• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab ini disimpulkan uraian – uraian dari bab – bab sebelumnya dan saran yang mungkin dapat digunakan untuk

mengatasi masalah yang ada. Bab ini merupakan penutup dari bab – bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Sejarah umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak ( Karikpa ), yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB, serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak dibidang pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Labuhan 3. Kecamatan Medan Marelan 4. Kecamatan Medan Deli

Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal

Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kotamadya Medan, wilayah kerja KPP Medan Utara yang telah berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A.

2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30.

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan

Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A.

Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan menjadi tiga, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

Kemudian dengan SK No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, terhitung tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 Medan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A Medan.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan.

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 A Medan.

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 17 A Medan.

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan.

Adapun Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan adalah Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sedangkan mengenai hal lainnya tidak ada yang berubah.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi seksi sub bagian umum dan kelompok fungsional pemeriksa pajak dan penilai PBB yang mana setiap waskon terdiri dari beberapa orang Account Representative (AR) dibantu pelaksana. Kantor Pelayanan Pajak Pratama dipimpin oleh kepala seksi kepala sub bagian umum dan dibantu

oleh Account Representative (AR) dan pelaksana. Jumlah sumber daya manusia di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berjumlah 86 orang yang terdiri dari pegawai 80 orang dan pegawai honorer 6 orang. Adapun perincian jumlah pegawai adalah sebagai berikut

Tabel I Jumlah Pegawai Berdasarkan per Seksi/Bagian/Kelompok

No Seksi/Bagian/Kelompok Jumlah Pegawai Persentase

1 Kepala Kantor 1 1,25%

2 Sub Bagian Umum 6 7,5%

3 Pengolahan Data dan Informasi 7 8,75%

4 Pelayanan 11 13,75%

5 Penagihan 5 6,25%

6 Pemeriksaan 2 2,5%

7 Ekstensifikasi 4 5%

8 Pengawasan dan Konsultasi I 8 10%

9 Pengawasan dan Konsultasi II 7 8,75%

10 Pengawasan dan Konsultasi III 7 8,75%

11 Pengawasan dan Konsultasi IV 7 8,75%

12 Fungsional Pemeriksa/ Penilai 15 18,75%

Jumlah 80 100%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Tabel II Jumlah Pegawai Berdasarakan Jabatan

1 Eselon III 1 1,25%

2 Eselon IV 8 10%

3 Account Representative 20 25%

4 Fungsional Pemeriksa Pajak 15 18,75%

5 Pelaksana 36 45%

Jumlah 80 100%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Tabel III Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Presentase

1 Strata 2 (S2) 4 5%

2 Strata 1 (S1) 26 32,5%

3 Diploma III / Sederajat D3 15 18,75%

4 Diploma I / Sederajat D1 20 25%

5 Sekolah Menengah Atas (SMA) 13 16,25%

6 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 2%

Jumlah 80 100%

Tabel IV Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1 Laki – laki 60 75%

2 Perempuan 20 25%

Jumlah 80 100%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

B.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan transformasi visi demi memenuhi kriteria visi yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, and Time-Based). Direktorat Jenderal Pajak membutuhkan pedoman/visi baru yang lebih spesifik dan terukur daripada visi-visi sebelumnya. Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:

Visi Direktorat Jenderal Pajak

VISI

Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”

Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus tantangan tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Misi Direktorat Jenderal Pajak

MISI

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi

kemakmuran rakyat”

C. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan – hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerja sama. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur line and staff organization atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing – masing seorang kepala seksi ditambah dengan kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang – bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Ekstensifikasi

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pelayanan

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III dan IV 6. Seksi Pemeriksaan

7. Seksi Penagihan

8. Kelompok Jabatan Fungsi

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan KANTOR PELAYANAN PAJAK

SEKSI PENAGIHAN

SUB BAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN

INFORMASI

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI II SEKSI PELAYANAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI III

D. Uraian Tugas dan Fungsi

Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai dengan 61.

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertanian, perkebunan dan perhutanan

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI IV SEKSI PEMERIKSAAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI EKSTENSIFIKASI KANTOR PELAYANAN, PENYULUHAN DAN KONSULTASI

PERPAJAKAN

PETUGAS TATA USAHA KELOMPOK JABATAN

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

11. Pelaksanaan intensifikasi 12. Pembetulan ketetapan pajak 13. Pelaksanaan administrasi kantor

1. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan KARIKPA. Maka kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata dan kepegawaian, keuangan serta perlengkapan. Sub bagian umum juga melaksanakan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat, mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat keluar kepada instansi yang

terkait dan memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai dan memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilai objek pajak dan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan pelaksanaan SI DJP serta penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak serta kerja sama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon I, II, III dan IV)

Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar,memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, menganalisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding, penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor, melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.

. Dalam satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah yaitu:

6.1 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( Waskon I ) a. Kelurahan Kampung Besar

b. Kelurahan Martubung c. Kelurahan Sei Mati d. Kelurahan Pekan Labuhan e. Kelurahan Tangkahan f. Kelurahan Nelayan Indah

6.2 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( Waskon II ) a. Kelurahan Labuhan Deli

b. Kelurahan Rengas Pulau c. Kelurahan Terjun d. Kelurahan Tanah 600 e. Kelurahan Paya Pasir

6.3 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( Waskon III ) a. Kelurahan Tanjung Mulia

b. Kelurahan Mulia Hilir c. Kelurahan Mabar d. Kelurahan Kota Bangun e. Kelurahan Titi Papan f. Kelurahan Mabar Hilir

6.4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( Waskon IV ) a. Kelurahan Sicanang

b. Kelurahan Belawan Bahari c. Kelurahan Belawan Bahagia d. Kelurahan Belawan I

e. Kelurahan Belawan II f. Kelurahan Bagan Deli • Account Representative

Account Representative ( AR ) merupakan petugas di kantor pajak yang memantau keadaan Wajib Pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak. Keberadaan Account Representative ( AR ) merupakan bentuk peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak. Wajib Pajak akan dilayani oleh Account Representative ( AR ) yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin keterbukaan, Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, jumlah Account Representative sebanyak 16 orang dan setiap 1 orang Account Representative mengawasi sebanyak 7.204 Wajib Pajak.

Tugas Account Representative ( AR ) adalah melayani penyelesaian permohonan restitusi Pajak Pertambahan Nilai, menerbitkan surat perintah membayar kelebihan pajak ( SPMKP ) menyelesaikan permohonan legalisasi ijin prinsip pembebasan Pajak Penghasilan Pasal 22 impor, penyelesaian surat keterangan bebas ( SKB ) pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 impor.

• Jangka Waktu Penyelesaian

a) 2 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap. b) 4 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap. c) 12 bulan sejak saat permohonan diterima secara lengkap

7. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasi pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasi pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen – dokumen penagihan.

Dalam seksi penagihan ada Juru Sita Pajak yang bertugas untuk melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, melaksanakan penyitaan barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah penyanderaan dan melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

3.1 Pengertian Pajak

Menurut P.J.Andriani salah seorang ahli pajak berpendapat bahwa : “ Pajak adalah Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan” ( Waluyo, 2010:2).

Menurut Prof. Edwin R.A. Seligman dalam buku Essay in Taxation yang diterbitkan di Amerika berpendapat bahwa : “Tax is compulsary taxation from the person, to the government to depray the expences incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred”. Dari definisi tersebut terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan secara khusus pada seseorang. Memang demikian halnya bahwa bagaimanapun juga pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat. (idem)

Menurut Prof.Dr.M.J.H. Smeets dalam buku De Economische Betekenis belastingen (terjemahan) berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma – norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah” (Waluyo,2010:3).

Dari definisi – definisi tersebut dapat diketahui ciri – ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :

a. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang secara aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara bik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

Dari empat unsur yang menjadi ciri – ciri pajak ternyata menggambarkan bahwa fungsi pajak sebagai sarana untuk memasukkan uang sebagai pendapatan Negara. Selain itu pajak juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan perekonomian suatu Negara.

3.2 Sejarah Singkat Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang telah menjalani sejarah dalam waktu yang panjang sejak dari penemuannya hingga diterapkan di lapangan. Pengenaan pajak yang didasarkan atas Nilai Tambah ini pertama kali ditemukan oleh Industriawan Jerman yang duduk sebagai anggota The Reichtag bernama Carl Feodrich Von Siemens.

Siemens mengemukakan agar sistem Pajak Penjualan yang berlaku direfromasi dengan sistem pengenaan pajak atas pertambahan nilai dalam sistem perpajakan di Jerman pada tahun 1919. Namun apa yang digagaskan dan diajukan oleh Siemans belum dapat dilaksanakan saat itu. Setelah langkah Siemens di Jerman, kemudian untuk memperbaiki sistem perpajakan di Amerika Serikat (USA), pada tahun 1921 oleh Thomas telah mengusulkan gagasan pengenaan pajak atas nilai tambah dalam perpajakan Amerika Serikat (USA).

Selanjutnya Carl S Shoup, seorang yang duduk dalam Komisi Perpajakan untuk Jepang telah mengusulkan pula mengenai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai di Jepang pada tahun 1949, dimana pajak dihitung dari jumlah yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan

untuk pembayaran upah, bunga, modal dan sewa, demikian juga atas laba usaha. Namun usul – usul itu tersebut juga belum dapat dilaksanakan saat itu.

Dari berbagai gagasan tersebut, dengan didasarkan atas berbagai penelitian dan kajian yang mendiam maka Negara yang pertama kali menerapkan ini dalam perpajakannya adalah Perancis pada tahun 1954. PPN ini diterapkan dengan sistem yang mudah dan sederhana, dan hingga kini masih dipergunakan. Adapun sasaran pengenaan PPN ini di perancis mulanya adalah atas impor barang jalur produksi (manufaktur) juga jalur distribusi sampai kepada tingkat pedagang besar ( Whole Saler).

Sistem PPN yang cepat merambah penerapannya di berbagai Negara Eropa, Amerika, Asia dan Afrika pada hakikatnya adalah Pajak Penjualan yang dikenakan akibat adanya terjadi transaksi atas nilai tambahnya. Sehingga kalaupun suatu Negara menerapkan sistem PPN, umumnya Negara tersebut sebelumnya telah menerapkan sistem Pajak Penjualan seperti halnya Indonesia.

Dalam “General Report” yang dimuat dalam buku Cashier de Droit Fiscal International volume LXVIIIb tahun 1983, Hans Georg Rupee, seorang guru besar Hukum Fiskal dan Direktur The Institute for Financial Law of The University of Graz, Austria menyatakan bahwa pada hakikatnya konsepsi Pajak Pertambahan Nilai semata – mata mengandung pengertian sebagai suatu tata cara pemungutan pajak, daripada sebagai suatu jenis pajak.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Richard A.Musgrave and Peggy B.Musgrave dalam bukunya Public Finance in Theory and Practice, the fourth edition, page 441, antara lain adalah sebagai berikut : “the value-added tax is not genuinely new form of taxation, but merely a sales tax which is administered in different form”.

Demikian pula Ben Terra, Guru Besar Hukum di Universitas Amsterdam dan Universitas Leyden, di dalam bukunya yang mengupas tentang Pajak Pertambahan Nilai di

Masyarakat Ekonomi Eropa yang diberi judul “SALES TAXATION” antara lain menyatakan bahwa Sales Taxation can be lavied in various ways, for examples, in a direct way, or indirect way as a retail sales tax or as a value added tax.

Pajak Pertambahan Nilai atau lebih tepatnya Pajak Penjualan, yang dikenal dalam berbagai nama dengan maksud yang senada , apabila ditelusuri melalui jalur sejarahnya, sudah dikenal sejak berabad – abad lalu.

Secara meluas Pajak Penjualan diterapkan di Eropa dalam abad pertengahan dan abad – abad berikutnya, terutama di Spanyol diterapkan dengan nama “ alcabala” dalam abad ke-14 dan kemudian diterapkan di beberapa Negara lain yang berada di bawah pengaruhnya. Pemerintah kerajaan Spanyol berusaha menerapkan Pajak Penjualan dengan tarif 10% (the “tenth penny”) di Belanda selaku salah satu propinsinya, yang berakibat membawa ke arah revolusi yang melahirkan kemerdekaan Belanda.

Dalam tahun 1916 dalam pertengahan Perang Dunia I, Jerman berusaha menutup dana yang sangat besar untuk membiayai perang dengan jalan menerapkan the Stamp Sales Tax yang pada waktu itu merupakan pilihan yang cukup menarik.

Namun demikian, dibalik itu terdapat sisi gelap dari Pajak Penjualan dan Pajak Peredaran (Turnover tax/ Omzet belasting), yaitu sifat kumulatif yang melekat padanya.

Sifat inilah yang meresahkan dunia usaha di Jerman dalam tahun 1919. The Stamp Sales Tax yang diterapkan dalam tahun 1916, pada tahun 1918 dikembangkan lagi menjadi “ General Turnover Tax” yang dikenakan atas seluruh penyerahan barang dan jasa yang dilakukan oleh para pengusaha. Dilihat dari sistem pemungutannya, pajak peredaran yang

Dokumen terkait