• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lahan penanaman yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma di areal tersebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman olah 20 cm. setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 30 cm dengan jarak antar blok 50 cm dan jarak antar plot 30 cm. Pada sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian.

Pembuatan Bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan pada saat setelah dilakukan persiapan lahan dengan ukuran 200 cm x 100 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dengan media tanam yang digunakan adalah tanah lahan yang sudah digemburkan dan dicampur dengan kompos.

Pembuatan Bokashi Jerami Padi

Pembuatan bokashi jerami padi dilakukan 1 bulan sebelum penanaman. Proses pembuatan bokashi sebanyak 100 kg dibutuhkan bahan bahan yaitu, jerami padi 30 yang dicacah halus 30 kg, kotoran ternak 5 kg, dedak halus 15 kg, arang sekam 10 kg, biostater 1 liter, air secukupnya. Proses pembuatannya yaitu jerami padi dicacah halus lalu dicampur dengan pupuk kandang, dedak halus dan arang sekam. Setelah itu, diaduk hingga merata dan diberi biostater. Lalu diaduk lagi sampai merata. Setelah itu, ditutup dengan menggunakan plastik atau goni. Pertahankan suhu adonan maksimal 50 °C, bila suhunya lebih maka turunkan dengan membolak-balik adonan. Bahan bahan tersebut akan menjadi bokashi pada 10-14 hari.

Bibit yang digunakan adalah varietas Antin-1, Antin-2, Antin-3 berasal dari Balitkabi Malang panjang stek pucuk 25 cm dan ukuran bibit relatif sama. Pengaplikasian Bokashi Jerami Padi

Pengaplikasian bokashi jerami padi dilakukan sesuai dengan dosis yaitu 0 kg/plot, 1 kg/plot, 2 kg/plot, 3 kg/plot. Pengaplikasian bokashi jerami padi dilakukan dengan cara ditabur kemudian dicampurkan ke tanah dengan cara dicangkul sampai merata. Di aplikasikan 1 minggu sebelum stek ubi jalar akan di tanam.

Penanaman

Stek pucuk ditanam tegak lurus dengan pangkal stek dibenamkan (1/3 bagian stek) sehingga tinggi 2/3 bagian stek di atas tanah, jarak tanam yang

digunakan adalah 30 x 30 cm. Setiap lubang ditanami dengan 1 stek. Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung kondisi cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada setek yang rusak atau tidak tumbuh pada saat 2-3 MST setelah penanaman di lapangan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk cair yang diaplikasikan seminggu sekali.

Pengangkatan Batang

Pengangkatan batang bertujuan mencegah terbentuknya umbi-umbi kecil. Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan pada umur 50 HST atau spengangkatan batang dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu. Pembumbunan dilakukan pada umur 4 MST hingga 8 MST dengan interval satu minggu.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual dengan mencabut tanaman yang terkena penyakit dan diganti dengan tanaman transplanting, sedangkan pada tanaman yang terkena penyakit menjelang tanaman panen tidak diganti dengan tanaman transplanting. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan yaitu apabila terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Panen

Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 16 MST dengan kriteria panen dapat dilihat dengan warna daun mulai menguning dan kemudian rontok. Panen dilakukan dengan cara mencangkul guludan dan mengangkat tanaman

Umbi dipotong dari pangkal batang tanaman. Parameter Pengamatan

Pertambahan panjang tanaman (cm)

Pertambahan panjang tanam diukur mulai pangkal batang (diatas permukaan tanah) hingga ujung yang diluruskan, dan dilakukan pada 1 MST sampai 10 MST yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 MST. Kemudian dihitung selisihnya.

Panjang umbi per sampel (cm)

Panjang umbi per sampel dihitung dengan menghitung panjang umbi setelah panen. Kriteria umbi yang dihitung adalah umbi yang sudah membengkak dan bentuknya lebih besar dari akar.

Jumlah umbi per sampel (umbi)

Jumlah umbi di hitung dengan menghitung jumlah umbi yang didapat setelah di panen.

Bobot umbi per sampel (g)

Bobot umbi (g) di timbang dengan menggunakan timbangan setelah panen. Bobot umbi ditimbang setelah umbi dibersihkan dari akar dan kotoran- kotoran yang menempel.

Bobot umbi per plot (g)

Bobot umbi per plot ditimbang dengan timbangan yaitu seleruh umbi yang dihasilkan dalam 1 plot dan dilakukan setelah panen.

Bobot biomassa tanaman (g)

Bobot biomassa tanaman per sampel ditimbang dengan timbangan setelah tajuk dan akarnya dipisahkan dari umbi serta dibersihkan dari tanah yang dilakukan setelah panen.

Rataan bobot umbi

Rataan bobot umbi di hitung dengan rumus sebagai berikut : Rataan bobot umbi = Bobot umbi

Jumlah umbi (Wandana, 2012).

Indeks panen

Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut : Indeks Panen = Bobot umbi per sampel

Bobot biomassa tanaman + Bobot umbi per sampel (Wandana, 2012).

Hasil

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 6-35) diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter panjang umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per plot, indeks panen. Perlakuan pemberian bokashi jerami padi berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman, bobot umbi per plot dan rataan bobot umbi per plot. Interaksi perlakuan varietas dan pemberian bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Pertambahan panjang tanaman (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 6-25), diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman pada umur 4 MST dan 7 MST serta interaksi antara perlakuan varietas dengan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman.

Pertambahan panjang tanaman 4-7 MST pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertambahan panjang tanaman 4-7 MST dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi

MST Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) ….…………..….cm……… 4 Antin 1 (V1) 29.36 31.74 31.80 19.82 28.18 Antin 2 (V2) 25.12 28.12 34.12 12.99 25.09 Antin 3 (V3) 28.11 32.97 32.78 17.48 27.83

Rataan 27.53ab 30.94a 32.90a 16.76b 27.03

5 Antin 1 (V1) 36.88 28.05 30.33 44.51 34.94 Antin 2 (V2) 29.78 57.45 39.37 33.49 40.02 Antin 3 (V3) 47.55 39.45 29.60 29.50 36.53 Rataan 38.07 41.65 33.10 35.83 37.16 6 Antin 1 (V1) 33.78 34.21 39.68 35.16 35.70 Antin 2 (V2) 28.77 38.62 31.33 38.15 34.22 Antin 3 (V3) 43.77 43.86 35.89 42.52 41.51 Rataan 35.44 38.89 35.63 38.61 37.14 7 Antin 1 (V1) 31.59 34.18 37.93 49.33 38.26 Antin 2 (V2) 38.08 36.66 39.90 36.78 37.85 Antin 3 (V3) 33.92 39.31 38.76 40.29 38.07

Rataan 34.53c 36.71b 38.86ab 42.13a 38.06 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi menghasilkan rataan pertambahan panjang tanaman tertinggi pada perlakuan J2 (2 kg/plot) yakni 32.90 cm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan J1 (1 kg/plot) yakni 30.94 cm, berbeda tidak nyata

dengan perlakuan J0 (0 kg/plot) yakni 27.53 cm, dan terendah pada perlakuan J3 (3 kg/plot) yakni 16.76 cm.

Dari data pengamatan 7 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi menghasilkan rataan pertambahan panjang tanaman tertinggi pada perlakuan J3 (3 kg/plot) yakni 42.13 cm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (2 kg/plot) yakni 38.86 cm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan J1 (1 kg/plot) yakni 36.71 cm, dan terendah pada perlakuan J0 (0 kg/plot) yakni 34.53 cm.

Gambar hubungan pertambahan panjang tanaman 7 MST dengan pemberian dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 : hubungan pertambahan panjang tanaman 7 MST dengan pemberian dosis bokashi jerami padi

Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan linier positif antara pertambahan panjang tanaman dan pemberian dosis bokashi jerami padi yang berarti dosis bokashi jerami padi 3 kg/plot dapat meningkatkan pertambahan panjang tanaman.

Panjang Umbi Per Sampel (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 28 dan 29), diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang umbi per sampel, pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap panjang umbi per sampel, serta interaksi varietas dan berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap panjang umbi per sampel.

Panjang umbi per sampel pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi

Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) ..…………....…..cm……….. Antin 1 (V1) 13.13 15.94 10.19 10.40 12.41b Antin 2 (V2) 18.03 19.84 18.12 20.48 19.12a Antin 3 (V3) 21.81 12.56 13.79 14.15 15.58b Rataan 17.65 16.11 14.03 15.01 15.70

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Dari data pengamatan Tabel 2, dapat diketahui bahwa perlakuan varietas

menghasilkan rataan panjang umbi per sampel tertinggi pada perlakuan V2 (Antin 2) yakni 19.12 cm, berbeda nyata dengan perlakuan V3 (Antin 3) yakni

15.58 cm dan V1 (Antin 1) yakni 12.41 cm. Jumlah Umbi Per Sampel (umbi)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 26 dan 27), diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per sampel sedangkan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dan interaksi perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per sampel.

Jumlah umbi per sampel pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi

Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) ………...umbi…….………

Antin 1 (V1) 1.17 1.08 1.25 1.17 1.17b

Antin 2 (V2) 1.17 1.67 1.58 1.33 1.44a

Antin 3 (V3) 1.42 1.08 1.00 1.00 1.13c

Rataan 1.25 1.28 1.28 1.17 1.24

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Dari data pengamatan Tabel 3, dapat diketahui bahwa perlakuan varietas menghasilkan rataan jumlah umbi per sampel tertinggi pada perlakuan V2 (Antin 2) yakni 1.44, berbeda nyata dengan perlakuan V1 (Antin 1) yakni 1.17, dan berbeda nyata dengan perlakuan V3 (Antin 3) yakni 1.13.

Bobot Umbi Per Sampel (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 30 dan 31), diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi per sampel sedangkan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi per sampel dan interaksi perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi per sampel.

Bobot umbi per sampel pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 4.

berbagai dosis bokashi jerami padi Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) ………….…………..g……….….. Antin 1 (V1) 59.80 56.43 77.34 50.44 61.00 Antin 2 (V2) 76.84 164.65 112.78 120.20 118.62 Antin 3 (V3) 19.48 29.02 103.80 112.87 66.29 Rataan 52.04 83.37 97.97 94.50 81.97

Dari data pengamatan Tabel 4, dapat diketahui bahwa perlakuan varietas menghasilkan rataan bobot umbi per sampel tertinggi pada perlakuan V2 (Antin 2) yakni 118.62 g, dan terendah pada perlakuan V1 (Antin 1) yakni 61.00 g, sedangkan perlakuan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi menghasilkan rataan tertinggi pada perlakuan J2 (2 kg/plot) yakni 97.97 g, dan terendah pada perlakuan J0 (0 kg/plot) yakni 52.04 g.

Bobot Biomassa Tanaman Per Sampel (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 32 dan 33), diketahui bahwa, perlakuan varietas, pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi, serta interaksi berbagai dosis bokashi jerami padi dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biomassa tanaman per sampel.

Bobot biomassa tanaman per sampel pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot biomassa tanaman per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi

Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) ………....g……….. Antin 1 (V1) 912.50 1030.00 1195.83 1433.33 1142.92 Antin 2 (V2) 816.03 1054.66 927.34 727.03 881.26 Antin 3 (V3) 998.33 1114.17 952.50 924.17 997.29 Rataan 908.95 1066.28 1025.23 1028.18 1007.16

Dari data pengamatan Tabel 5, dapat diketahui bahwa perlakuan varietas menghasilkan rataan bobot biomassa tanaman per sampel tertinggi pada perlakuan V1 (Antin 1) yakni 1142.92 g, dan terendah pada perlakuan V2 (Antin 2) yakni 881.26 g, sedangkan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi menghasilkan rataan tertinggi pada perlakuan J1 (1 kg/plot) yakni 1066.26 g, dan terendah pada perlakuan J0 (0 kg/plot) yakni 908.95 g.

Bobot Umbi Per Plot (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 34 dan 35), diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap terhadap bobot umbi per plot, pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot, serta interaksi berbagai dosis bokashi jerami padi dan varietas juga berpengaruh nyata terhadap bobot biomassa tanaman per sampel.

bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot umbi per plot dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi

Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) ….………..g………

Antin 1 (V1) 304.23e 310.30e 440.01d 285.17e 334.93

Antin 2 (V2) 248.89 908.07a 696.83b 304.42 539.55

Antin 3 (V3) 125.57f 112.23f 538.80c 554.13c 332.68

Rataan 226.23 443.53 558.55 381.24 402.39

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot umbi per plot tanaman ubi jalar terberat pada perlakuan varietas Antin 2 dengan kombinasi kompos jerami padi 1 kg/plot yang berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Pada Varietas Antin 1 bobot umbi tertinggi pada dosis kompos jerami 2 kg/plot. Produksi yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan hasil rata – rata produksi ubi jalar Varietas Antin 1 per ha yaitu 25.8 ton/ha. Pada Varietas Antin 2 bobot umbi tertinggi pada dosis kompos jerami padi 1 kg/plot. Produksi yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan hasil rata – rata produksi ubi jalar Varietas Antin 2 per ha yaitu 24.5ton/ha. Pada Varietas Antin 3 bobot umbi tertinggi pada dosis bokashi jerami padi 3 kg/plot. Produksi yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan hasil rata – rata produksi ubi jalar Varietas Antin 3 per ha yaitu 25 ton/ha.

Rataan Bobot Umbi (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 36 dan 37), diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap terhadap bobot umbi per plot, pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot, serta interaksi berbagai dosis bokashi jerami padi dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biomassa tanaman per sampel.

Bobot umbi per plot pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot umbi per plot dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi

Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) ………..…..g……….. Antin 1 (V1) 54.57 58.70 66.71 46.65 56.66 Antin 2 (V2) 72.86 119.38 79.36 101.12 93.18 Antin 3 (V3) 16.47 30.45 89.37 89.09 56.34

Rataan 47.97c 69.51b 78.48a 78.96a 68.73

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi menghasilkan rataan rataan bobot umbi per plot tertinggi pada perlakuan J3 (3 kg/plot) yakni 78.96 g, berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (2 kg/plot) yakni 78.84 g, berbeda tidak nyata dengan perlakuan J1 (1 kg/plot) yakni 69.51 g, dan terendah pada perlakuan J0 (0 kg/plot) yakni 47.97 g.

Gambar hubungan rataan bobot umbi per plot dengan pemberian dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Gambar 3.

gambar 3 : hubungan rataan bobot umbi per plot dengan pemberian dosis bokashi jerami padi

Gambar 3 menunjukkan terdapat hubungan linier positif antara rataan bobot umbi per plot dan dosis bokashi jerami padi yang berarti dosis bokashi jerami padi 3 kg/plot dapat meningkatkan rataan bobot umbi per plot.

Indeks Panen

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 38 dan 39), diketahui bahwa, perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap indeks panen.

Sedangkan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap indeks panen, serta interaksi berbagai dosis bokashi jerami padi dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap indeks panen.

Indeks panen ubi jalar pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Indeks panen ubi jalar dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai dosis bokashi jerami padi

Varietas

Dosis Bokashi Jerami

Rataan 0 kg/plot (J0) 1 kg/plot (J1) 2 kg/plot (J2) 3 kg/plot (J3) Antin 1 (V1) 0.08 0.06 0.07 0.04 0.06c Antin 2 (V2) 0.11 0.16 0.15 0.14 0.14a Antin 3 (V3) 0.02 0.03 0.13 0.13 0.08b Rataan 0.07 0.09 0.11 0.10 0.09

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Dari data pengamatan 4 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa perlakuan varietas menghasilkan rataan indeks panen tertinggi pada perlakuan V2 (Antin 2) yakni 0.14, berbeda nyata dengan perlakuan V3 (Antin 3) yakni 0.08, dan perlakuan V1 (Antin 1) yakni 0.06.

Pertumbuhan dan produksi ubi jalar pada perlakuan varietas

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter panjang umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per plot, indeks panen.

Perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata pada varietas V2 (Antin 2) terhadap parameter panjang umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per plot dan indeks panen. Hal ini diduga karena varietas Antin 2 mampu meningkatkan produksi tanaman ubi jalar. Hal ini sesuai dengan deskripsi tanaman, yakni Antin 2 memiliki potensi hasil umbi tinggi 37,1 t/ha, kandungan antosianin 130,19 mg/100 b (bb), bahan kering umbi 32,6%, agak tahan hama boleng dan penyakit kudis serta memiliki rasa enak.

Suatu umbi dapat dikatakan berkualitas jika umbi hasil dari pertanaman ubi jalar tersebut berukuran besar dan berbentuk bulat atau bulat lonjong dan tidak terlalu banyak lekukan serta kondisi daripada umbi tersebut baik yakni tidak ada luka pada kulit umbi. Dari hasil pengamatan visual, dapat dilihat bahwa beberapa ubi jalar varietas Antin 2 memenuhi kriteria umbi yang berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Juanda dan Cahyono (2000) bahwa bentuk dan ukuran umbi merupakan salah satu kriteria untuk menentukan harga jual di pasaran. Bentuk umbi yang rata (bulat dan bulat lonjong) dan tidak banyak lekukan termasuk umbi yang berkualitas baik.

Pertumbuhan dan produksi ubi jalar pada perlakuan pemberian bokashi jerami padi

Berdasarkan hasil pengamatan dari sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian bokashi jerami padi berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman, bobot umbi per plot dan rataan bobot umbi per plot.

Pada parameter pertambahan panjang tanaman pada umur 4 dan 7 MST, bobot umbi per plot dan rataan bobot umbi per plot, perlakuan pemberian bokashi jerami padi berpengaruh nyata pada perlakuan J3 (3 kg/plot) dan terendah pada perlakuan J0 (0 kg/plot). Hal ini dikarenakan bokashi mengandung unsur hara K yang cukup tinggi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman ubi jalar (lampiran 6) penambahan bahan organik bokashi jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djunaedi (2009) yang menyatakan bahwa Penambahan bahan organik (bokashi) ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara tanah. Hal ini karena semakin banyak dosis pupuk bokashi yang diberikan, maka N yang terkandung di dalam pupuk bokashi juga semakin banyak yang diterima oleh tanah. Unsur N merupakan unsur hara yang sangat penting karena merupakan unsur yang paling banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen berfungsi sebagai penyusun asam-asam amino, protein komponen pigmen klorofil yang penting dalam proses fotosistesis. Sebaliknya jika kekurangan N menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu dan hasil menurun yang disebabkan oleh terganggunya pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintesis.

perlakuan varietas dan pemberian bokashi jerami padi berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing–masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain. Hal ini didukung oleh Steeel and Torrie (1989) yang menyatakan bahwa bila pengaruh–pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor sama pada semua taraf faktor lainya dalam batas-batas keragaman acak.

Dokumen terkait