• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. 1 Kesimpulan

Jambi merupakan sebuah wilayah yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan dalam perekonomian di Hindia Belanda.Jambi memiliki posisi yang sangat strategis yakni di cekungan sebuah sungai yang memiliki anak sungai, Batang Hari merupakan sungai utama yang ada di wilayah Jambi.Sungai sungai inilah yang memiliki fungsi yang vital dalam menghubungkan kawasan ulu dan ilir. Hal ini terjadi karena sungai Batang Hari menjadi urat nadi utama transportasi yang menghubungkan antar wilayah yang ada di kawasan Jambi

Hasil hutan menjadi sebuah komoditi yang sangat berharga seperti sarang lebah, damar, karet, rotan, jelutung, jernang dan kayu dihimpun di hutan dan diangkut melalui sungai ke pasar-pasar di luar Jambi seperti Singapura, selain hasil hutan terdapat juga lada dan kopra yang menjadi komoditi ekspor.Namun komoditi kelapa perdagangannya di kuasai oleh pedagang Cina.

Awal penguasaan Belanda atas Jambi terjadi pada 1903 dengan resminya Jambi bergabung dengan Karesidenan Palembang sebagai afdeeling.Langkah awal penguasaan pemerintah Hindia Belanda atas Jambi, pemerintah Belanda mulai mengatur pemerintahan Jambi dengan menjalankan peraturan sementara.

Pembentukan pemerintahan Karesidenan Jambi pada tahun 1906, menyebabkan pemerintahan Belanda harus merombak ulang sistem pemerintahan di wilayah Jambi yang sebelumnya disatukan dengan Karesidenan Palembang.Sistem pemerintahan yang di terapkan oleh pemerintah Belanda mengikuti sistem pemerintahan di wilayah kekuasaan Belanda lainnya.Pemerintahan Karesidenan dipimpin oleh seorang residen .O.L. Helfrich.

Wilayah karesidenan Jambi merupakan daerah yang memiliki potensi besar dalam pengelolaan hasil hutan dan juga kekayaan mineral selain itu letak Jambi yang strategis, menjadikan Wilayah karesidenan Jambi menjadi salah satu daerah binaan yang cukup berharga bagi Hindia Belanda. Setelah wilayah Jambi dijadikan keresidenan, pengaturan di bidang pertanian di laksanakan untuk menaikan pendapatan daerah. Salah satunya dengan memperkenalkan tanaman karet kepada penduduk Jambi.

Masuknya tanaman karet di Jambi melalui perantara orang Sumatra yang naik haji ke Mekkah melalui Singapura. Pedagang-pedagang Cina juga menjadi perantara masuknya tanaman karet di Jambi,selain itu Pemerintah Hindia Belanda melalui Residen O.L. Helfrich kemudian secara resmi memperkenalkan tanaman Hevea brasiliensis di Jambi.

Selama beberapa tahun antara tahun 1907-1912 penanaman karet di Jambi mengalami peningkatan yang cukup signifikan.Walaupun perkembangan penanaman karet terjadi hasil dari karet tersebut belum dapat dirasakan oleh rakyat Jambi, hal ini karena tanaman karet masih belum berproduksi.Terjadinya pembukaan secara

besar-besaran perkebunan karet di Jambi, terjadi karena beberapa alasan yakni, pembukaan perkebunan rakyat di Jambi dapat dilakukan dengan mudah hal ini karena, lahan untuk membuka perkebunan tersedia sangat luas tanpa perlu melakukan penyewaan tanah.

Pesatnya perkembangan perkebunan karet rakyat di Jambi terjadi setelah tahun 1920 yang diawali dengan krisis karet yang terjadi pada awal 1920-an dan di ikuti dengan pembatasan produksi karet pada 1922 dan peningkatan permintaan karet dunia yang mengakibatkan harga karet dunia naik, terutama pada 1925.Jambi yang pada saat itu merupakan salah satu produsen besar karet di Hindia Belanda, karet telah menjadi mata pencaharian utama rakyat Jambi dan perkebunan karet terdapat hampir di seluruh Jambi. Tetapi di beberapa daerah seperti Distrik Bangko dan Jambi tidak dapat di tanami oleh karet.

Kenaikan harga pada tahun 1922-1925 memberikan dampak bagi perekonomian Jambi.Namun, selain melambungkan produksi, kenaikan harga ini menyebabkan praktek curang.Hal ini dapat di lihat dari hasil produksi karet yang pada tahun sebelumnya lebih tipis dan kering, kemudian masyarakat mulai menjual hasil karet yang lebih tebal dan basah.

Kegiatan penyadapan karet oleh petani baru dapat dilakukan setelah berumur lima tahun, penyadapan karet biasanya dilakukan oleh pemilik kebun ataupun dikerjakan oleh tenaga kerja pendatang. Para pemilik kebun biasanya menggunakan tenaga kerja pendatang dalam mengerjakan penyadapan di kebun mereka. Tenaga kerja berasal dari Kerinci , Minangkabau, Jawa dan Banjar.

Penyaluran hasil karet di Jambi dilakukan melalui jalur sungai Batang Hari yang merupakan sungai utama yang ada di Karesidenan Jambi.Fungsi sungai Batang Hari sebagai jalur transportasi bagi masyarakat Jambi telah lama, sebelum hasil karet sebagai komoditi ekspor utama di Jambi.Pengangkutan komoditi hasil hutan dilakukan melalui jalur sungai.

Kelompok-kelompok yang terlibat dalam perdagangan karet rakyat bertambah dengan pesat. Pedagang-pedagang ini terbagi atas tiga kelompok yakni: kelompok pedagang Cina, perusahaan-perusahaan milik orang Belanda dan para pedagang pribumi. Kelompok-kelompok ini bersaing untuk mengumpulkan hasil karet dari pedalaman Jambi, sampai dalam bidang pengapalan karet dari Jambi Menuju ke Singapura

Setelah karet rakyat melimpah dan harga yang membaik di pasar internasional, para petani Jambi mulai tertarik untuk membawa hasil karetnya sendiri menuju Jambi.Hal ini dikarenakan oleh prosesnya lebih cepat dan tidak perlu menunggu pedagang perantara untuk datang mengangkut karetnya, selain itu biaya yang dapat ditekan lebih menguntungkan.

Perdagangan karet melalui sungai pada tahun 1920-an banyak menggunakan rakit bambu, rakit yang digunakan untuk menyalurkan hasil karet ke Jambi mampu mengangkut karet yang cukup banyak dengan modal yang sedikit. Dengan menggunakan rakit para petani dapat menunggu sampai harga karet cukup tinggi, hal ini menjadikan petani mendapatkan harga cukup tinggi untuk karet yang dijualnya.

Perdagangan hasil karet tidak hanya membawa kemakmuran bagi petani karet itu sendiri tetapi juga memberikan kemakmuran kepada para pendatang seperti para pedagang dan para penyadap karet.Perdagangan karet di Jambi juga berdampak pada pembangunan infrastruktur dan kemajuan bagi Jambi.

Memasuki tahun 1928 perkembangan karet rakyat mulai tersendat-sendat, hal ini terjadi karena terjadinya krisis ekonomi dunia.Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1929 menggagu harga karet, turunnya harga karet dunia mengoyahkan ekonomi Jambi yang banyak bergantung pada hasil karet. Hal ini menyebabkan banyak petani karet yang kembali berladang

Kemajuan perekonomian yang terjadi di kawasan Karesidenan Jambi membuat Pemerintah Belanda membangun sarana dan prasarana untuk kelancaran perdagangan komoditas yang akan disalurkan ke Singapura. Pemerintah Belanda membangun beberapa pelabuhan dan mulai pembangunan jalan sebagai sarana transportasi di darat. Selain itu Pemerintah juga melakukan penataan terhadap kota Jambi. Dampak perdagangan karet terdapat di semua aspek kehidupan masyarakat pribumi maupun pendatang

BAB II

PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI

Dokumen terkait