• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI LOKAL

2.4. Masuknya Pengaruh Belanda ke Jambi

Semakin melemahnya kekuasaan Kesultanan Jambi pada masa sultan bayangan menyebabkan Belanda semakin menekan secara terus menerus ke pada Kesultanan Jambi.Jatuhnya kesultanan Jambi ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda di tandai oleh menyerahnya Pangeran Ratu Sultan Ahmad Zainuddin dan inilah menjadi awal pemerintah Hindia Belanda menguasai Jambi.

Langkah awal penguasaan pemerintah Hindia Belanda atas Jambi, pemerintah Belanda mulai mengatur pemerintahan Jambi dengan menjalankan peraturan sementara.Setelah tunduknya kesultanan Jambi pemerintah Belanda secara resmi menggabungkan wilayah Jambi dengan Karesidenan Palembang sebagai Afdeeling.

Kebijakan ini tertera dalam Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvenements-Besluit) 11 Agustus 1903 No. 23 yang diubah dengan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvenements-Besluit) 1904 No. 3.40

Pembentukan pemerintahan Karesidenan Jambi pada tahun 1906

Dengan demikian Jambi mulai menjalankan pemerintahan dibawah pemerintahan Karesidenan Palembang.

41

40 G. J. Velds, De Onderwerpring van Djambi in 1901 – 1907, (Batavia: Departement van

Oorlog), hlm. 109.

41

Staatsblad van Nederlandsch Indie, 1906, No. 187. Baca Juga Bataviaasch nieusblad” De toestand in Djambi”.tanggal 18 Mei 1906, lembar ke-5.

, membuat pemerintahan Belanda harus merombak ulang sistem pemerintahan di wilayah Jambi yang sebelumnya disatukan dengan Karesidenan Palembang.Sistem pemerintahan yang di terapkan oleh pemerintah Belanda mengikuti sistem pemerintahan di wilayah

kekuasaan Belanda lainnya.Pemerintahan Karesidenan dipimpin oleh seorang residen .O.L. Helfrich.

Pada awal kepemimpinannya Residen O.L. Helfrich mulai menata ulang sistem pemerintahan yang ada di Jambi. Hal ini merupakan tuntutan pemerintah Belanda untuk menjalankan sistem pemerintahan modern kedalam pemerintahan Jambi. Dalam menjalankan pemerintahannya residen di bantu oleh pemerintahan daerah atau afdeeling yang dibentuk melalui pembagian wilayah.

Berdasarkan pembagian wilayahnya, Karesidenan Jambi di bagi menjadi 5 afdeeling.42

Masuknya Belanda ke Jambi memberikan dampak terhadap pembagian wilayah menjadi berdasarkan marga marga.

Masing-masing afdeeling diberikan seorang kontrolir yang bertanggung jkawab atas afdeelingnya.Afdeeling-afdeeling yang ada kemudian dibagi menjadi beberapa distrik yang dikepalai oleh Demang. Distrik-distrik yang ada di bagi menjadi onderdistrik yang dikepalai oleh Asisten Demang, kemudian Asisten Demang dibantu oleh Pasirah atau Kepala Adat dan yang terakhir adalah Penghulu yang mengepalai sebuah kampung.

43

42

Staatsblad van Nederlandsch Indie, 1906, No. 261.

43

Istilah Marga Berasal dari Palembang dengan Maksud hukum adat.Marga yang dimaksud merupakan pembagian wilayah berdasarkan distrik adat. Baca Bambang Suwondo, op.cit., hlm 46.

Dengan penentuan batas-batas daerah masing-masing. Setiap marga dipimpin oleh seorang kepala marga atas dasar pemilihan.Demikian pula, kepala-kepala kampung ditetapkan berdasarkan hasil pemilihan.

Berdasarkan peta Schetkaart Resindentie Djambi Adatgemeenschappen (Marga’s), Tahun 1910, maka daerah-daerah di Jambi telah dibagi berdasarkan Margo.Seperti Margo Batin Pengambang, Margo Batang Asai, Cerminan Nan Gedang, Datoek Nan Tigo. Sedangkan di Merangin dikenal Luak XVI yang terdiri dari Margo Serampas, Margo Sungai Tenang, Margo Peratin Tuo, Margo Tiang Pumpung, Margo Renah Pembarap dan Margo Sanggrahan.

Sedangkan Di Tebo dikenal dengan Margo Sumay. Batang Hari Margo Petajin Ulu, Margo Petajin Ilir, Margo Marosebo, Kembang Paseban. Sedangkan di Muara Jambi dikenal Margo Koempeh Ilir dan Koempeh Ulu, Jambi Kecil.Di Tanjabbar dikenal dengan Margo Toengkal ilir, Toengkar Ulu.Dan di Tanjabtim dikenal Margo Berbak, Margo Dendang Sabak.

Selain Margo juga dikenal Batin. Seperti Batin Batin II, III Hoeloe (Hulu), Batin IV, Batin V, Batin VII, Batin IX Hilir, Batin VIII dan Batin XIV.

Setiap Margo atau batin mempunyai pusat pemerintahan.Misalnya pusat pemerintah Margo Batin Pengambang di Moeratalang, Margo Serampas di Tanjung Kasri, Sungai Tenang di Jangkat, Peratin Tuo di Dusun Tuo, Sanggrahan di Lubuk Beringin, Sumay di Teluk Singkawang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jambi merupakan sebuah wilayah kesultanan sejak tahun 1615 -1906. Wilayahnya tercatat membentang 350 kilometer dari Timur ke Barat dan 220 kilometer dari Utara ke Selatan.1 Jambi memiliki posisi yang sangat strategis yakni di cekungan sebuah sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari merupakan sungai utama yang ada di wilayah Kesultanan Jambi.2

Sungai Batang Hari berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di Selat Berhala. Sungai Batang Hari merupakan sungai yang memiliki kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesardi Sumatera yang berkelok kelok menyusuri wilayah sepanjang 800 kilometer. Sungai yang menjadi anak sungai Batang Hari terdiri dari Batang Asai,Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang Sumay, Batang Bungo, dan Batang Suliti.

Sungai sungai inilah yang memiliki fungsi vital dalam menghubungkan kawasan ulu dan ilir. Sungai Batang Hari menjadi urat nadi utama transportasi yang menghubungkan antar wilayah yang ada di kawasan Kesultanan Jambi.

1

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial: Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, terj. Noor Cholis, (Jakarta: KITLV dan Banana, 2008). hal 39

2Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di

Indonesia,mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4.9 juta Ha.Sekitar 76 % DAS Batang Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera Barat. DAS Batang Hari juga berasal dan berada di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Di landscape TNKS terdapat Margo Batin Pengambang dan Margo Sungai Tenang. Sedangkan di Landscape TNBD terdapat Margo Sumay.Sungai Batang Hari merupakan muara dari sembilan hulu anak sungai.

Sungai Batang Hari memiliki fungsi yang vital dalam hubungan perdagangan dari Jambi ke Selat Malaka, hal ini telah mendatangkan keuntungan bagi penduduk lokal. Hasil hutan seperti damar, karet, rotan dan kayu dihimpun dan dikirimkan melalui sungai Batang Hari ke pasar pasar di luar Jambi utamanya ke Singapura setelah tahun 1819.3 Melalui sungai hasil bumi yang terdapat di hulu di bawa ke hilir untuk di perdagangkan dan di ekspor ke luar terutama Singapura dan Penang.4 Peran sungai selain sebagai jalur perdagangan, juga berguna sebagai jalur untuk menjangkau ke pedalaman. Pada awal sebelum di bangunnya jalan raya, masyarakat melakukan perdagangan melalui sungai. Hal inilah yang menyebabkan transportasi utama masyarakat pada saat itu adalah melalui jalur sungai.5

Pada umumnya sungai- sungai yang berada di Kawasan Jambi merupakan sarana transportasi yang amat penting karena memiliki kedalaman yang dapat dilayari oleh kapal berukuran 5 sampai 1000 ton bobot mati. Pentingnya sungai dalam kehidupan masyarakat Jambi dapat dilihat dari pemukiman-pemukiman di wilayah Jambi yang berada disepanjang jalur sungai.6

Masuknya pengaruh Belanda ke wilayah Kesultanan Jambi mulai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Fachrudin yakni pada tahun 1833, ketika Sultan meminta bantuan kepada Belanda untuk mengusir bajak laut yangmenguasai kawasan

3Elsbeth Locher-Scholten, op.cit., hal. 41.

4

Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Jakarta : Beta Offset, 1992, hlm.7.

5 Edi sumarno, Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur Pada Priode

Kolonia, dalam Buletin Historisme Edisi No 22 ( Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,2006) hlm. 2.

6

Resosudarmo, (ed.),Geografi Budaya Daerah Jambi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 19.

penting Kesultanan Jambi yakni di kawasan Sungai Batang Hari yang menjadi pusat ekonomi pada saat itu. Pada tahun 1615 Jan Pieterzoon Coen, Gubernur Jenderal VOC, mengirim dua kapal ke Jambi di bawah pimpinan kepala perwakilan dagang (opperkoopman) Sterck. Selain tujuan kunjungan untuk memberantas bajak laut jugamenyelidiki kemungkinan perdagangan di Jambi.7

Setelah bantuan diberikan oleh Belanda kemudian muncul korte verkelaring atau perjanjian pendek yang berisikan tentang penguasaan dan perlindungan Negeri Jambi diserahkan kepada Belanda, Pemerintah Belanda memiliki hak untuk membangun kekuatan di Kesultanan Jambi.8 Perjanjian inilah yang menyebabkan masuknya imperialis modern ke Jambi.9

Pada tahun 1876 Perhimpunan Geografi Kerajaan Belanda

at menyarankan

dilakukan survey mengenai kelayakan sungai Batang Hari dilayari dari Gassing yang terletak di Hulu Batang Hari hingga ke Hilir Batang Hari. Hal ini dilakukan untuk mengeksplorasi jalur transportasi lain bagi kepentingan angkutan Batu Baradari Ombilin.10

7Taufik Abdullah, Reaksi terhadap Perluasan Kuasa Kolonial: Jambi dalam Perbandingan,

Prisma 11 (1984), hlm. 13.

8

Tim penyusun, Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi, ( Jambi: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jambi,2000,hlm.66.

9Imperialisme modern adalah istilah dalam historiografi untuk memaparkan periode

1870-1914, yakni saat negara-negara Barat merampas kekuasaan di wilayah-wilayah non-lat Barat, terutama Asia dan Afrika.

10Elsbeth Locher-Scholten,op.cit., hal. 171.

Sebab Batu Bara merupakan salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan sebagai penggerak pelayaran dari Eropa ke Asia.

Sungai Batang Hari pada awalnya menjadi salah satu pilihan bagi penyaluran hasil Batu Bara dari Ombilin, namun hasil survey yang dilakukan menyatakan sungai Batang Hari tidak layak untuk jalur pengangkutan Batu Bara dari Ombilin. Hal ini karena muatan kapal lebih kecil dari muatan gerbong yang diangkut menggunakan kereta api. Pilihan penggunaan rel kereta api sebagai pengangkut Batu Bara Ombilin merupakan sebuah hal yang dianggap lebih rasional. Sehingga penggunaan sungai Batang Hari sebagai pengangkut hasil Ombilin di kesampingkan.

Sungai- sungai merupakan urat nadi utama transportasi di Jambi. Para penduduk biasanya bertempat tinggal di kawasan tepi sungai. Namun pada musim kemarau aliran sungai Batang Hari tidak dapat dilalui, hal ini karena debit air pada musim kemarau mengalami penurunan yang mengakibatkan aliran sungai pada beberapa bagian mengalami surut sehingga memutus jalur antara Jambi Hulu dan Jambi Hilir.11

Pada tahun 1900 perekonomian Jambi tidak terlalu berarti, hal ini dikarenakan perdagangan total daerah lain yang lebih besar, perdagangan Jambi yang didominasi oleh hasil hutan hanya memiliki nilai keseluruhan f 653.000 per tahun, jumlah

Namun pada musim hujan debit air sungai Batang Hari mengalami peningkatan, sehingga tidak jarang luapan air sungai meluber sampai ke pemukiman warga yang ada di tepian sungai. Walaupun sungai merupakan sarana transportasi paling utama di Jambi namun pada tahun 1920 mulai dibangun sarana infrastruktur jalan raya untuk menjangkau wilayah pemukiman yang tidak dilalui sungai.

tersebut kurang dari 1 persen dari jumlah statistik perdagangan Hindia Belanda.12 Namun, pada tahun 1925 pendapatan Jambi dari hasil karet sangat menakjubkan yakni 46.000.000 gulden per tahun, jumlah yang menakjubkan ini menduduki tempat teratas dari berbagai jenis komoditi ekspor Hindia Belanda.13

Penyaluran hasil karet ini tidak terlepas dari penggunaan sungai Batang Hari sebagai jalur untuk menyalurkan hasil karet dari kawasan Jambi Hulu ke Jambi Hilir. Perdagangan hasil karet di kuasai oleh pedagang – pedagang Cina. Para pedagang Cina mengumpulkan karet langsung dari petani karet yang berada jauh di pedalaman Jambi dengan menggunakan kapal kapal beroda (hekwieler).14

Dalam mengumpulkan karet pada tahun 1925 di Jambi terdapat 2 kongsi kapal beroda milik orang Cina, yang setiap minggunya melakukan dua kali perjalanan dalam mengumpulkan karet. Hubungan antara Jambi dan Singapura dilayani tiga kapal milik kongsi kapal Cina, dua diantaranya merupakan pengangkut karet. Hal ini menjadikan pedagang Cina menjadi pelaku utama dalam memonopoli penyaluran maupun perdagangan. Selain itu pedagang Cina juga memiliki jaringan pemilik pabrik remilling di Singapura.15

Kedatangan Koninklijke Paketvaart Maatschapitj (KPM) pada tahun 1926 telah menggeser sejenak monopoli pedagang-pedagang Cina dari kekuasaannya

12Ibid., hal. 321.

13Ibid., hal. 323

14

Lindayanti, “Perkebunan Karet Rakyat di Jambi pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda, 1906-1940”, Arikel sejarah 5, hal 40.

dalam bisnis pengangkutan hasil karet.16 Hal ini karena KPM menambah armadanya untuk mengangkut hasil karet dari Jambi, selain itu KPM membayar hasil karet rakyat sesuai dengan harga pasar.17

Permintaan yang tinggi ini di imbangi oleh semakin banyak warga Jambi yang melakukan penanaman karet secara besar-besaran, perkembangan karet rakyat di Jambi mengalami peningkatan secara signifikan berdampak pada kehidupan masyarakat Jambi pada saat itu. Perkembangan yang terjadi pada perdagangan

Aktifitas yang dilakukan oleh KPM menguntungkan bagi pedagang karet pribumi sehingga menyebabkan banyaknya pengapalan karet yang dilakukan KPM yang memperkuat kedudukan pedagang perantara pribumi.

Dari uraian di atas, penelitian ini diberi judul Perdagangan Komoditi Karet di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi tahun 1906 -1942. Periode waktu yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 1906 -1942. Pada tahun 1906 merupakan periode dimana masuknya tanaman karet ke Kesultanan Jambi, masuknya komoditi ini menjadi penyebab majunya perekonomian Jambi secara signifikan. Terutama karena pertumbuhan perusahaan otomotif banyak membutuhkan Ban sebagai salah satu komponen utamanya, sehingga permintaan yang banyak terhadap karet menyebabkan harga karet yang cukup tinggi di pasaran internasional pada saat itu.

16

Elsbeth Locher-Scholten, op.cit., hal. 323.

komoditi karet ini tidak terlepas dari keberadaan Sungai Batang Hari yang memiliki peran sangat vital dalam penyaluran dan perdagangan karet.

Tahun 1942 menjadi akhir periode penelitian, karena pada tahun ini perdagangan karet di Jambi mengalami kemerosotan, karena disebabkan terjadinya perang dunia ke II. Sehingga permintaan akan karet di pasaran internasional mengalami penurunan. Turunnya permintaan terhadap karet ini memberikan dampak yang cukup luas bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jambi.

Dokumen terkait