• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis serta interprestasi kekerasan terhadap representasi kekerasan seksual yang terdapat dalam film “Virgin 2” melalui pemeran Christina Santika dan Yama Carlos, peneliti menarik kesimpulan bahwa kekerasan yang dimaksud dalam film ini adalah kekerasan Verbal, yaitu kekerasan yang berupa bahasa tubuh , tindakan, perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh dan tewasnya seseorang .kekerasan tersebut berupa suatu tindakan yang nyata dan tampak sehingga pihak korban dengan sangat jelas mengetahui tindak kekerasan yang dilakukan oleh si pelaku. Dalam film ini kekerasan juga dibangun melalui level realitas, representasi, serta ideology.

Representasi ini dihadirkan melalui keseluruhan dari adegan – adegan yang ditampilkan dalam film “Virgin 2” sehingga dapat diambil makna yang terkandung dalam film ini. Dari setiap adegan yang ditampilkan dalam film ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyak sekali adegan kekerasan seksual dan adegan vulgar yang menjurus ke arah seksual.

Pada film ini juga terdapat tanda – tanda yang menyampaikan kekerasan seksual secara verbal, cara tersebut dipertentangkan oleh norma –

norma yang ada, karena adanya tindakan yang tidak baik untuk mencapai suatu kehendak dan tujuan tertentu.

Dari scene – scene tersebut telah digambarkan bagaimana kekerasan seksual tersebut di tampilkan oleh pemeran Yama Carlos (Yama). Yakni seorang yang mampu melakukan tindakan kekerasan untuk tujuan dan maksud tertentu seperti pelampiasan napsu seksual, sehingga korban mengetahui semua tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh pemeran Yama, Tina sebagai korban merasa sangat tersakiti , sakit hati dan merasa dilecehkan.

Secara psikologis, jika seseorang mengalami kekerasan maka akan cenderung mengalami traumatis, malu, dan merasa sakit hati. Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kekerasan psikis. Pada dasarnya setiap manusia pernah mengalami kekerasan, baik fisik maupun psikis.

Aktifitas simbolik ini mengandung makna, dimana kekerasan mengacu pada arti yang sama, yang telah diungkapkan dalam kamus (Poerwodarminto, 1999 :102) bahwa kekerasan adalah sifat yang keras, berupa kekuatan dan paksaan. Sedangkan paksaan berarti bahwa kekuatan dan tekanan. Sedangkan dalam bahasa inggris kekerasan suatu serangan invasi fisik atau integritas mental psikologis seseorang. (Englander dalam Saraswati, 2006 :13).

Dari uraian diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa film tersebut menampilkan sebuah fenomena kekerasan seksual. Kekerasan seksual

yang terdapat dalam Film “Virgin 2” menampilkan kekerasan pada umumnya, karena kekerasan pada film ini bentuknya verbal dan nyata. Adegan – adegan yang ditampilkan menjadi representasi kekerasan seksual yang ditampilkan dalam film ini.

5.2. Saran

Film “Virgin 2” ini juga memberikan ruang bagi khalayak untuk berfikir agar dapat memahami makna yang terkandung dan disampaikan dalam film ini melalui ekspresi wajah dan sikap yang di tonjolkan oleh pemeran utama dalam film ini dengan melalui beberapa scene yang diambil dengan berbagi jenis shot.

Adegan vulgar yang ditampilkan dalam film “Virgin 2” ini dianggap terlalu berlebihan yang sebaiknya tidak perlu ditampilkan, karena dapat merusak moral bangsa Indonesia yang masih menganut budaya timur.

Ditilik dari segi popularitas, film bergenre remaja yang dibumbui oleh kekerasan seksual cenderung laku di kalangan publik terutama masyarakat Indonesia. Ada pun beragam kontroversi yang sangat mengundang khalayak untuk mengetahui bahkan menonton tayangan ini di bioskop secara berulang – ulang.

Disinilah letak kesalahan publik dalam menilai suatu karya film, seharusnya mereka lebih cermat dalam menyaring kualitas skenario filmnya

terutama dengan keselarasan antara genre yang disajikan bukan dari segi seksual yang jelas menyimpang dari alur cerita.

Kebiasaan menonton film dengan kadar kualitas cerita yang rendah cenderung memberikan dampak – dampak yang negative pada pemikiran generasi masa kini, terutama dalam hal pergaulan bebas yang kini sedang marak diperdebatkan. Lagipula, untuk mencapai suatu apresiasi dari sebuah film itu, terletak pada isi atau pokok permasalahan dari tema yang disajikan. Bukan hanya sekedar Booming tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang menyaksikan tayangan tersebut.

Oleh karena itu saran dari penulis, sekiranya penulis skenario dan sutradara dalam pembuatan film lebih realistis dan juga menjunjung tinggi Undang – Undang Pornografi dan Pornoaksi dalam menyematkan setiap adegan pada suatu film. Dan kelak bisa menciptakan karya-karya film yang dapat menjunjung tinggi dan memberikan citra yang baik khususnya bagi perfilman Indonesia dan umumnya bagi nama baik bangsa Indonesia di mata dunia, bukan malah menciptakan film yang menjatuhkan dan memberi nilai yang buruk bagi citra perfilman Indonesia, caranya dengan tidak terlalu mengexpose hal-hal yang negatif melainkan lebih mengexpose hal-hal yang positif dalam pembuatan film . Misalnya dengan memunculkan film mengenai tekhnologi, hasil karya yang inovatif karya anak bangsa, keindahan alam Indonesia, kebudayaan dan potensi-potensi lain yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Budiaman, kris,(2006), Semiotika Visual. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Effendy, Onong Uchjana, 1993. Televisi Siaran, Teori dan Praktek, Bandung : CV Mandar Maju.

Eriyanto, 2002. Analisis Framming, Konstruksi Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta : Lkis.

Fiske, John.(2004) Cultural and Comunication studies, Yogyakarta : Jalasutra Hidayana, Irwan M,(2004) Seksualitas : Teori dan Realitas, Depok : Fisip UI Kurniawan (2001), Semiologi Rolad Barthes, Magelang : Yayasan Indonesia Moleong Lexy,(2005), Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya

Mc. Quail, Dennis (1983), Mass Comunication Teory, an Introduction, California, sage, publication

Santoso, Thomas,(2002), Teori – Teori Kekerasan, Jakarta : Ghalia

Soekanto Soejono, (2004), Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sobur, Alex,(2004). Analisis Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sulistyo, Rono, Cetakan Ketiga. Pendidikan Seks, Bandung : Universitas Padjajaran Reed H. Blake,(2005), Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya : Payprus

Victo. C . Mambor : http.//situskunci.tripod.com/teles/victor1.htm

http : //pribadi.or.id/diary/2003/07/05/Bandung-lagi-survey-freeseks-remaja. www.penulislepas.com

Chandlers2002 : www.aber.ae.uk www.WordPrees.com

Dokumen terkait