• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

1. Varietas ubi jalar memberikan respons dalam meningkatkan produksi ubi jalar pada panjang umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per plot, indeks panen dimana varietas yang terbaik adalah Antin 2.

2. Pemberian bokashi jerami padi meningkatkan pertumbuhan ubi jalar pada pertambahan panjang tanaman umur 7 MST, pemberian bokashi jerami padi meningkatkan produksi ubi jalar pada bobot umbi per plot dan rataan bobot umbi per plot dimana dosis bokashi jerami padi yang terbaik adalah 3 kg/plot (15 ton/ha).

3. Interaksi perlakuan varietas dan pemberian bokashi jerami padi memberikan respon dalam meningkatkan produksi tanaman ubi jalar yaitu palda bobot umbi per plot dimana kombinasi terbaik pada varietas Antin 2 dan bokashi jerami padi 1 kg/plot (V2J1).

Saran

Untuk teknologi budidaya ubi jalar disarankan menggunakan varietas Antin 2 dengan pemberian bokashi jerami 2 kg/plot (10 ton/ha) karena menunjukkan produksi yang terbaik.

Botani Tanaman

Adapun sistematika tanaman ubi jalar menurut Rukmana (1997) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae , Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Convolvulales, Famili : Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea batatas L.

Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi. Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif (Sonhaji, 2007).

Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku - buku dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang tanaman bertipe tegak antara 1m–2m, sedangkan pada tipe merambat (menjalar) antara 2m–3m. ukuran batang dibedakan atas 3 macam yaitu besar, sedang, kecil. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu–unguan (Rukmana, 1997). Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda tergantung varietasnya. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang (Suparman, 2007).

Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga mekar pagi (morning glory). Bunga mekar pada

pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji terdapat dalam kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan

pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Buah pada ubi jalar berkotak tiga yang terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Satu bulan setelah terjadi penyerbukan buah ubi jalar sudah masak, didalam buah terdapat biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif untuk menghasilkan varietas ubi jalar yang baru (Juanda dan Cahyono, 2000).

Syarat Tumbuh Iklim

Di Indonesia tanaman ubi jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke pegunungan dengan ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu rata-rata 27°C dan lama penyinaran 11 – 12 jam per hari. Tanaman ubi jalar membutuhkan intensitas sinar matahari yang sama dengan tanaman padi atau setara dengan tanaman jagung dalam ketahanannya terhadap kekeringan. Ubi jalar dapat di tanam pada kelembaban yang sama dengan kelembaban yang dibutuhkan oleh jagung. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh subur apabila iklim panas dan lembab. Ubi jalar memerlukan paling sedikit empat bulan musim panas dan jumlah sinar yang cukup selama periode pertumbuhannya (Jedeng, 2011).

Tanaman ubi jalar dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 lintang utara dan 300 lintang selatan. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanamn didataran

(pegunungan) berketinggian 1000 meter di atas pemukaan laut (dpl), ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah (Rukmana, 1997).

Kelembaban berpengaruh terhadap laju transpirasi. Jika kelembaban udara lingkungan di sekitar tumbuhan tinggi maka difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan akan berlangsung lambat. Sebaliknya, jika kelembaban di sekitar tumbuhan rendah, difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan berlangsung cepat (Lakitan, 2007).

Tanah

Ubi jalar dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan didapat bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik dengan 7 drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur tanah bila ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil dan bentuk umbinya sering berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila ditanam pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat sedikit. Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5 - 7,5. pH tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah 6,1 - 7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh pada pH tanah yang relative rendah (Jedeng, 2011).

Hampir semua jenis tanah petanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik aerasi serta drainasenya baik. Pananaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang

hama penggerek (Cylas sp.). sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau drainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol (Deputi Menegristek, 2008).

Tanaman ini dapat diusahakan di berbagai tempat, baik dataran rendah maupun dataran tinggi/pegunungan, serta di segala macam tanah. Tetapi yang paling cocok dan potensial, dengan hasil produksi yang bagus dan tinggi adalah di tanah pasir berlempung yang gembur dan halus. Tanah dengan pH 5.6-6.6 lebih disukai untuk pertumbuhannya (Koswara, 2013).

Varietas Ubi Jalar

Ubi jalar ungu jenis Ipomoea batatas L. memiliki warna ungu yang cukup pekat pada daging ubinya, sehingga banyak menarik perhatian. Warna ungu pada ubi jalar disebabkan oleh adanya pigmen ungu antosianin yang menyebar dari bagian kulit sampai dengan daging ubinya. Konsentrasi antosianin inilah yang menyebabkan beberapa jenis ubi ungu mempunyai gradasi warna ungu yang berbeda. Secara nutrisi, ubi jalar pada umumnya didominasi oleh karbohidrat yang dapat mencapai 27,9% dengan kadar air 68,5%, sedang dalam bentuk tepung karbohidratnya mencapai 85,26% dengan kadar air 7,0% (Hardoko et al., 2010).

Antosianin merupakan kelompok pigmen yang dapat larut di dalam air dan berperan memberi warna ungu, merah atau biru pada buah-buahan dan sayuran. Antosianin memiliki kemampuan yang tinggi sebagai antioksidan karena kemampuannya menangkap radikal bebas dan menghambat peroksidasi lemak, penyebab utama kerusakan pada sel yang berasosiasi dengan terjadinya penuaan dan penyakit degeneratif. Kemampuan antioksidan ubi jalar ungu lebih tinggi

kedelai hitam, beras hitam dan terong ungu (Ginting et al, 2011).

Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan. Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar, berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis, tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.) dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp., kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram, keadaan serat ubi relatif rendah (Jayanto, 2009).

Ubi Jalar Antin -1 merupakan hasil persilangan antara varietas lokal Samarinda dari Blitar dengan Kinta varietas lokal Papua. Varietas ini toleran terhadap kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan memiliki corak warna yang atraktif yakni berwarna ungu bercampur putih pada daging umbi. Potensi hasil mencapai 33,2 ton /ha dengan umur panen 4 - 4,5 bulan, serta pigmen ubijalar yang berwarna ungu megandung antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan. Keunggulan varietas ini memiliki potensi hasil tinggi dan toleran terhadap kekeringan. Corak warna umbi ungu bercampur putih yang atraktif cocok di buat menjadi keripik. Mengandung zat antosianin sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang menyebabkan penuaan, kanker dan penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Antosianin juga memiliki kemampuan sebagai anti-mutagenik dan anti-karsinogenik terhadap mutagen dan karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan olahannya, mencegah gangguan pada fungsi

hati, anti-hipertensi dan menurunkan kadar gula darah (anti-hiperglisemik). Varietas ubi jalar ini berpotensl dikembangkan secara komersial oleh industri pangan dan olahan termasuk untuk penyediaan bahan baku farmasi (BALITKABI, 2012).

Sampai saat ini Indonesia sudah merilis 23 varietas unggul ubi jalar namun belum memiliki varietas ubi jalar ungu (kadar antosianin tinggi). Varietas ubijalar ungu (kaya antosianin) yang berkembang di masyarakat saat ini adalah Ayamurasaki, introduksi dari Jepang yang beredar secara illegal karena belum dirilis secara resmi (BALITKABI, 2013).

Antin-2 dengan kode klon RIS 03063-05 berasal dari hasil persilangan terkendali antara klon MSU 01008-16 dengan varietas lokal Samarinda (lokal Blitar). Antin 2 memiliki potensi hasil umbi tinggi 37,1 t/ha, kandungan antosianin 130,19 mg/100 b (bb), bahan kering umbi 32,6%, agak tahan hama boleng dan penyakit kudis serta memiliki rasa enak. Antin-3 dengan kode klon MSU 03028-10 berasal dari salah satu turunan hasil persilangan bebas dari induk betina MSU 03028. Potensi hasil umbi Antin 3 adalah 30,6 t/ha, memiliki kandungan antosianin yang sangat tinggi yaitu 150,67 mg/100 g (bb), kadar bahan kering 29,7%, agak tahan hama boleng dan penyakit kudis serta memiliki rasa enak, manis dan agak pahit, rasa pahit ini berkorelasi dengan kandungan antosianin yang sangat tinggi (BALITKABI, 2013).

Varietas Antin 3 memiliki tipe tanaman semi kompak dengan dominan sulur berwarna hijau dengan beberapa bercak ungu tua dengan warna skunder sulur ungu pada buku-buku. Daun dewasa berukuran sedang, berwarna hijau sedangkan daun muda permukaan atas dan bawah berwarna ungu. Susunan

panjang, memiliki warna kulit umbi merah ungu dengan warna daging ungu tua. Varietas Antin 3 memiliki kadar bahan kering yang cukup tinggi yaitu 29,65 % dan juga memiliki rasa umbi yang enak, manis dan agak pahit (BALITKABI, 2013).

Bokashi Jerami Padi

Ada beberapa sampah organik yang bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bokashi dan salah satunya adalah jerami padi. Jerami padi mengandung beberapa unsur organik esensial yang dibutuhkan oleh tanaman (Wulandari, et al, 2013). Bokashi jerami padi merupakan hasil olahan jerami padi dengan EM-4, yang cukup potensial sebagai bahan organik. Pemberian bokashi jerami padi dan pupuk P diharapkan akan meningkatkan ketersediaan P, meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan hasil kacang tanah (Sedjati, 2010).

Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti Nitrogen dan Kalium sehingga dapat membantu menggantikan pupuk Urea dan KCl. Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani dapat menghemat biaya pupuk karena tidak perlu lagi memberikan pupuk Urea dan KCl. Satu ton jerami padi dapat diperoleh ½ ton sampai 2/3 ton kompos. Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah : unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5)

0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium

kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering. Jumlah hara ini kurang lebih dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani (BPTP, 2013).

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi sebagai penambah unsur hara apabila dikembalikan ke dalam tanah. Sampai saat ini, penanganan limbah jerami padi oleh petani sebagian besar dilakukan dengan cara dibakar dan abunya digunakan sebagai pupuk. Penanganan limbah dengan cara dibakar mengakibatkan beberapa unsur hara seperti C dan S menjadi hilang dan apabila dilakukan secara terus-menerus dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya. Nilai jerami padi sebagai pupuk umumnya terlupakan. Pembakaran jerami merupakan kegiatan yang umum dilakukan di banyak negara, disebabkan sulitnya mencampur jerami dalam jumlah besar ke dalam tanah. Jerami padi memiliki dinding sel yang terdiri dari 39.7 % selulosa dalam berat kering, 25.2% hemiselulosa dan 4.8% lignin. Pada sekam padi mengandung mineral silika (SiO2) sebesar 23.96% dan pada bagian jerami

mengandung 4-9% silica (Mulyadi, 2003).

Penambahan bahan organik (bokashi) ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara tanah. Hal ini karena semakin banyak dosis pupuk bokashi yang diberikan, maka N yang terkandung di dalam pupuk bokashi juga semakin banyak yang diterima oleh tanah. Unsur N merupakan unsur hara yang sangat penting karena merupakan unsur yang paling banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen berfungsi sebagai penyusun asam-asam amino, protein komponen pigmen klorofil yang penting dalam proses

perkembangan tanaman terganggu dan hasil menurun yang disebabkan oleh terganggunya pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintesis (Djunaedi, 2009).

Nisbah C/N kompos yang stabil antara 10 sampai 30 . Dari segi penyediaan hara maka bahan organik dengan nisbah C/N rendah dikatakan bermutu tinggi karena lebih mudah terdekomposisi dan cepat menyediakan hara tanpa menimbulkan immobilisasi hara. Bahan organik jerami padi dapat memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman. Selain itu bahan organik jerami padi dapat mensuplai unsur hara terutama K. Jerami padi secara tidak langsung mengandung N dan C yang menyediakan substrat untuk metabolisme jasad renik (Pangaribuan et al, 2011).

PENDAHULUAN

Dokumen terkait