6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut::
1. Kontribusi terbesar dalam realisasi penerimaan APBD gabungan Jawa Barat dan
Banten disumbang oleh Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor dan Kota Bandung, masing- masing rata-ratanya bertururt-turut 10,26 persen, 7,99 persen dan 7,36 persen. Jika dilihat secara parsial untuk kabupaten/kota Propinsi Banten saja dibandingkan terhadap gabungan Propinsi Jawa Barat dan Banten ditempati Kabupaten Tangerang dengan kontribusi sebesar 4,91 persen. Sedangkan peringkat berikutnya adalah Kabupaten Serang dengan kontribusi sebesar 4,10 persen terhadap gabungan kabupaten/kota di propinsi Jawa Barat dan Banten. Kalau dilihat dari sisi penyumbang terkecil terhadap penerimaan total kabupaten/kota Propinsi Jawa Barat dan Banten, maka kota Cirebon merupakan pemberi kontribusi terkecil dengan hanya sebesar 1,52 persen.
2. Seirama dengan struktur pengeluaran, kontribusi terbesar dalam rea lisasi
pengeluran APBD gabungan Jawa Barat dan Banten juga disumbang oleh kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor dan Kota Bandung, masing- masing rata- ratanya berturut-turut 10,71 persen, 8,19 persen dan 7,28 persen. Jika dilihat secara parsial untuk kabupaten/kota Propinsi Banten saja dibandingkan dengan gabungan Propinsi Jawa Barat dan Banten ditempati kabupaten Tangerang dengan kontribusi sebesar 4,40 persen. Sedangkan peringkat berikutnya adalah Kabupaten Serang dengan kontribusi sebesar 4,05 persen terhadap gabungan kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat dan Banten. Kalau dilihat dari sisi penyumbang terkecil terhadap pengeluaran total kabupaten/kota Propinsi Jawa Barat dan Banten, maka Kota Cirebon merupakan pemberi kontribusi terkecil dengan hanya sebesar 1,51 persen
3. Hasil penghitungan Indeks Williamson untuk melihat ketimpangan wilayah
80
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat sebesar 0.4158 dan di Propinsi Banten sebesar 0.5846. Dari hasil ini dapat disimpulkan kesenjangan antar wilayah kabupaten/kota di Propinsi Banten lebih besar dibanding kesenjangan antar wilayah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat.
4. Tipologi wilayah yang menampilkan IPM dan IKM. Untuk IPM, kabupaten/kota
yang mempunyai nilai indeks tertinggi adalah Kota Bandung dengan nilai 74,3 untuk tahun 1996 dan 70,7 untuk tahun 1999. IPM terendah terdapat di kabupaten Indramayu, yaitu berturut-turut sebesar 63,4 dan 60,9 untuk tahun 1996 dan 1999. Sedangkan untuk IKM yang menunjukkan tingkat kemiskinan, tertinggi terdapat di Kabupaten Cianjur dengan nilai 35,3 persen. Sedangkan terendah tingkat kemiskinannya adalah Kota Cirebon dengan indeks sebesar 12,6. Untuk variabel Angka melek huruf, pada tahun 1996, kabupaten/kota yang memiliki persentase tertinggi adalah Kota Sukabumi dengan persentase sebesar 99,0 persen. Sedangkan persentase terendah untuk tahun 1996 terjadi di Kabupaten Indramayu dengan persentase sebesar 67,0 persen. Pada tahun 1996 angka melek huruf untuk tingkat propinsi Jawa Barat termasuk Banten sebesar 89,7 persen. Pada tahun 1999 angka melek huruf di Propinsi Jawa Barat termasuk Banten meningkat menjadi 92,1 persen. Pada tingkat kabupaten/kota tahun 1999 ini, angka tertinggi terdapat di Kota Bandung dengan persentase sebesar 98,3 persen. Untuk angka terendah masih terdapat di Kabupaten Indramayu, dengan persentase sebesar 66,7 persen.
5. Kinerja pembangunan Jawa Barat dan Banten untuk tahun 2000 sampai 2003,
secara umum perekonomiannya sudah mulai recovery, hal ini ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi wilayah, rata-ratanya berkisar antara 2 persen sampai 4 persen. Struktur perekonomian antar kabupaten/kota di Jawa Barat cukup bervariasi, misalnya untuk Kabupaten Bekasi, Bogor dan Purwakarta mempunyai peranan yang sangat signifikan pada sektor industri pengolahan. Pada tahun 2002, peranannya berturut-turut sebesar 82,87 persen, 49,27 persen dan 44,72 persen. Sedangkan untuk Kabupaten Indramayu dinominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, dimana perannya sebesar 45,15 persen seluruh kegiatan perekonomian di daerah tersebut. Kabupaten Subang, Garut, dan Cirebon
mempunyai peran yang menonjol di sektor pertanian, perannya berturut-turut sebesar 42,80 persen, 40,96 persen dan 37,47 persen. Seperti yang terjadi di Jawa Barat, struktur perekonomian antar kabupaten/kota di Banten juga cukup bervariasi, misalnya untuk Kota Cilegon dan Kabupaten Tangerang mempunyai peranan yang sangat signifikan pada sektor industri pengolahan. Pada tahun 2002, kontribusinya masing- masing sebesar 61,84 persen dan 56,28 persen. Sedangkan untuk kabupaten Lebak dan Pandeglang dinominasi oleh sektor pertanian dengan peran berturut-turut sebesar 40,35 persen dan 36,13 persen
6. Sejalan dengan temuan pada kajian struktur pada produk domestik regional bruto, hasil hitungan Kuosien Lokasi juga menunjukkan bahwa di kabupaten/kota tertentu sangat dominan di sektor tertentu. Misalnya untuk kabupaten Indramayu di propinsi Jawa Barat sangat dominan di sektor pertambangan dan penggalian, hal ini juga ditunjukkan oleh nilai LQ yang sangat besar yaitu, 6,38. Demikian juga halnya, dimana hasil temuan dengan analisa struktur untuk Kabupaten Subang, Garut dan Cirebon sangat dominan pada sektor [pertanian, nilai LQnya juga menunjukkan nilai yang cukup signifikan, yaitu berturut-turut sebesar 1,6048, 1,2475 dan 0,8305. Pada kajian struktur untuk sektor industri pengolahan juga menunjukkan hal yang sama, dimana untuk Kabupaten Bekasi dan Bogor memiliki kontribusi yang besar, juga sejalan dengan nilai LQnya masing-masing sebesar 0,8954 dan 0,7919.
7. Ada keterkaitan antara kinerja pembangunan daerah yang diwakili oleh variabel
pertumbuhan ekonomi riil kabupaten/kota dengan tipologi permasahan daerah yang diwakili oleh variabel tingkat buta huruf orang dewasa kabupaten/kota. Besar korelasi antara dua variabel tersebut cukup kuat, yaitu -0.817 dengan P- Value 0.000 yang menunjukkan tingkat signifikansi sangat tinggi (P-Value,5%). Korelasi pertumbuhan ekonomi yang merupakan cerminan dari kinerja pembangunan kabupaten/kota dengan rasio alokasi dana pengeluaran untuk pendidikan dalam APBD kab/kota adalah sebesar 0,726 dengan P-Value 0.000, juga mempunyai tingkat signifikansi sangat tinggi (P-Value<5%)..
8. Analisis regresi menggambarkan adanya keterkaitan antara kinerja pembangunan
82
pembangunan dipengaruhi oleh rasio pengeluaran pendidikan dalam APBD kabupaten/kota dengan koefisien sebesar 0,419. Variabel tingkat buta huruf berpengaruh negative yang sangat kuat terhadap kinerja pembangunan dengan koefisien negatif 0,580. Model ini sangat layak digunakan, karena mempunyai tingkat signifikan yang sangat tinggi dengan P-Value 0.000000 jauh dibawah 5%.
Model ini juga memberikan Multiple R sebesar 0.913439 dan R-Square yang
cukup signifikan yaitu sebesar 0.834370.
9. Implementasi pembangunan berkelanjutan dan good governance di Propinsi Jawa
Barat dan Propinsi Banten merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan wilayah Indonesia secara keseluruhan. Se hingga pola dan program pembangunan nasional akan selalu diikuti dan diimplementasikan di propinsi ini. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 Bab 14 disebutkan bahwa salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, antara lain: keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan membuka partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
6.2. Saran
Temuan penelitian memberikan referensi bahwa untuk mengoptimalkan kinerja pembangunan, ada dua hal yang perlu diperhatika n:
1. Kesesuaian alo kasi anggaran dengan tipologi permasalahan daerah. Kenyataan lapang sering menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian dalam pengalokasian anggaran. Misalnya di suatu daerah kabupaten/kota mempunyai tingkat buta huruf yang sangat tinggi tetapi besaran pengalokasian anggaran untuk pendidikannya sangat minim.
2. Human investment, antara lain:
Untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat memerlukan kerja ekstara keras karena pekerjaan ini lebih banyak bersifat sosial, yang membutuhkan ketulusan dan keikhlasan.
b. Mensosialisasikan sadar pendidikan
Sama seperti poin kesehatan, mensosialisaikan sadar pendidikan juga merupakan upaya berkelanjutan (kontinu) untuk mencapai target yang diharapkan.
c. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
Untuk mendukung dua poin penting tersebut, baik kesesuaian alokasi anggaran maupun human investment perlu penguatan:
a. basis informasi, dan data
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, A., Exit Strategy dan Kemandirian Kebijakan Fiskal Indonesia. Tulisan dalam “Buku Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi”. Editor: Heru Subiyantoro, PhD dan Dr. Singgih Riphat, APU. Penerbit Buku Kompas. Jakarta 2004.
___________, ReformasiKebijakan Fiskal Mendorong Stabilitas dan Pertumbuhan
Ekonomi. Makalah Dalam Debat Ekonomi ISEI, Jakarta September 2004.
Alisjahbana, A.S., DesentralisasiKebijakan Fiskal dan Tuntutan Perimbangan
Keuangan Pusat-Daerah. Makalah disampaikan pada Orasi Ilmiah
Peringatan Dies ke 41 Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung 24 Oktober 1998.
Ananda, C.F., Otonomi Daerah Setelah 3 Tahun. Makalah Dalam Debat Ekonomi
ISEI, Jakarta September 2004.
Anwar, A., Kebijak sanaan Desentralisasi Fiskal Suatu Kerangka Pemikiran Bagi
Salah Satu Aspek Penting Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Makalah
Seminar Umum di Universitas Ibnu Khaldun Bogor tanggal 22 Februari 2001.
___________, Kumpulan Paper Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup. Intitut Pertanian Bogor, 2000/2001.
___________, Perspektif Otonomi dan Federasi Dalam Pembangunan Indonesia Di
Masa Depan, Makalah Semiloka Nasional Pembangunan Wilayah Dalam
Perspektif Otonomi Daerah dan Wacana Federasi. Jakarta 2000.
Anwar, A. dan Rustiadi, E., Alternatif Sistem Perencanaan Pembangunan Bagi
Indonesia di Masa Depan. Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ekonomi Politik Baru Pasca Amandemen UUD 1945 Jakarta 2 Juli 2003. Aziz, I.J., Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. Editor
Marsudi Djojodipuro. Penerbit FEUI. Jakarta 1994.
Badan Pusat Statistik, Buletin Statistik Bulanan Indikator Ekonomi, Maret 2003. ___________, Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, Jakarta,
___________, Pedoman Praktis Penghitungan PDRB Kabupaten/
Kotamadya, Buku 1 dan Buku 2, Jakarta, 2000.
___________, Pendapatan Nasional Indonesia 1999-2002, Jakarta, 2003. ___________, Tabel Input-Output Indonesia 2000 Jilid I, II dan III,
Jakarta, 2003.
___________, Teknik Penyusunan Tabel Input-Output, Jakarta, 2003
BPS, Bappenas dan UNDP., Laporan Pembangunan Manusia 2001 Menuju Konsensus
Baru Demokrasi dan Pembangunan Manusia di Indonesia. Jakarta 2001.
BPS Propinsi Banten., Indeks Pembangunan Manusia Banten 2002, Banten 2003
___________., Banten dalam Angka 2003, Banten 2004
Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol: V No. 10, Oktober 2003.
Bappenas, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat I 1998/1999
Seluruh Propinsi Daerah Tingkat I: Tinjauan Umum,Jakarta 1998.
___________, Public Good Governance Sebuah Paparan Singkat. Jakarta.
___________, Proses Perencanaan Pembangunan Nasional: Perencanaan Menurut
Proses/Hirarki Penyusunan. Jakarta.
Bratakusumah, D.S., Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ekonomi Politik Baru Pasca Amandemen UUD 1945 Jakarta 2 Juli 2003.
Depdagri, Jurnal Otonomi Daerah, Vol.III No.1, Agustus 2003, Jakarta 2003. ___________, Jurnal Otonomi Daerah, Vol.III No.3, Desember 2003, Jakarta 2003. Djojosubroto, D.I., Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia. Tulisan
dalam “Buku Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi”. Editor: Heru Subiyantoro, PhD dan Dr. Singgih Riphat, APU. Penerbit Buku Kompas. Jakarta 2004.
Elmi, Bachrul, Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, Penerbit
86
Haryanto, A., Aspek Hukum dalam Penetapan Kebijakan Keuangan Negara. Tulisan
dalam “Buku Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi”. Editor: Heru Subiyantoro, PhD dan Dr. Singgih Riphat, APU. Penerbit Buku Kompas. Jakarta 2004
Heriawan, R. et.al., Analisa Efektivitas PAD DKI Jakarta, Bappeda DKI Jakarta, Jakarta Desember 2001.
Joewono, D., , Mobilitas Penduduk Dalam Wilayah Aglomerasi Perkotaan Kota DKI
Jakarta. Thesis Magister Sains. Institut Pertanian Bogor. Bogor 2003.
Lipsey, Richard G. et al., Pengantar Makroekonomi, Alih Bahasa oleh Agus
Maulana dan Kirbrandoko, Edisi Ke Sembilan, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, 1992.
Mangiri, Komet, Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonom
(Pendekatan Model Input-Output), BPS-CSS, Jakarta, 2000.
Media Otonomi, Rame-rame Melawan Resentralisasi,Tahun III -No.22, Januari 2004
__________, Perimbangan Keuangan Dalam Perspektif, Edisi no.2 Tahun I,
September 2004.
Goeltom, M.S., Prospek Ekonomi 2004-2006 dan Tantangan Kebijakan Makro
Ekonomi Pemerintahan Baru. Makalah Dalam Debat Ekonomi ISEI,
Jakarta September 2004.
Nadkarni, M.V., Sustainable Development: Concept and Issues with Special
Reference to Agriculture in Regional Planning and Sustainable
Development . Kanishika Publisher, Distributor, New Delhi 2000.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat No.1. Tahun 2001 Tentang Rencana Strategis Tahun 2001-2005.
Pusat Penelitian Kompas, Profil Daerah Kabupaten Kota, Jilid I, Penerbit Kompas, Jakarta, Desember 2001.
___________, Profil Daerah Kabupaten Kota, Jilid II, Penerbit Kompas, Jakarta, Januari 2003.
___________, Profil Daerah Kabupaten Kota, Jilid III, Penerbit Kompas, Jakarta, September 2003.
Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
___________, Peraturan Presiden Republik Indonesia No.7 tahun 2005
Tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009. Jakarta 2005.
Rosidi, Ali.. Data Dasar dan Formulasi Penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU)
Tahun 2003. Makalah disampaikan dalam Sosialisasi Kegiatan BPS Tahun
2003, Jakarta 18 Maret 2003.
Saefulhakim, H.R.S., Materi Kuliah Sistem Informasi Wilayah, Program
Pascasarjana Ilmu Perencanaan Pembangunan dan Perdesaan Institut Pertanian Bogor 2001/2002.
Seda, F., Kebijakan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Berimbang
dan Dinamis. Tulisan dalam “Buku Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep
dan Implementasi”. Editor: Heru Subiyantoro, PhD dan Dr. Singgih Riphat, APU. Penerbit Buku Kompas. Jakarta 2004.
Siddik, M., A Policy Agenda For Indonesia. Tulisan dalam “Buku Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi”. Editor: Heru Subiyantoro, PhD dan Dr. Singgih Riphat, APU. Penerbit Buku Kompas. Jakarta 2004.
Siddik, M. et al., Dana Alokasi Umum: Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era
Otonomi Daerah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta November 2002.
Supandri, I.T., Sekapur Sirih Perjalanan Panjang dan Kronologis Terbentuknya
Propinsi Banten 1953-2000.
Suzeta, H.P., Undang-Undang Keuangan Negara , Tugas DPR dan Perencanaan
Pembangunan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ekonomi Politik Baru Pasca Amandemen UUD 1945 Jakarta 2 Juli 2003.
Todaro, Michael P., Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Keenam, Alih
Bahasa Drs. Haris Munandar, MA., Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999 Walpole, RE., Pengantar Statistika, Edisi Ke-3 PT Gramdia Pustaka Jakarta 1982..
LAMPIRAN 2. PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOGOR ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 1993 - 2003 ( PERSEN )
LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003
1. PERTANIAN 0,14 2,10 1,72 -0,37
a. Tanaman Bahan Makanan -0,07 2,88 -3,54 -1,04
b. Tanaman Perkebunan 0,12 1,16 2,20 -89,75
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,36 1,29 8,41 8,80
d. Kehutanan 4,86 4,12 3,11 2,20
e. Perikanan 0,11 0,99 -3,66 -2,59
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,31 2,74 -2,71 0,50
a. Minyak dan Gas Bumi
b. Pertambangan tanpa Migas 3,21 3,37 -4,47 8,12
c. Penggalian 4,75 2,49 -2,02 -2,44
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,73 2,17 4,40 2,87
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas 0,73 2,17 4,40 2,87
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9. Barang lainnya
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 17,52 19,28 7,86 2,60
a. Listrik 18,16 19,79 7,97 2,58
b. Gas
c. Air Bersih 0,51 3,24 4,03 3,14
5. BANGUNAN 2,36 2,80 3,98 3,56
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 2,25 2,98 3,91 2,65
a. Perdagangan Besar & Eceran 2,93 3,44 4,50 3,05
b. Hotel 3,06 3,88 0,59 0,40
c. Restoran 1,19 2,24 3,20 2,17
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6,09 7,26 7,88 5,24
a. Pengangkutan 4,90 5,97 6,87 4,56
1. Angkutan Rel -4,11 2,44 5,20 3,44
2. Angkutan Jalan Raya 5,26 6,22 7,44 4,92
3. Angkutan Laut
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan 3,59 4,87 3,89 2,58
b. Komunikasi 10,81 12,10 11,45 7,57
1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 5,76 6,27 7,02 5,93
a. Bank -2,20 4,73 5,04 4,25
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 3,41 3,85 8,53 7,03
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan 6,54 6,68 7,40 6,24
e. Jasa Perusahaan 1,21 3,45 4,28 3,61
9. JASA-JASA 2,67 4,06 5,80 5,40
a. Pemerintahan Umum 2,89 5,61 8,12 8,36
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta 2,48 2,69 3,72 2,62
1. Sosial Kemasyarakatan 2,00 4,35 5,83 6,38
2. Hiburan & Rekreasi 4,81 3,27 2,82 5,67
3. Perorangan & Rumahtangga 2,55 2,23 3,15 1,47
PDRB DENGAN MIGAS 2,20 3,61 4,46 2,89
PDRB TANPA MIGAS 2,20 3,61 4,46 2,89
LAMPIRAN 4. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN SUKABUMI ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 1993 - 2003 ( PERSEN )
LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 1. PERTANIAN 3,95 8,51 7,90 4,43
a. Tanaman Bahan Makanan 1,36 8,68 0,33 2,93
b. Tanaman Perkebunan 11,17 3,12 3,40 3,97
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,36 14,70 45,22 8,85
d. Kehutanan 10,45 1,59 0,37 2,35
e. Perikanan 14,30 9,16 2,39 4,86
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 5,78 3,67 1,22 3,12
a. Minyak dan Gas Bumi 9,82 2,71 3,69 1,26
b. Pertambangan tanpa Migas -15,06 -17,47 -77,93 0,89
c. Penggalian 4,94 4,08 1,04 3,63
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 97,93 7,33 8,29 5,12 a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas 97,93 7,33 8,29 5,12 1. Makanan, Minuman dan Tembakau
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9. Barang lainnya
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 17,51 14,17 5,12 5,04
a. Listrik 19,28 15,40 5,29 5,19
b. Gas
c. Air Bersih 3,86 3,29 3,46 3,54
5. BANGUNAN 7,63 10,62 11,01 5,02 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 2,17 3,02 2,55 2,26
a. Perdagangan Besar & Eceran 2,29 2,11 2,15 2,11
b. Hotel 2,32 2,78 2,37 0,45
c. Restoran 1,96 4,66 3,25 2,55
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,38 6,81 4,54 4,30 a. Pengangkutan 3,85 6,27 4,29 3,74
1. Angkutan Rel 1,36 2,30 2,63 1,35
2. Angkutan Jalan Raya 3,93 6,58 4,42 3,89
3. Angkutan Laut
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan 2,95 2,94 2,81 1,98
b. Komunikasi 14,27 15,86 8,29 12,73 1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN3,44 5,81 2,96 2,79
a. Bank 2,93 47,79 7,72 5,31
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 3,03 2,79 2,81 1,70
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan 3,63 5,47 2,97 3,06
e. Jasa Perusahaan 2,29 6,07 2,61 1,02
9. JASA-JASA 2,44 5,08 3,22 4,14 a. Pemerintahan Umum 2,57 5,31 3,27 4,07 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta 2,19 4,64 3,13 4,26
1. Sosial Kemasyarakatan 1,94 1,94 5,04 3,53
2. Hiburan & Rekreasi 8,48 7,96 2,29 1,59
3. Perorangan & Rumahtangga 2,10 4,96 2,88 4,42
PDRB DENGAN MIGAS 12,48 6,48 5,67 4,02 PDRB TANPA MIGAS 12,50 6,52 5,69 4,05
Sumber: Publikasi PDRB Kabupaten/Kota Se Provinsi Jawa Barat Tahun 2004
LAMPIRAN 6. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN CIANJUR ATAS DASAR
HARGA KONSTAN 1993 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 1993 - 2003 ( PERSEN ) LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 1. PERTANIAN 3,20 3,97 4,08 3,62
a. Tanaman Bahan Makanan 3,26 4,15 4,26 3,69
b. Tanaman Perkebunan 3,77 4,40 4,59 4,43
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,81 2,22 2,24 2,39
d. Kehutanan 2,09 2,51 2,42 2,43
e. Perikanan 2,94 2,20 2,26 2,35 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,94 4,27 4,40 4,56
a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas
c. Penggalian 4,94 4,27 4,40 4,56 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,87 3,26 3,30 3,40 a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas 0,87 3,26 3,30 3,40
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9. Barang lainnya
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2,81 3,32 3,66 4,04
a. Listrik 2,42 2,94 3,25 3,61
b. Gas
c. Air Bersih 7,63 7,85 8,33 8,68 5. BANGUNAN 2,20 2,16 2,13 2,16 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 3,44 3,62 3,68 3,43
a. Perdagangan Besar & Eceran 3,64 3,84 3,89 3,51
b. Hotel 4,77 5,38 5,97 6,03
c. Restoran 2,90 2,98 3,05 3,02 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,85 3,56 3,78 4,11 a. Pengangkutan 4,73 3,18 3,32 3,62
1. Angkutan Rel 5,63 2,26 2,37 2,15
2. Angkutan Jalan Raya 4,76 2,94 3,06 3,38
3. Angkutan Laut
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan 4,38 5,62 5,83 6,02 b. Komunikasi 5,83 6,65 7,46 7,83
1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN3,04 3,08 3,14 2,92
a. Bank 2,35 1,86 1,75 1,91
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 6,47 6,80 6,88 6,98
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan 3,13 3,21 3,28 2,96
e. Jasa Perusahaan 1,92 1,89 1,86 1,97 9. JASA-JASA 2,98 3,00 3,08 3,09 a. Pemerintahan Umum 2,08 2,12 2,15 2,18
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta 4,33 4,30 4,43 4,39
1. Sosial Kemasyarakatan 2,65 1,18 1,21 1,31
2. Hiburan & Rekreasi 3,62 5,82 7,24 7,21
3. Perorangan & Rumahtangga 4,71 4,93 5,03 4,94 PDRB DENGAN MIGAS 3,23 3,60 3,70 3,46 PDRB TANPA MIGAS 3,23 3,60 3,70 3,46
LAMPIRAN 8. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2000 - 2003 ( PERSEN )
LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 1. PERTANIAN 0,51 0,44 4,10 2,57
a. Tanaman Bahan Makanan -0,70 0,11 3,72 2,07
b. Tanaman Perkebunan 2,58 1,52 4,91 3,67
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,02 0,26 4,88 2,82
d. Kehutanan 10,72 0,20 6,76 6,72
e. Perikanan 5,47 2,13 3,17 4,21 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,44 5,46 6,21 4,18
a. Minyak dan Gas Bumi -0,38 6,53 4,92 2,83
b. Pertambangan tanpa Migas
c. Penggalian 4,79 3,59 8,55 6,53 3. INDUSTRI PENGOLAHAN -13,12 5,40 4,74 4,62 a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas -13,12 5,40 4,74 4,62
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9. Barang lainnya
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH -12,25 15,27 5,47 3,26
a. Listrik -12,22 15,33 5,31 3,27
b. Gas
c. Air Bersih -14,14 9,95 21,21 2,14 5. BANGUNAN -24,21 13,38 6,16 6,72 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN -13,69 5,27 4,95 6,22
a. Perdagangan Besar & Eceran -15,21 5,15 5,04 6,21
b. Hotel -4,63 13,84 4,58 5,76
c. Restoran -9,39 5,37 4,72 6,27 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI -2,54 5,07 5,83 5,52 a. Pengangkutan -4,86 5,09 5,75 5,36
1. Angkutan Rel -8,81 6,86 4,09 4,62
2. Angkutan Jalan Raya -3,28 5,02 5,89 5,31
3. Angkutan Laut
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan -16,86 5,57 4,65 5,92 b. Komunikasi 8,85 4,95 6,18 6,18
1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN-8,97 1,77 5,05 6,59
a. Bank -64,17 38,27 35,45 24,46
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank -8,20 1,44 7,78 5,53
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan -9,95 1,70 5,48 7,81
e. Jasa Perusahaan -3,84 1,71 2,62 1,77 9. JASA-JASA -4,27 1,02 5,93 9,41 a. Pemerintahan Umum -0,17 1,52 6,98 14,21
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta -8,17 0,49 4,82 4,28
1. Sosial Kemasyarakatan -4,74 1,03 4,26 4,72
2. Hiburan & Rekreasi 0,82 8,27 5,07 3,84
3. Perorangan & Rumahtangga -9,27 0,20 4,99 4,16 PDRB DENGAN MIGAS -10,70 5,04 4,95 5,07 PDRB TANPA MIGAS -10,76 5,03 4,95 5,09
LAMPIRAN 10. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN GARUT ATAS DASAR
HARGA KONSTAN 1993 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2000 - 2003 ( PERSEN ) LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 1. PERTANIAN 3,83 3,71 3,89 3,93
a. Tanaman Bahan Makanan 4,01 3,88 4,00 4,04
b. Tanaman Perkebunan 2,05 2,02 2,69 2,71
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 5,48 5,26 5,46 5,49
d. Kehutanan 2,06 2,20 3,78 3,83
e. Perikanan 2,37 2,14 2,26 2,29 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,37 0,78 0,44 0,49
a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas
c. Penggalian 0,37 0,78 0,44 0,49 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,68 3,96 5,08 5,11 a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas 1,68 3,96 5,08 5,11
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9. Barang lainnya
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5,43 3,66 4,59 4,56
a. Listrik 5,71 3,48 4,51 4,47
b. Gas
c. Air Bersih 3,23 5,10 5,21 5,27 5. BANGUNAN 1,12 0,31 0,38 0,00 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 4,57 3,45 3,97 0,00
a. Perdagangan Besar & Eceran 5,72 4,17 4,74 0,00
b. Hotel 2,41 2,48 2,55 0,00
c. Restoran 1,08 1,14 1,44 0,00 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6,69 3,89 4,76 5,31 a. Pengangkutan 6,21 2,99 3,90 4,47
1. Angkutan Rel 1,50 1,98 3,44 4,27
2. Angkutan Jalan Raya 6,61 3,29 3,36 4,45
3. Angkutan Laut
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan 4,61 0,93 8,52 4,71 b. Komunikasi 10,55 10,77 10,88 10,91
1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN5,94 4,52 4,67 4,76
a. Bank 16,38 18,87 19,12 19,37
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 9,44 11,57 11,69 7,54
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan 6,24 4,20 4,24 4,28
e. Jasa Perusahaan 2,18 2,40 2,55 2,59 9. JASA-JASA 3,50 2,82 2,95 2,96 a. Pemerintahan Umum 3,97 3,57 3,62 3,62
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta 2,77 1,65 1,88 1,90
1. Sosial Kemasyarakatan 2,32 2,11 2,74 2,79
2. Hiburan & Rekreasi 3,09 1,03 1,26 1,32
3. Perorangan & Rumahtangga 2,84 1,58 1,74 1,76 PDRB DENGAN MIGAS 3,89 3,42 3,79 2,74 PDRB TANPA MIGAS 3,89 3,42 3,79 2,74
LAMPIRAN 12. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN TASIKMALAYA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2000 - 2003 ( PERSEN )
LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 1. PERTANIAN -11,19 1,97 0,30 3,25
a. Tanaman Bahan Makanan -3,98 0,14 -0,53 2,93
b. Tanaman Perkebunan 3,47 3,53 21,39 1,79
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya -34,95 6,12 0,23 3,71
d. Kehutanan 4,17 6,52 -15,51 2,70
e. Perikanan -18,93 9,41 -8,41 8,35 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6,10 6,63 0,39 10,59
a. Minyak dan Gas Bumi
b. Pertambangan tanpa Migas 51,68 44,84 -47,96 -0,46
c. Penggalian 6,01 6,52 0,57 10,61 3. INDUSTRI PENGOLAHAN -53,20 1,12 7,22 3,18 a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas -53,20 1,12 7,22 3,18
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9. Barang lainnya
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH -41,45 -1,71 10,86 4,77
a. Listrik -39,00 -1,37 10,85 4,86
b. Gas
c. Air Bersih -70,58 -10,28 11,10 2,44 5. BANGUNAN -65,30 2,15 2,47 2,63 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN -40,76 3,28 5,96 4,52
a. Perdagangan Besar & Eceran -35,21 3,91 6,92 5,33
b. Hotel -96,78 -4,70 13,05 0,61
c. Restoran -51,99 1,38 2,99 1,93 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI -58,15 6,94 3,37 2,59