), mempunyai luas bangunan 155 meter persegi dibangun

di atas tanah seluas 144 meter persegi.

Karena adanya kebijakan hunian perimbangan dalam pengembangan

perumahan yang telah dijelaskan diatas menjadi permasalahan bagi pengembang

untuk mengoptimalkan jumlah masing-masing tipe rumah yang akan dikembangkan

agar mendapatkan keuntungan maksimal.

1.2 Perumusan Masalah

Mengoptimalkan produksi tipe rumah yang akan dibangun merupakan suatu

tahapan proses perencanaan untuk memperoleh komposisi tipe rumah sehingga

memenuhi syarat perimbangan yang telah ditetapkan.

Penelitian ini menentukan optimalisasi komposisi dari tipe rumah yang

dibangun pada proyek pengembangan perumahansehingga mencapai solusi optimum

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui komposisi dari tipe rumah yang akan dibangun pada

proyek pengembangan perumahan sehingga mencapai solusi optimum.

2. Untuk mengetahui keuntungan maksimal yang diperoleh dari tiap tipe rumah

yang akan dibangun pada proyek pengembangan perumahan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan pengalaman bagi penulis dalam bidang bisnis properti.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang

jelas bagi pengembang untuk menentukan komposisi dari tipe rumah.

3. Memberikan masukan bagi pengembang untuk memperoleh keuntungan yang

maksimal.

4. Sebagai masukan bagi pihak yang akan melaksanakan proyek pengembangan

(18)

1.5Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini, maka isi

tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan rangkaian studi atau rancangan yang akan

dilakukan meliputi latar belakang rumusan masalah, maksud dan

tujuan, batasan masalah, gambaran umum mengenai lokasi

penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi yang terdahulu

yang relevan dengan pembahasan ini. Selain itu pada bab ini juga

akan dibahas mengenai acuan ataupun pedoman yang dipakai dalam

penyusunan tugas akhir ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini

termasuk pemilihan lokasi penelitian, pengumpulan data, langkah

penelitian analisis data dan perhitungan dalam menganalisis.

BAB IV : ANALISIS DATA

Berisikan pembahasan mengenai data-data yang dikumpulkan dari

hasil survey lapangan ataupun data sumber dari dinas terkait

kemudian dianalisis sehingga diperoleh hasil akhir dari analisis

(19)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari

pembahasan dan analisis bab sebelumnya mengenai hasil analisis

yang menjadi informasi penting dari pembahasan tulisan penelitian

ini untuk dijadikan pertimbangan serta saran tindak lanjut terhadap

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Fungsi Rumah

Berdasarkan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia no. 10

tahun 2012 pasal 1 rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat

tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat

penghuniannya serta asset bagi pemiliknya.

Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan

(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat

kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah

dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan,

beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni

memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus

menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk

hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi

ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa

hidupnya (Frick dan Widmer, 2006:1).

Rumah merupakan suatu bangunan, tempat manusia tinggal dan

melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat

berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada

norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Jadi setiap

(21)

berbeda antara satu perumahan dengan perumahan yang lain, tergantung pada daerah

ataupun keadaan masyarakat setempat (Sarwono dalam Budihardjo, 1998 : 148).

Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal

selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia, maupun

hewan, namun tempat tinggal yag khusus bagi hewan biasa disebut sangkar, sarang,

atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep – konsep sosail –

kemasyarakatan yang tejalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga,

tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dan lain- lain. (Wikipedia, 2010).

Rumah juga merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia,

seperti iklim, musuh, penyakit, dan sebagainya. Untuk dapat berfungsi secara

fisiologis, rumah haruslah dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan, seperti

listrik, air bersih, endela, ventilasi, tempat pembuangan kotoran dan lain- lain.

(Koesputranto, 1998 : 45).

Rumah berfungsi sebagai wadah untuk lembaga terkecil masyarakat manusia,

yang sekaligus dapat dipandang sebagai “shelter” bagi tumbuhnya rasa aman atau

terlindung. Rumah juga berfungsi sebagai wadah bagi berlangsungnya segala

aktivitas manusia yang bersifat intern dan pribadi. Jadi, rumah tidak semata-mata

merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan dan

pengaruh fisik belakang melainkan juga merupakan tempat bernaung untuk

melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka, melainkan

juga merupakan tempat tinggal, tempat berisitirahat setelah menjalani perjuangan

hidup sehari-hari (Ridho, 2001 : 18).

Turner (dalam Jenie, 2001 : 45), mendefinisikan tiga fungsi utama yang

(22)

 Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada

kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah. Kebutuhan

akan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat

berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat

 Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk

berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi

pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam

pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna

mendapatkan sumber penghasilan.

 Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya.

keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan

keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan

keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan (the form of tenure).

Poespowardojo (dalam Budihardjo, 1998 : 138), menyimpulkan bahwa rumah

menunjukkan fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia yaitu :

 Fungsi pertama rumah menunjukkan tempat tinggal. Orang yang

bermukim berarti tinggal di suatu tempat. Secara fisis orang dikatakan

bertempat tinggal, apabila ia telah menemukan lingkungan alamnya yang

cocok baginya serta mempunyai peralatan yang ia butuhkan untuk

bertempat tinggal.

 Fungsi kedua ialah bahwa rumah merupakam mediasi antara manusia dan

dunia. Dengan mediasi ini terjadilah suatu dialetik antara manusia dan

dunianya. Dari keramaian dunia manusia menarik diri ke dalam rumahnya

(23)

 Sebagai fungsi ketiga rumah merupakan arsenal, dimana manusia

mendapatkan kekuatannya kembali.

Secara garis besar, rumah memiliki fungsi (Doxiadis dalam Dian, 2009), yaitu:

 Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.

 Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.

 Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.

 Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.

 Rumah menunjukan tempat tinggal.

 Rumah merupakan mediasi antara manusia dan dunia.

 Rumah merupakan arsenal, yaitu tempat manusia mendapatkan kekuatan

kembali.

2.2 Pengertian Perumahan dan Pemukiman Menurut Undang-Undang

Bila dikaji melalui pengertian yang tertuang dalam undang-undang No. 4 Tahun

1992 tentang perumahan dan permukiman. Undang-undang ini yang dimaksud

dengan :

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian

dan sarana pembinaan keluarga.

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkukangn hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

sarana lingkungan.

3. Permukimana adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasa lindung,

(24)

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai

bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana

lingkungan yang terstrktur.

5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memugkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjag, yang berfungsi untuk

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.

Berdasarkan undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan

pemukiman :

1. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang

layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat

penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik

perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan

utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

3. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari

satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,

serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau

(25)

2.3 Pengertian Optimalisasi

Menurut Tim Penyusun kamus bahasa Optimalisasi merupakan proses, cara

atau perbuatan mengoptimalkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik,

paling tinggi atau paling menguntungkan.

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Judul : Optimalisasi Komposisi Jumlah Masing-Masing Tipe

Rumah Pada Pembangunan Perumahan Dengan Metode

Simpleks (Studi Kasus : Pembangunan Perumahan Taman

Nuansa Tjampuhan)

Penulis : Putu Darma Warsika, Universitas Udayana, 2012.

Kesimpulan : Dari analisa pemelihan tipe dan jumlah rumah pada proyek

pembangunan perumahan Taman Nuansa Tjampuhan yang

telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk

mendapatkan keuntungan maksimal, maka komposisi

optimal dari tipe rumah yang dibangun adalah rumah tipe

Gambuh sebanyak 27 unit, rumah tipe pendet sebanyak 211

unit. Dengan komposisi rumah sepertiseperti tersebut diatas,

maka didapat keuntungan optimal sebesar Rp.

31.396.000.000. dimana keseluruhan rumah tersebut

dibangun di atas lahan seluas 71.500 m2.

2. Judul : Optimalisasi Jumlah Produksi Tipe Rumah Pada Proyek

Pengembang Perumahan Dengan Menggunakan Metode

(26)

Penulis : Rini Febri Utari dan Andi SA, Universitas Muhammadiyah

Malang, 2012.

Kesimpulan : Berdasarakan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

-Pemodelan optimalisasi produksi tipe rumah pada cluster

GreendWood Golf dengan menggunakan metode simpleks

yaitu terdidir dari fungsi tujuan dengan formulasi Z =

56,836X1 + 68,104X2 + 78,811X3 + 105,258X4 + 115,535X5 + 130,732X6 + 110,404X7 + 122,558X8 +

223,490 X9 + 294,057 X10 dan fungsi batasan yang terdiri dari batasan luasan lahan dengan formulasi

130X1 + 170X2 + 162X3 + 144X4 + 162X5 + 180X6 +

144X7 + 162X8 + 200 X9 + 375 X10 < 10000

Batasan biaya produksi (dikalikan 1000) dengan formulasi

341,914X1 + 437,096X2 + 435,398X3 + 445,242X4 +

493,965X5 + 589,768X6 + 722,696X7 + 796,067X8 + 925,010 X9 + 1,360,443 X10 < 358,500,000

Batasan permintaan pasar (proporsi rumah sederhana

berbanding rumah menengah 6 : 3) dengan formulasi

X1 + X2 + X3 + X4 + 2X5 + 2X6 + 2X7 + 2X8 = 0

Batasan permintaan pasar (proporsi rumah menengah

berbanding rumah mewah 3:1) dengan formulasi

(27)

Kendala 5 : Batasan permintaan pasar (proporsi rumah

sederhana berdanding rumah mewah, 6:1) dengan formulasi

X1 + X2 + X3 + X4 - 6X9 - 6X10

Dimana X1... X10 adalah tipe rumah yang ditawarkan.

- Optimalisasi produksi dengan menggunakan metode

simpleks pada cluster GreenWood Golf dengan bantuan

software Microsoft Excel-solver dan QM diperoleh nilai

X1 = 0, X2 = 0, X3 = 0, X4 = 387, X5 = 0, X6 = 99, X7 = 95, X8 = 0, X9 = 64, X10 = 0, hal ini menunjukkan untuk

memperoleh laba maksimum maka tipe yang akan dibangun

adalah tipe sederhana yaitu tipe 65/144 sebanyak 387 unit,

tipe ,menengah yaitu tipe 96/180 sebanyak 69 unit dan tipe

141/144 sebanyak 95 unit sedangkan untuk tipe mewah

yaitu tipe 221/220 sebanyak 64 unit dengan keuntungan

maksimum sebesar Rp.78.483.073.000,-

- Perbandingan proporsi jumlah tipe rumah antara kondisi

existing dibandingkan dengan menggunakan metode

simpleks adalah pada kondisi existing, rencana

pembangunan terdiri dari sepuluh tipe dengan total 521 unit

rumah dengan keuntungan sebesar Rp. 75.092.072.000,-

sedangkan dengan menggunaan metode simpleks hanya

dibangun empat macam tipe dengan total 636 unit rumah

dengan keuntungan maksimal Rp. 78.483.073.000,-. Dari

(28)

menggunakan metode simpleks memperoleh keuntungan

lebih besar yaitu kurang lebih 3,3 milyar.

3. Judul : Optimalisasi Jumlah tipe Rumah yang akan Dibangun

Dengan Metode Simpleks Pada Proyek Pengembangan

Perumahan .

Penulis : Dewa Ketut Sudarsana, Universitas Udayana, 2009.

Kesimpulan : Dari hasil analisis dengan metode simpleks didapat

komposisi optimum jumlah tipe rumah yang akan

dikembangkan pada proyek pengembangan perumahan

Taman Wira Umadui adalah rumah tipe A sebanyak 28 unit

, tipe B sebanyak 17 unit dan tipe C sebanyak 54 unit

dengan keuntungan didapat sebesar Rp.7.171.000.000,-

2.5 Gambaran Umum Perumahan dan Pemukiman

Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan

mempunyai peraan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa,

dan perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan

dan penghidupan masyarakat. Perumahan dan pemukiman tidak dapat dilihat sebagai

sarana kebutuhan kehidupan semata-mata, akan tetapi lebih dari itu merupakan

proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk

memasyarakatkan dan menampakan jati diri.

Untuk menjamin kepastian hukum dan ketertiban umum dalam pembangunan

dan kepemilikan maka setiap pembangunan harus dilakukan di atas tanah yang

(29)

perundang-undangan yang berlaku, serta sistem penyediaan tanah untuk perumahan dan

pemukiman harus ditangani secara nasional, karena tanah merupakan sumber daya

alam yang tidak dapat bertambah. Maka harus digunakan dan dimanfaatkan

sebesar-besarnya bagi kesejahteraa rakyat, agar penggunaan dan pemanfaatannya dapat

dirasakan oleh masyarakat secara adil dan merata tanpa menimbulkan kesenjangan

ekonomi dan sosial dalam proses bermukimnya masyarakat.

Permasalahan pemukiman dan perumahan (papan) yang menjadi salah satu

parameter (tolak ukur) tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu masyarakat,

yang memenuhi standar kesehatan (cukup sirkulasi udara, cahaya, dan terjaga

sanitasinya) dan bangunan yang secara teknis memenuhi persyaratan teknis

perumahan yang layak, masih sangat memprihatinkan. Masih banyak kita jumpai

pemandangan pemukiman kumug dibantaran kali di tanah – tanah tak bertuan dan

atau tanah – tanah negara yang belum difungsikan. Selain persediaan lahan yang

terbatas, hal ini disebabkan juga oleh tidak adanya pemerataan pembangunan di

daerah-daerah, menyebabkan kaum urba berdatangan ke kota-kota besar berusaha

mencari kerja untuk memperbaiki nasib hidupnya.

Oleh karenanya, pembangunan perumahan da pemukiman harus diarahkan

untuk meningkatkan kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah

dengan memperhatikan keseimbangan antara pemngebangan daerah pedesaan dan

daerah perkotaan, memperluas lapangan kerja serta menggerakan kegiatan ekonomi

dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat

Indonesia.

Dalam pembangunan perumahan da pemukiman, perlu ditingkatkan kerja

(30)

Negara (BUMN/BUMD), usaha swasta, dan masyarakat dengan mengindahkan

persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukman yang layak, sehat, aman, da

serasi dengan lingkungan, serta terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, dengan

memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah

dan rendah (Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahu 1993). Pengadaan rumah

sederhana serta peremajaan pemukiman kumuh di daerah perkotaan dan terutama

berpendudukan padat, haruslah dilakukan sesuai dengan peningkatan daya guna dan

hasil guna lahan bagi pembangunan perumahan dan untuk lebih meningkatkan

kualitas lingkungan pemukiman.

Perumahan nasional merupakan suatu pemukiman yang perencanaanya

diangun oleh negara dimana dengan adanya pemukiman tersebut dapat berguna

membantu masyarakat mendapatkan fasilitas rumah tempat tinggal yang layak

dengan harga yang dapat dijangkau serta memiliki sistem pembayaran yang dapat

diangsur.

2.5.1 Konsep Perumahan dan Permukiman

Dalam UU no.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan permukiman, perumahan

dan permukiman dibedakan sebagai berikut : permukiman adalah bagian dari

lingkungan hidup diluar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan

pedesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan perumahan adalah

kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hnian plus

prasarana dan sarana lingkungan.

Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada

(31)

paduan antara wadah dengan isinya yaitu manusia yang hidup bermasyarakat dan

berbudaya didalamnya. Bagian permukiman yang disebut sebagai wadah tersebut,

merupakan paduan tiga unsur yaitu : alam (tanah, air, udara) lindungan (shells) dan jaringan (networks), sedang isinya adalah manusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar dan di dalam itulah diciptakan lindungan (rumah dan gedung lainnya)

sebagai tempat tinal, serta menjalankan fungsi lain. Sedangkan jaringan, seperti

misalnya jalan dan jaringan utilitas merupakan unsur yang memfasilitasi hubungan

antar sesama, maupun antar unsur yang satu dengan yang lain. Secara lebih

sederhana dapat dikatakan bahwa permukiman adalah paduan antar unsur.

Adapun prasaran dalam ligkungan perumahan berdasarkan keputusan menteri

PU no. 20/KTPS/1986 tentang pedoman Teknik Pembangunan Perumahan

Sederhana tidak bersusun disebutkan :

1. Jalan

Jalan adalah jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas

kendaraan dan orang. Prasarana lingkungan yang berupa jalan lokal, sekunder

yaitu jalan setapak dan jalan kendaraan memiliki standar lebar bada jalan

minimal 1,5 meter dan 3,5 meter.

2. Air limbah

Air limbah adalah semua jenis buangan air yang mengandung kotoran dari

rumah tangga. Prasarana untuk air limbah pemukiman :

 Septik tank dan bidang resapan . Apabila kemungkinan membuat

septik tank tak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi

dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat

(32)

3. Air hujan

Setiap lingkungan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan

yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehngga lingkungan

perumahan bebas dari genangan air.

4. Air bersih

Adalah air yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga setiap

lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan prasarana air bersih yang

memenuhi persyaratan.

 Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari

jaringan dan kota

 Penyediaan air bersih kota atau penyediaan air bersih lingkungan

harus dapat melayani kebutuhan perumahan

 Harus tersedia sistem plambing di rumah dan meteran air untuk

sambungan rumah

 Untuk sambungan halaman tidak harus tersedia plambing dirumah,

hanya sampai halaman saja. Namun harus tersedia meteran air.

5. Supply listrik

 Untuk perumahan : satu unit kediaman minimum disediakan jatah 450

AV

 Untuk penerangan jalan umum

6. Jaringan telepon pembangunan perumahan sedhana sebaiknya dilengkapi

(33)

2.5.2 Karakteristik Perumahan

Menurut Mahfud Sidik (2000), karakteristik perumahan yang bersifat unik

terutama menyangkut hal-hal sebagai berikut :

1. Lokasinya yang tetap dan hampir tidak mungkin dipindah

2. Pemnfaatannya dalam jangka panjang

3. Bersifat heterogen secara multidimensional, terutama dalam lokasi, sumber

daya alam dan preferensinya.

4. Secara fisik dapat dimodifikasi.

John Turner dalam Sabari (1999) mengemukakan beberapa dimensi yang

bergerak paralel dengan mobilitas tempat tinggal, ada 4 dimensi yang perlu

diperhatikan dalam mencoba memahami dinamika perubahan tempat tinggal pada

suatu kota.

a. Dimensi Lokasi

Dimensi ini mengacu pada tempat-tempat yang dianggap paling cocok untuk

bertempat tinggal dalam kondisi dirinya (lebih ditekankan pada penghasilan

dan siklus kehidupannya), lokasi dalam konteks ini berkaitan erat dengan

jarak terhadap tempat kerja (accessibility to employment).

b. Dimensi Perumahan

Dimensi ini berkaitan dengan aspirasi perorangan atau sekelompok orang

terhadap macam dan type rumah yang diinginkan sesuai dengan penghasilan

(34)

c. Dimensi Siklus Kehidupan

Dimensi ini membahas tentang tahap-tahap seseorang mulai menapak dalam

kehidupan mandirinya, dimana semua kebutuhan hidupnya ditopang oleh

penghasilannya sendiri.

d. Dimensi Penghasilan

Dimensi ini berkaitan dengan besar kecilnya penghasilan seseorang yang

dikaikan dengan lamanya menetap di suatu kota.

Teori diatas didasarkan pada asas keseimbangan, dimana mengandung

pengertian bahwa mereka yang lebih kuat ekonominya akan memperoleh sesuatu

yang lebih baik dalam hal lokasi perumahan. Kondisi ini merupakan gabungan dari 3

prioritas dalam lingkungan perumahan yaitu;

a. Masalah penguasaan tempat tinggal, dengan melihat kemampuan

ekonomi seseorang akan mampu memutuskan yang terbaik buat dirinya

apakah menyewa atau memiliki perumahan.

b. Masalah lokasi, disini seseorang harus menentukan lokasi tempat tinggal

yang dianggap paling sesuai. Apakah dekat dengan pusat kota, dekat

dengan tempat kerja atau di daerah pinggiran kota.

2.5.3 Aspek Perencanaan Perumahan

Aspek aspek yang mendasari perencanaan perumahan antara lain adalah :

 Lingkungan

Hal utama yang hatus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah

manajemen lingkungan yang baik dan terarah, karena lingkungan suatu

perumahan merupakan faktor yang sangat menentukan dan keberadaannya

tidak boleh diabaikan. Hal tersebut dapat terjadi karena baik-buruknya

(35)

 Daya Beli (affordability)

Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan

pembangunan yang telah dicanangkan sesuai dengan programnya. Di dalam

perencanaan perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukuran

bangunan, kebutuhan ruang, konstruksi bangunan, maupu bahan bangunan

yang digunakan dengan jangkauan pelayanannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antara lain :

 Pendapatan per kapita sebagian besar masyarakat yang masih relatife

rendah (di bawah standar).

 Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat, terutama di daerah

pedesaan, masih relatif rendah.

 Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga

memicu timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi, dimana hal ini

berdampak terhadap persaingan antara golongan yang berpenghasilan

tinggi dengan masyarakat berpenghasilan rendah, seoal-olah fasilitas

dan kemajuan pembangunan (termasuk perumahan) hanya dapat

dinikmati oleh kaum yang berpenghasilan tinggi saja.

 Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga

mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan

mengembangkan modal.

 Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan,

yang berdampak dengan melambungnya harga rumah, baik untuk

(36)

 Kelembagaan

Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di

perkotaan maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai

pihak yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta

menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya keberhasilan itu.

2.5.4 Persyaratan Suatu Perumahan dan Pemukiman

A. Persyaratan dasar perumahan

Kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan-persyaratan beriut :

 Aksesibilitas yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan. Dalam

kenyataanya berwujud jalan dan transportasi.

 Kompatibilitas yaitu keserasian dan keterpaduan antar kawasan yang

menjadi lingkungannya.

 Fleksibilitas yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan

perumahan dikaitakn dengan kondisi fisik lingkungan keterpaduan

prasarana.

 Ekologi yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.

B. Persyaratan dasar permukiman

Suatu bentuk permukiman yang idela di kota merupakan pertanyaan yang

menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab Perumahan dan

Permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang

terdiri dari berbagai aspek.

Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik

(37)

 Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak tergaggu oleh kegiatan lain

seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada

pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya.

 Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperi pelayanan

pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain- lain.

 Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan

cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang

lebat sekalipun.

 Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang

siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.

 Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/tinja yang dapat dibuat dengan sistem

individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik

komunal.

 Permukiman harus dilayani oleh fasilitas embuangan sampah secara teratur

agar lingkungan permukima tetap nyaman.

 Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,

lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai

skala besarnya permukiman itu.

 Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

2.5.5 Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Ada berbagai cara untuk pembangunan pemukiman, antar lain pembangunan

secara individual dan tidak terorganisir, pembangunan oleh pengembang

(38)

1. Pembangunan Perumahan Secara Individual yang Tidak Terorganisasi

Apabila seseorang memiliki sebuah laha di kota, maka ia akan membangun

rumah. Peminat pembangun rumah ini akan mengajukan permohonan ijin

mendirikan bangunan kepada Pemkot, yang harus dilengkapi dengan advis planning.

Pada advis planning itu akan tergambar letak bangunan dan letak rencana jalan yang

ada di depan bangunan. Dalam hal ini, yang sering terjadi adalah jalan tersebut

belum dibuka oleh pemeritah, sehingga pemilik bangunan menggunakan jalan kecil

yang ada di lapangan yang tidak sesuai dengan rencana kota. Lambat laun jalan yang

ada tadi akan dikembangkan oleh penduduk sekitar atau oleh lurah melalui proyek

bantuan pembangunan desa.

Dan kemudian akan terus bertambah bangunan-bangnan lain pada jalan yang

tidak mengikuti rencana kota itu sehingga pada akhirnya rencana kota yang akan

menyesuaikan dengan keadaan yang sudah terjadi. Kemungkinan jangkauan

pengawasan pembangunan kota belum sampai ke seluruh penjuru kota sehingga

banyak menimbulkan munculnya bagunan yang tidak memiliki izin dan tidak sesuai

denga rencaan kota. Selain itu biasanya para pemilik tanah tidak mau menyisihkan

sebagian dari tanahnya untuk rencana jalan. Lambat laun kawasan kota yang

dibangun secara individual akan menjadi kawasan kota yang tidak teratur

perencanaanya.

2. Pembangunan oleh Pengembang

Istilah lainnya adalah real estate yang dilaksanakan dengan cara membeli

sejumlah lahan dan direncanakan untuk pembangunan dan setelah selesai dibangun

(39)

 Pembangunan seperti ini memiliki beberapa keuntungan yaitu :

a. Rencana tapak disesuaikan dengan rencana kota dan standar yang ada

karena rencana ni telah dibuat secara keseluruhan dan diperiksa serta

diarahkan terlebih dahulu oleh aparat pemerintah dan setelah

memperoleh persetujuan baru dilaksankan.

b. Lahan untuk fasilitas umum dan sosial dapat sekaligus disediakan oleh

pengembang.

c. Ligkungan pemukiman ini di samping tertata baik juga memperhatikan

estetika lingkungan dan bangunan

d. Semua bangunan pasti memiliki izin bangunan.

 Tapi pembangunan seperti ini juga memiliki faktor negatif seperti :

a. Harga rumah lebih mahal karena pengembang mengejar keuntungan.

b. Kualitas rumah tidak sesuai dengan apa yang ditawarkan karena

pelaksanaan pembangunan rumah dalam jumlah besar maka

pengawasannya menjadi berkurang.

c. Para pengembang hanya memfokuskan prasarana pada lokasi

pemukiman, padahal prasarana seperti drainase berkaitan dengan sistem

permukiman. Sekeliling kawasan permukiman yang baru dibangun

sering terkena genangan air karena pengemang tidak membangun

drainase pembuang air keluar dari kawasan pemukiman, melainkan

menaikkan elevasi kawasan yang dibangunnya. Hasilnya adalah

kawasan pembangunan itu tidak terjadi banjir, melainkan memindahkan

banjirnya ke kawasan sekelilingnya yang sebelumnya tidak terjadi

(40)

cenderung hanya membangun rumah menengah dan rumah mewah, dan

enggan membangun rumah sederhana dan sangat sederhana.

3. Pembangunan Permukiman oleh Perum Perumnas

Perum Perumnas juga bersifat pengembang tapi perusahaan ini lebih

memfokuskan kegiatannya pada permukiman dan rumah-rumah tingkat menengah ke

bawah. Agar dapat bersaing maka prasarana ke lokasi Perum Perumnas sering kali

dibangun oleh pemerintah.

PT. Perumahan Nasional (Persero) yang sering disingkat Perumnas

merupakan pengembang (developer) yang dibentuk oleh pemerintah dalam melaksanakan pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah

diperkotaan. Dalam pelaksanaannya, Perumnas menerapkan beberapa cara antara

lain dengan membangun : kapling siap bangun, rumah inti, rumah sederhana dan

ruma susun.

2.5.6 Maksud dan Tujuan Pembangunan Perumahan dan Permukiman

 Secara Umum :

- Memperbaiki keadaan permukiman dan lingkungannya untuk

menngkatkan kesejahteraan sosial masyarakat.

- Mengembangkan dan meningkatan sarana, prasaraan dan fasilitas

lingkungan.

- Meningkatkan dan memanfaatkan kembali fungsi-fungsi perkotaan dan

lebih mengutamakan tata guna tanah.

 Secara khusus, menurut undang-undang No.4 tahun 1992 tentang

Perumahan dan Pemukiman dijelaskan bahwa penataan perumahan dan

(41)

- Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar

manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan

masyarakat.

- Mewujudkan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,

aman, serasi dan teratur.

- Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk

yang rasional.

- Menunjukkan pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan

bidang lainnya.

2.5.7 Kendala Pembangunan Perumahan

Pelaksanaan pembangunan perumahan dan pemukiman tentu tidak lepas dari

berbagai kendala, yang antara lain berupa :

a. Terbatasnya lahan yang tersedia

Terbatasnya lahan, baik diperkotaan maupun pedesaan, yang dibarengi

dengan meningkatnya pemangunan serta perkembangan jumlah penduduk yang

pesat, telah mengakibatkan adanya ketimpangan antara jumlah permintaan dengan

penawaran. Ketimpangan ini memacu meningkatnya nilai lahan yang digunakan

untuk mengembangkan perumahan dan pemukiman sehingga untuk mendapatka

lahan, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah semakin sulit.

b. Rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat

Kondisi sosial ekonomi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah,

juga merupakan kendala bagi pembangunan perumahan dan permukiman yang sehat

dan layak. Kondisi perumahan dan pemukiman yang kurang layak huni merupakan

(42)

masyarakat akan pentingnya pemeliharaan lingkungannya yang bersih bagi

kesehatan mereka.

c. Terbatasnya informasi

Faktor lain yang menjadi kendala dalam pembangunan perumahan dan

pemukiman adalah keterbatasan informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan

pengadaan dan teknologi pembangunan perumahan dan pemukiman terutama bagi

masyarakat yang berpenghasilan rendah dan berdaya beli rendah.

d. Terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah

Kendala yang berkaitan dengan kemampuan Pemerintah Daerah adalah

terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan perumahan

dan pemukiman itu, disamping keterbatasan dalam penyediaan sarana dan

prasrananya.

Dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Perumahan yang ditulis oleh

Suparno sastra m dan Endy Marlina, disana juga dipaparkan beberapa kendala yang

dihadapi mengenai permasalahan perumahan dan permukiman ini, yaitu :

1. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi

masyarakat yang berpenghasilan rendah.

2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingkat

golongan masyarakat.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha

4. Penyediaan prasarana dan sarana perumahan dan permuiman yang serasi dan

berkelanjutan.

5. Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan

(43)

2.5.8 Permasalahan Pembangunan Perumahan

Meskipun pembangunan perumahan dan permukiman sudah dircanangkan

semenjak masa pemerintahan Orde Baru, yaitu berupa program pembangunan

nasional dalam bentuk PJP I, akan tetapi sampai sekarangpun masih terdapat

permasalahan-permasalahan pembangunan perumahan yang belum dapat diatasi.

Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain disebabkan oleh berbagai faktor,

seperti:

1. Faktor Ekonomi dan Sosial

Faktor ekonomi merupakan permasalahan yang sanga mendasar bagi

masyarakat Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang.

Kenyataannya memang masih banyak orang yang berada dibawah garis

kemiskinan sehingga selain memicu timbulnya berbagai permasalahan sosial

juga mengakibatkan rendahnya kemampuan mereka untuk memiliki tempat

hunian (rumah). Pada golongan masyarakat menengah ke bawah ini,

kemampuan ekonomi masih terkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan

sandang dan pangan sebagai kebutuhan pokok hidup (Basic need). 2. Laju Pertumbuhan Penduduk yang Tidak Terkendali

Sebagai negara yang sedang berkembang, indonesia sangat rentan terhadap

masalah kependudukan, di mana laju pertambahan penduduk sangat pesat

sehingga pembangunan sarana perumahan dan permukiman tidak bisa

mengimbangi laju pertambahan penduduk itu.

3. Tingginya Angka Urbanisasi

Dengan adanya pertumbhan dan perkembangan fasilitas di pusat-pusat kota,

(44)

menimbulkan berbagai permasalahan baru terutama di bidang perumahan dan

permukiman.

4. Laju Inflasi yang Tinggi

Salah satu penyebab timbulnya permaslaahn perumahan dan permukiman,

selain yang sudah dibahas diatas adalah tingginya angka inflasi. Karena harga

bahan bangunan terkait erat dengan mata uang asing(dolar), inflasi

mengakibatkan harga bahan bangunan menjadi semakin tinggi. Hal ini tentu

mengakibatkan tertundanya proses pembangunan perumahan dan

permukiman.

2.5.9 Sistem Permintaan Perumahan

Dalam kenyataannya, sistem permintaan perumahan yang terjadi di masyarakat

selalu terkait dengan beberapa hal yang harus dipahami dengan baik agar kita dapat

memperoleh kejelasan tentang hal-hal yag terjadi dalam proses pemenuhannya.

Adapun beberapa hal yang terdapat pada sistem permintaan perumahan adalah

sebagai berikut:

1. Kebutuhan

Kebutuhan (Need) akan perumahan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat objektif, sama untuk semua orang. Pengertian „kebutuhan‟ ini terkait dengan

masalah pemenuhan kebutuhan pokok manusia terhadap sumah sebagai tempat

tinggal atau tempat berlindung. Berdasar fenomena ini maka rumah dipandang

sebagai produk yag diperlukan semua orang dalam upaya melangsungkan

kehidupannya. Produk rumah disini apabila dilihat dalam skala kebutuhan

menurut Maslow merupakan kebuthan yang palig dasar terkait degan

(45)

2. Permintaan

Karakter, selera dan kemmapuan ekonomi setiap orang berbeda-beda dimana hal

itu akan berdampak pada perbedaan tuntutan tiap orang tersebut terhadap

kualitas sebuah hunian. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka terdapat

berbagai variasi kebutuhan terhadap rumah tinggal. Permintaan akan perumahan

yang sesuai dengan selera keinginan, dan kemampuan seseorang dalam rangka

memenuhi kebutuhannya akan tempat tinggal itulah yang disebut

permintaan(demand). Oleh karena itu permintaan akan perumahan merupakan kebutuhan khusus yang bersifatmsubjektif dan berbeda antara individu yang satu

dengan lainnya.

Apabila ditinjau dari faktor penyebabnya, permintaan terhadap perumahan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :

a. Kondisi sosial

Kondisi sosial suatu masyarakat akan mempengaruhi seseorang dalam

menentukan lokasi rumah baru serta lingkungan sosial yang diinginkannya.

Orang yang terbiasa hidup dalam masyarakat pedesaan akan cenderung

menginginkan rumah dilokasi dan lingkungan sosial yang hampir sama

dengan suasana pedesaan. Demikia pula halnya dengan seseorang yang

besar diperkotaan. Pola hidup sehari-hari suatu masyarakat akan membentuk

arakter tertentu yang dapat mempengaruhi cara pandang seseorang yang

pada akhirnya akan sangat mempengaruhi pertimbangan-pertimbanganya

(46)

b. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi seseorang juga merupakan faktor penentu dalam

memutuskan pilihan hunian terkait dengan lokasi, ukuran, dan kualitas

hunian yang diinginkan. Setiap lokasi mempunyai standar harga yang

berbeda-beda. Lokasi dengan akses yang lebih baik, ataupun daerah-daerah

dengan potensi pengembangan yang baik akan mempunyai harga yang

relatif tinggi. Akibatnya, hunian yang dibangun di lokasi seperti itu

mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi. Biasanya lokasi di daerah

pusat kota mempunyai nilai yang relatif tinggi dibandingkan lokasi yang

terletak lebih ke pinggir. Karena tingginya harga tanah, untuk menekan nilai

ekonomi suatu hunian yan ada di pusat kota biasanya dikembangkan secara

vertikal(bertingkat). Hal ini juga merupakan solusi untuk mengatasi tingkat

kepadatan yang cukup tinggi dan terbatasnya luas lahan.

Sebaliknya, perumahan di daerah pinggiran kota biasanya dikembangkan

secara horisontal karena harga tanahnya masih relatif terjagkau. Ukuran

bangunan merupakan aspek lain yang sangat mempengaruhi harga sebuah

hunian. Bangunan dengan jumlah lantai yang lebih banyak (bertingkat) dan

dimensi yang lebih besar akan mempunyai harga yang lebih mahal

dibandingkan dengan bangunan satu lantai, apalagi jika ukurannya lebih

kecil.

c. Kondisi budaya

Latar belakang budaya suatu masyarakat akan membentuk pola hidup dan

pla pikir masyarakat itu. Kondisi budaya ini akan mempengaruhi

(47)

inginkan. Hal itu terutama terkait dengan adat kebiasaan serta tradisi yang

berkembang pada masyarakat itu. Dalam latar budaya suatu masyarakat

terdapat aturan-aturan serta pakem-pakem tertentu yang terkait dengan suatu

bangunan, di mana hal ini akan berpengaruh besar pada pilihan hunian.

Selain itu, suatu budaya biasanya juga mempunyai cara pandang yang

berbeda terhadap lokasi-lokasi hunian yang berbeda. Misalnya, masyarakat

dengan latar budaya Cina tidak akan menyukai rumah yang berada diujung

pertigaan, yang sering disebut tusuk sate, karena mereka percaya bahwa

rumah yang berada di lokasi seperti ini mempunyai aura negatif yang tinggi

yang akan mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan penghuni rumah

dalam jangka panjang.

Latar budaya masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

pemilihan sebuah hunian. Budaya ini akan berpengaruh luas terhadap pola

dan cara hidup, pola dan cara pikir serta adat kebiasaan yang dianut

masyarakat.

3. Perasaan Membutuhkan

Perasaan membutuhkan (felt need) menunjukkan perasaan membutuhkan akan perumahan meskipun sesungguhnya seseorang belum tentu benar-benar

membutuhkan. Perasaan seperti ini mungkin saja timbul karena seseorang

telah memilki rumah yang layak tetapi masih merasa membutuhkan rumah

lainnya. Adanya perasaan seperti ini menunjukkan adanya peningkatan

kebutuhan akan rumah, yang bukan lagi sebagai kebutuhan dasar saja,

namun sudah meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi, misalnya rumaa

(48)

Keinginan akan rumah harus diimbangi dengan kemampuan untuk

memilikinya. Kemampuan dan keinginan ini dapat terdiri atas kemampuan

dan keinginan untuk memiliki, menyewa (mengontrak), dan menumpang

(tanpa bayar sewa).

Untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan, ada dua hal yang harus

dipertimbangkan secara masak agar pemenuhanya dapat mengimbangi

kebutuhan dan terus berkembang, kedua hal tersebut adalah :

a. Supply (penawara), merupakan kemampuan penyediaan rumah yang realisasinya dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan pihak

swasta (pengembang).

b. Demand (permintaan), merupakan animo permintaan masyarakat yang biasanya selalu menunjukkan angka yang lebih tini (subjektif) dibanding

tingkat penawaran yang ada (suplay).

Dengan adanya penawaran dan permintaan perumahan maka akan terjadi

kegiatan jual beli produk perumahan. Pasar perumahan ini terjadi apabila

terjadi kesesuaian antara penawar dan permintaan, yaitu situasi dimana

keinginan masyarakat (dengan pertimbangan sosial, ekonomi, serta budaya)

dapat terpenuhi dan supplier(penyedia) perumahan, baik pemerintah maupun swasta, dapat menyediakannya.

Supplier perumahan dapat berasal dari pemerinta maupun swasta. Pemerintah pada umumnya berlaku sebagai penyedia perumhan dengan

tujuan mencukupi kebutuhan perumahan dengan harga yang terjangkau,

yang dalam jangka panjang bertujuan untuk menghilangkan kekuranga

(49)

dapat berwujud dalam beberapa macam program, misalnya program

pengadaan perumahan baru melalui PERUMNAS ataupun program

permukiman desa. Supplier yang berasal dari sektor swasta mempunyai pertimbangan yang sedikit berbeda dalam memenuhi permintaan terhadap

perumahan ini, karena pihak swasta tentu mempertimbangkan keuntungan

ekonomis dalam kegiatan jual beli perumahan yang dapat menjamin kegiatan

usaha yang layak secara ekonomis(economically feasible).

Secara umum program pengadaan perumahan harus ditunjang dengan dana

pelaksanaan, kemampuan teknis, dan pengolahan. Berdasarkan aspek ini,

kelayakan sebenarnya dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu kelayakan

ekonomi, kelayakan sosial, serta kelayakan strategi.

Kelayakan ekonomi biasanya merupakan pertimangan utama bagi supplier

swasta dalam usaha pegadaan perumahan, meskipun pemerintah tetap

enetapkan aturan pengadaan perumahan, antara rumah mewah, rumah

menengah, dan rumah sederhana dengan angka perbandingan 1:3:6 bagi

usaha pengadaan perumahan. Dan kelayakan selanjutnya biasanya

ditekankan oleh supplier yang berasal dari pemerintah dengan tujuan pengadaan perumahan yang berbeda.

2.6 Fasilitas Lingkungan Perumahan

Fasilitas ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan

mutu kehidupan dan penghidupan dari masyarakat lingkungan sehingga dapat hidup

(50)

Pada dasarnya fasilitas lingkungan ini terdiri dari bangunan-bangunan dan ata

lapangan terbuka yang dibutuhkan masyarakat.

2.6.1 Jenis Fasilitas Lingkungan Perumahan

1. Fasilitas Pendidikan

a. Sekolah Taman Kanak-kanak

Adalah fasilitas pendidikan yang paling dasar yang diperuntukkan untuk

anak-anak usia 5-6 tahun.

 Terdiri dari dua kelas masing-masing dapat menampung 35-40 murid

per kelas dan dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.

 Pencapaian maksimum adalah 500 m

b. Sekolah Dasar (SD)

Adalah fasilitas pendidikan yang dipergunakan untuk anak-anak usia 6-12

tahun.

 Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 40

murid dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.

 Pencapaian maksimum adalah 1000 m.

c. Sekolah Menengah Pertama / Sekolah Lanjutan Pertama

Adalah fasilitas pendidikan yang diperuntukkan untuk menampung

lulusan SD.

 Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 30

murid dan dipakai pagi dan sore.

d. Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Lanjutan Atas

Adalah fasilitas pendidikan yang diperuntukkan untuk menampung

(51)

 Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 30

murid dan dipakai pagi dan sore

2. Fasilitas Pendidikan

a. Puskesmas Pembantu

b. Puskesmas

c. Tempat Praktek Dokter

d. Rumah Bersalin

e. Apotik

3. Fasilitas Perbelanjaan dan Niaga

a. Warung

Adalah fasilitas perbelanjaan terkecil yang melayani kebutuhan

sehari-hari dari unit lingungan terkecil (50 keluarga)

b. Pertokoan

Adalah fasilitas perbelanjaan yang lebih lengkap dari pada warung

meskipun tetap menjual kebutuhan sehari-hari, dapat berbentuk toko PD.

c. Pusat Perbelanjaan Lingkungan

Fungsi utaa sebagai pusat perbelanjaan dan niaga lingkungan yang

menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur-mayur, daging,

buah-buahan, beras, tepung-tepungan, bahan-bahan pakaian,

barang-barag-barang kelontong, alat-alat sekolah, alat-alat rumah tangga dan lain-lain.

4. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Dasar pendekatan untuk menyediakan fasilitas ini adalah untuk melayani

setiap unit administrasi Pemerintah baik yang informi (Rukun Tetangga/

(52)

5 orang per keluarga) maupun yang formil (kelurahan/lingkungan,

kecamatan) dan bkan didasarkan pada jumlah penduduk yang mampu

mendukung fasilitas tersebut.

a. Kelompok 500 keluarga (tingkat RW)

 Pos Hansip dan Balai Pertemuan

 Parkir Umum dan Kaskus Umum

b. Kelompok 6.00 keluarga (tingkat kelurahan)

 Kantor Kelurahan

 Pos Polisi

 Pos Pemadaman Kebakaran

 Parkir Umum dan Kaskus Umum

c. Kelompok 24.000 keluarga (tingkat kecamatan)

 Kantor Kecamatan

 Kantor Polisi

 Kantor Pos Cabang

 Kantor Telepon Cabang

 Pos Pemadaman Kebakaran

 Parkir Umum dan Kaskus Umum

 Gardu Listrik

5. Fasilitas peribadatan

Fasilitas ini untuk setiap daerah harus disesuaikan dengan agama yang dianut

oleh masyarakat di tepat tersebut.

6. Faslitas Rekreasi dan kebudayaan

Gambar

Gambar 2.1 Diagramatis Cara Penyelesaian Proses Tahap Tunggal pada Metode
Gambar 2.2 Diagramatis Cara Penyelesaian “Proses Tahap Ganda Dua” pada
Gambar 3.1. Diagram alir ( Flow Chart ) penelitian
Gambar 4.1 Lokasi CitraLand Bagya City
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul Tugas akhir ini adalah “ Perbandingan Anggaran Biaya Rumah Tipe 42 Pada Bangunan Eksisting Di Perumahan Cluster Colombia Dengan Rumah Yang Didesain

Studi kasus berikutnya berapa besar harga jual minimum setiap rumah pada perumahan Tirtasani Residence dan menganalisis komposisi optimal dari tipe rumah yang dibangun

Perumahan Bulan Terang Utama merupakan salah satu perumahan yang menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan rumah tipe 36 di Kota Malang.. Rumah sehat

Metode pendekatan data pasar merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan secara langsung rumah tinggal di perumahan Citraland City

Pada Gambar 4.2 dibawah ini ditunjukkan bagaimana alir algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) untuk optimasi keuntungan pembangunan perumahan berdasarkan jumlah

Perumahan Bulan Terang Utama merupakan salah satu perumahan yang menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan rumah tipe 36 di Kota

Dalam penelitian ini data akan diolah secara manual dengan menggunakan Metode Simpleks untuk menentukan jumlah optimal masing-masing tipe rumah serta untuk mendapatkan keuntngan

Untuk mendapatkan jumlah optimal setiap tipe rumah yang akan dibangun serta keuntungan yang sesuai dengan batasan-batasan yang tersedia, maka dibentuk model