• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Dari uraian- uraian yang telah dipaparkan diatas maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Penyebab munculnya baishun dari zaman feodal Jepang sampai pasca perang dunia II sebagian besar karena kemiskinan masyarakat Jepang. Walaupun ideologi Jepang pada waktu itu merendahkan status sosial wanita, kemiskinan lah yang membuat seorang ayah tega untuk menjual anak kandungnya sendiri.

2. Banyak kebijakan- kebijakan shogun yang memberatkan para petani di zaman feodal maupun zaman Meiji. Pajak petani yang lebih dari 50% yang dikeluarkan pemerintah Tokugawa membuat mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan anak istri mereka. Sedangkan pada zaman Meiji, pemerintah hanya fokus kepada industrialisasi Jepang.

3. Kemenangan Jepang dalam perang dunia I membuat Jepang hampir setara dengan negara Eropa lainnya. Pemerintah mengeluarkan perintah untuk memulangkan para pelacur Jepang di luar negeri demi gengsi Jepang pada saat itu. Tetapi kekalahan Jepang pada masa perang dunia II membuat Jepang miskin dan banyak perempuan beralih ke baishun sebagai cara untuk mencari nafkah. Hal ini didukung oleh keputusan pemerintah untuk menyediakan tempat baishun legal untuk memenuhi kebutuhan biologis tentara Amerika.

4. Masuknya anggota keluarga ke dunia baishun dapat menunjang ekonomi keluarga. Pekerjaan untuk wanita selain bidang baishun memiliki upah yang minim, sehingga kurang mencukupi kebutuhan keluarga. Hal ini lah yang mendorong wanita untuk mengeluti pekerjaan di bidang baishun. Pelacur jalanan pada masa pasca perang dunia II sangat banyak, namun pemerintah seakan-akan melegalkan mereka karena mereka juga menunjang ekonomi keluarga.

5. Di zaman feodal, pelacur disebut- sebut sebagai artis. Hal ini menambah keinginan para perempuan Jepang untuk memasuki ba ishun. Tujuan utama para pelacur adalah untuk menjadi pelacur kelas tinggi yang diingini para pria kaya di Jepang.

6. Setelah Jepang memasuki masa kemakmuran di zaman modern dan setelah disahkannya undang-undang anti baishun, baishun tetap ada di Jepang. Kemiskinan tidak lagi menjadi alasan utama untuk memasuki baishun. Konsumerisme yang tinggi sebagai alasan utama para remaja jepang memasuki baishun. Keinginan wanita Jepang untuk memiliki barang-barang buatan luar negeri yang mahal membuat mereka harus bekerja lebih keras demi mendapatkan uang, dan jalan untuk mendapatkan uang banyak adalah dengan memasuki baishun.

7. Ba ishun perempuan dari luar negeri yang ada di Jepang kebanyakan disebabkan oleh penipuan para pencari tenaga kerja. Mereka biasanya berasal dari negara- negara berkembang yang ingin mencari pekerjaan di Jepang.

4.2 SARAN

1. Skripsi ini mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi, pemahaman konsep, penulisan dan analisis data. Bagi rekan-rekan yang ingin melanjutkan pembahasan tentang baishun alangkah lebih baik mempersempit ruang lingkup pembahasan agar kekurangan dalam pembahasan semakin berkurang.

2. Pada masa pemerintahan Toyotomi Hideyoshi, sebelum yukaku berdiri baishunfu sangat banyak memperdagangkan tubuhnya di jalanan kota besar. Dengan jumlah baishunfu yang banyak tersebut keadaan kota semakin padat dan tidak terkendali sehingga menyebabkan masalah baru bagi penduduk kota. Sama halnya seperti di Indonesia, lokalisasi pelacuran sangat berguna untuk membatasi ruang gerak para pelacur sehingga tidak mengganggu kehidupan kota. Ditutupnya lokalisasi pelacuran dapat menyebabkan hal yang sama seperti di Jepang pada masa sebelum dibentuknya yukaku, yakni semakin banyak pelacur yang menjajakan diri di jalanan pusat kota. Jadi, penutupan lokalisasi pelacuran tidak menyelesaikan masalah pelacuran tetapi menambah tugas pemerintah memerangi pelacur- pelacur jalanan yang bertebaran di jalanan kota. 3. Dalam memerangi pelacuran, pemerintah harus membuat peraturan yang

jelas tentang pelacuran. Peraturan yang mempunyai banyak celah membuat pelacuran malah semakin berkembang. Pemerintah tidak dapat memaksakan rakyatnya untuk tidak berbuat jahat, namun peraturan yang ketat dan menghukum dapat mengurangi niat rakyatnya untuk berbuat jahat.

DAFTAR PUSTAKA

Chalmers, Sharon.2002. Emerging Lesbian Voicer from Japan. London and New York : RoulledgeCurzon.

Goodwin, Janet R. 2006. Selling Song and Smiles: The Sex Trade in Heian and Ka ma kura Ja pan. Honolulu. University of Hawai Press.

Harada, Kazue. 2002. Good Bad Girls: Male Writers Romanticization of Prostitutes in The Post Wa r Era. The University of British Colombia. Helgadottir, Svanhildur. 2011. Pleasure Women : Court Ladies, Courtesans and

Geisha , a s seen through the eyes of Fema le Authors. Leibeinandi: Gunnella Porgeirsdottir.

Ihsan, Soffa. 2004. In The Name of Sex : Santri, Dunia Kelamin, dan Kitab Kuning. Surabaya: JP Books.

Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.

Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Antropologi I. Jakarta : Universitas Indonesia. Kovner, Sarah. 2012. Occupying Power: Sex Worker and Servicemen in Postwar

Ja pan. California. Stanford University Press.

Liska, Marisa. 2011. Konsumerisme sebagai Faktor Penarik Ter jadinya Fenomena Enjokosa i da la m Ma sya ra ka t Jepa ng Kontenporer. Depok: FIB UI(skripsi)

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Cetakan Ke-23). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Renariah, Kabuki. 2008

Sanderson, Stephen K. 2000. Makro Sosiologi. Jakarta : PT Raja Grafindo. Situmorang, Hamzon. 2009. Ilmu KeJepangan 1. Medan : USU press.

Soedjono D. 1977. Pelacuran Ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam Ma sya ra ka t. Karya Nusantara, Bandung.

Stanley, Amy. 2012. Selling Women: Prostitution, Markets, and The Household in Ea rly Modern Ja pa n. Berkeley. University of California Press.

Suherman, Eman. Dinamika Masyarakat Jepang dari Masa Edo hingga Pasca Pera ng Dunia II. Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.

Sunarto, Kasmanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Soekanto, Soerjono. 1989. Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah- Ma sa la h Sosia l. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Tadashi, Fukutake. 1988. Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: Gramedia.

Tangdilintin, Paulus.2003.Materi Pokok Masalah Ma sa la h Sosia l.Jakarta:UT Chiyoka, Torii. The Conparative Studies : Indian and Japanese Prostitutes and

Society.

Pangastoeti, Sri. 2009. Dari Kyuusuu ke Ran’in: Karayuki-sa n dan Prostitusi Jepa ng di Indonesia (1885-1920).

Swington, Elizabeth de Sabato. 1995. The Women of Pleasure Quarter: Ja panese Pa intings a nd Prints of The Floa ting Wor ld. New York: Hudson Hills

W.A Bonger.---. Versprede Gerchiften

Wulandari, Endah H. 2013. Karayuki-san: Representasi Perempuan Jepang Mela lui Ja ringa n Tra nsna siona l Dia spora Jepa ng Hindia -Bela nda (1887-1930). Simposium Nasional Asosiasi Study Jepang di Indonesia. Yuji. Geisha,Okiya,Hanamachi and so on. 2004

PUBLIKASI ELEKTRONIK

Wakabayashi, Tsubasa. 2003. Enjokosai in Japan: Rethingking The Dual Image of Prostitutes in Ja pa nese and America n La w. UNCLA Women’s Journal. http://escholarship.org/uc/item/8gc4h12r http://ms4857.wordpress.com/2011/07/25/Sejarah-Baishun-Jepang/ http://maggiemcneill.wordpress.com/2010/10/21/Japanese-Prostitution/ http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/masalah-sosial/ http://id.wikipedia.org/wiki/Baishun_di_Yunani_kuno http://www.kesimpulan.com/2009/04/baishun.html http://www.anehdidunia.com/2013/09/sejarah-profesi-baishun-dunia.html http://nazlavieka.blogspot.com/2013/01/makalah-baishun.html

http://hdl.handle.net/10086/25388

Dokumen terkait