A.Kesimpulan
Berdasarkan analisis kuantitatif dan deskriptif yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya dapat dilihat bahwa penelitian ini bermaksud untuk melihat dampak dari kurs nilai tukar, inflasi, perdagangan internasional dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode sebelum krisis 2005-2008 dan sesudah krisis 2009-2011. Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Penelitian ini menghasilkan pola hubungan yang positif antara kurs nilai
tukar terhadap IHSG pada saat sebelum krisis 2005-2008. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa hubungan kurs dan IHSG signifikan dan bertanda positif pada hubungan jangka panjang tetapi pada hubungan jangka
pendek kurs signifikan dan bertandah negatif, sedangkan pada impulse
pengaruh kurs terhadap IHSG adalah positif. Ini menegaskan bahwa respons kurs terhadap IHSG kuat, variance decomposition menunjukkan kurs memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 72,9% pada akhir periode. Pada saat sesudah krisis 2009-2011 hubungan kurs nilai tukar terhadap IHSG berhubungan negatif dan signifikan. pada hubungan jangka panjang kurs terhadap IHSG signifikan dan positif, pada hubungan jangka pendek singnifikan dan berhubungan negatif, kurs juga negatif terhadap IHSG yakni
bahwa pengaruh kurs terhadap IHSG tidak terlalu kuat pada impulse
commit to user
99
terhadap IHSG sebesar 21,9% pada akhir periode. Apabila kurs melemah maka investasi di pasar saham tidak menguntungkan.
2. Pola hubungan antara IHK terhadap IHSG adalah positif pada saat sebelum
krisis 2005-2008. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa hubungan IHK dan IHSG bertanda positif pada hubungan jangka panjang dan jangka pendek tetapi pada hubungan jangka panjang dan jangka pendek IHK tidak signifikan dan, pengaruh IHK terhadap IHSG adalah positif. Ini menegaskan bahwa respons IHK terhadap IHSG kuat pada impulse response, variance decomposition menunjukkan IHK memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 8,7% pada akhir periode. Pada saat sesudah krisis 2009-2011 hubungan IHK terhadap IHSG adalah negatif. Pada hubungan jangka panjang dan jangka pendek IHK tidak signifikan dan negatif, tetapi pengaruh IHK terhadap IHSG positif pada impulse response bahwa respons IHK terhadap IHSG tidak terlalu kuat, variance decomposition menunjukkan IHK memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 2% pada akhir periode. Apabila inflasi mendekati dua digit maka investasi di pasar saham tidak menguntungkan.
3. Pola hubungan antara perdagangan internasional terhadap IHSG adalah
negatif pada saat sebelum krisis 2005-2008. Penelitian ini
mengidentifikasikan bahwa hubungan perdagangan internasional dan IHSG bertanda negatif pada hubungan jangka panjang dan jangka pendek serta tidak signifikan dan pengaruh perdagangan internasional terhadap IHSG positif, ini menegaskan bahwa respons perdagangan internasional terhadap
commit to user
100
perdagangan internasional memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 6,3% pada akhir periode. Pada saat sesudah krisis 2009-2011 hubungan perdagangan internasional terhadap IHSG adalah negatif. Pada hubungan jangka panjang signifikan negatif dan jangka pendek signifikan positif,
pengaruh perdagangan internasional terhadap IHSG negatif pada impulse
response bahwa respons perdagangan internasional terhadap IHSG tidak
terlalu kuat, variance decomposition menunjukkan perdagangan
internasional memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 3% pada akhir periode. Apabila perdagangan internasional semakin besar maka investasi di pasar saham menguntungkan.
4. Pola hubungan antara BI Rate terhadap IHSG adalah negatif pada saat
sebelum krisis 2005-2008. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa hubungan BI Rate dan IHSG pada hubungan jangka panjang signifikan positif dan jangka pendek signifikan negatif dan pengaruh BI Rate terhadap IHSG negatif, ini menegaskan bahwa respons BI Rate terhadap IHSG kuat
pada impulse response, variance decomposition menunjukkan BI rate
memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 3,6% pada akhir periode. Pada saat sesudah krisis 2009-2011 hubungan BI Rate terhadap IHSG adalah negatif. Pada hubungan jangka panjang signifikan positif dan jangka pendek negatif tidak signifikan dan pengaruh BI Rate terhadap IHSG
negatif pada impulse response ini menegaskan bahwa respons BI Rate
terhadap IHSG tidak terlalu kuat, variance decomposition menunjukkan BI rate memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 1% pada akhir periode.
commit to user
101
Apabila BI Rate semakin tinggi maka investasi di pasar saham tidak menguntukan.
B.Saran
1. Pemerintah harus dapat melakukan intervensi dengan tepat agar pergerakan
nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak terlalu kuat selain itu sosialisasi instrument reksadana, ORI, obligasi dan Sukuk bagi investor awam cukup efektif serta pemberian stimulus-stimulus berupa keringanan fiskal bagi investor domestik yang berinvestasi di bursa saham. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta investor domestik untuk menjadi tuan rumah di pasar modal sendiri setidaknya di atas 50%.
2. Pemerintah Indonesia harus dapat menerapkan kebijakan yang tepat untuk
menekan laju inflasi dalam jangka pendek dengan begitu perkembangan pasar modal sebagai altenatif alat investasimasyarakat dapar berkembang pesat pada waktu jangka panjang. Tingkat inflasi yang rendah akan memicu para investor untuk menenemkan modalnya di pasar modal.
3. Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan dapat memberlakukan kebijakan
yang tepat mendukung iklim investasi sekuritas Indonesia. Salah satunya adalah dengan menerapkan suku bunga yang dianggap wajar dan kompetitif
4. Krisis global 2008 sebenarnya bukan hal yang jelek bagi investor yang bisa
mengambil kesempatan. Kegiatan ekspor terhambat dan mengakibatkan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar dan pada akhirnya akan berdampak pada penurunan IHSG. Investor yang selektif bisa mengambil kesempatan short selling dalam hal ini. Investor harus lebih selektif dalam
commit to user
102
mengelola informasi yang di dapat agar tidak terjadi salah mengambil kebijakan.
5. Faktor Country Risk walaupun tidak tercantum dalam penelitian ini pada
kenyataannya mempunyai pengaruh terhadap prospek bursa efek. Country
Risk sebagai akibat situasi sosial politik yang kurang kondusif bagi upaya-upaya pemulihan ekonomi mengakibatkan investor terutama asing kurang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini diperlukan komitmen pemerintah dalam menjalankan kebijaksanaan politik dan ekonomi yang konsisten, kepastian hukum sebagai usaha untuk mengembalikan kepercayaan investor dan meningkatkan iklim investasi di Indonesia terutama di bursa efek.
6. Sektor properti, infrastuktur dan perbankan sangat sensitif terhadap suku
bunga dan inflasi. Sektor farmasi sensitif terhadap nilai tukar karena hampir semua obat-obatan diimpor. Kesensitifan terhadap inflasi, suku bunga dan nilai tukar itu tidak berlangsung lama dikarena para pelaku pasar modal bisa menggambil kesempatan yang ada sebelum adanya campur tangan dari pemerintah.